Waktu kuliah paska, saya ke kampus naik motor sekitar 2 jam perjalanan. Kondisinya terpaksa demikian krn ingin menimba ilmu dlm kondisi keuangan yg terbatas. Gaji dosen PNS tdk cukup utk keperluan mukim di Bandung. Teringat waktu mengejar kelas pagi, saya berangkat sebelum subuh, mandi di toilet kampus atau di Gasibu. Sekalinya bangun kesiangan krn bergadang mengerjakan tugas, saya pasti akan terjebak macet panjang di Cibiru, dan akhirnya tdk bisa masuk kelas.
Guru saya, Dr Husni Sastramihardja dalam candaannya di kelas menyebut saya sudah khatam jalan Garut - Bandung. Beliau benar, saya mengetahui waktu berangkat dari rumah dan pulang dari kampus yg nyaman dan tdk nyaman, tahu alternatif jalan yg nyaman. Nyaman dlm arti bebas macet. Saya memilih waktu atau jalan yg nyaman utk mengelola stress.
Beliau menceritakan pengalaman pergi belajar dgn berjalan kaki, utk menunjukan bahwa perjuangan utk bisa belajar itu baik. Beliau meminta saya utk menularkan semangat belajar seperti itu kpd mahasiswa. Amanat tsb selalu saya ingat dan dijalankan di sesi motivasi dlm kegiatan pembelajaran,
Saat ini Gubernur Jabar ingin agar siswa pergi ke sekolah dgn berjalan kaki. Teringat dulu waktu SD dan SMP, saya berjalan kaki sekitar 9 menit ke sekolah yg berjarak sekitar 700 meter dari rumah. Istri saya lebih jauh lagi, hampir dua kilo dgn waktu perjalanan sekitar 20 menitan.
Anak saya yg paling besar juga sama, suka berjalan kaki sejak SMP dgn jarak dan waktu yg hampir sama dgn ibunya. Sebagai orang tua, sekalipun punya pengalaman yg sama, tapi kami tdk tega anak berjalan kaki sejauh itu. Itulah sebabnya kami berupaya memasukan anak ke SMA terdekat. Namun sayang, sekolah yg jaraknya kurang dari 1 km dan masih satu desa tdk bisa diakses krn aturan Zonasi. Jarak tersebut dianggap oleh sekolah terlalu jauh. Akhirnya dia masuk ke SMA yg jaraknya lebih jauh dgn jarak tempuh yg hampir sama dgn sekolah sebelumnya.
Kami selalu menyarankannya utk tdk berjalan kaki dan menggunakan sepeda. Sekalipun usia nya sdh cukup utk memiliki SIM, saya lebih senang dia naik angkutan umum atau naik sepeda. Namun hati ibunya lebih lembut, sehingga anak sesekali diizinkan naik motor ke sekolah. Saat gubernur berencana melarang siswa naik motor ke sekolah, saya sedikit gembira. Bagi saya, berjuang utk belajar itu penting, sesuai juga dgn pesan Dr Husni.
Berjalan kaki atau naik sepeda selain baik utk kesehatan, juga menjadi latihan jiwa agar hidup bersahaja dan rendah hati. Teringat teman SMA saya, seorang anak Bupati. Dia ke sekolah naik angkutan kota. Selain mendekatkan diri dgn warga, itu adalah cara terbaik utk hidup bersahaja dan berendah hati.
#biograficahyana