Quantcast
Channel: Jejak Rinda Cahyana
Viewing all 512 articles
Browse latest View live

Mengikuti Workshop Bebras Indonesia 2018

$
0
0

Jum'at, 31 Agustus 2018, saya bersama bu Dewi Tresnawati menghadiri undangan workshop dari Bebras Indonesia yang pada tahun ini diselenggarakan di Universitas Bina Nusantara. Kami berangkat dari Garut pukul 03.30 lebih agar dapat menghadiri acara pembukaan pukul 09.00. Kampus memberikan bantuan akomodasi untuk kami berdua agar dapat mengikuti kegiatan tersebut selama dua hari. Sudah dua tahun ini Sekolah Tinggi Teknologi Garut selaku Biro Bebras Indonesia telah melaksanakan Computational Thinking Challenge bagi siswa se Garut. 

Beberapa hari sebelumnya saya membantu komisariat kampus Relawan TIK Indonesia agar berkesempatan untuk menjadi biro Bebras Indonesia seperti Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Beberapa komisariat diundang oleh Bebras Indonesia, yakni Universitas Islam Nusantara, Universitas Singaperbangsa Karawang, Universitas Sains al-Qur'an Wonosobo, dan Universitas Lampung. Pada hari pelaksanaan, komisariat kampus Universitas Lampung berhalangan hadir. 

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, kami masih merupakan satu-satunya Sekolah Tinggi yang masuk di dalam daftar Biro Bebras Indonesia. Kebanyakan perguruan tinggi yang ditunjuk sebagai Biro adalah Universitas dan Institut. Sekolah Tinggi Teknologi Garut merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi Swasta di Priangan Timur yang ditunjuk sebagai pengelola kegiatan informatika bertaraf nasional tersebut. 

PERJALANAN MENJADI BIRO

Penunjukan Sekolah Tinggi Teknologi Garut sebagai biro berawal dari silaturahmi. Saat itu saya masih menjadi sekretaris program studi Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Dalam kegiatan workshop kurikulum informatika di Institut Teknologi Bandung saya berkesempatan untuk becengkrama dengan ibu Inggriani Liem atau yang lebih banyak dikenal oleh mahasiswanya dengan nama ibu Ingeu. Dalam kesempatan tersebut saya menyampaikan kepada beliau bahwa Sekolah Tinggi Teknologi Garut setiap tahunnya mengundang dosen informatika Institut Teknologi Bandung sebagai pemateri Seminar dan Pelatihan Masyarakat Informasi tahunan. Kami berniat mengundang beliau sebagai pemateri di kesempatan berikutnya. 

Pada tahun 2016, Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia meminta kami untuk menjadi mitra penyelenggara kegiatan Agen Perubahan Informatika untuk pelajar di Garut. Sebagai Relawan TIK Indonesia saya selalu siap membantu program Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia tersebut. Dan karena saat itu saya sudah menjadi ketua pengurus Satuan Karya Pramuka Informatika Garut, maka saya mengemas kegiatannya menjadi kegiatan kolaboratif antara Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut, Sekolah Tinggi Teknologi Garut, Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Garut, Relawan TIK Indonesia, dan Satuan Karya Pramuka Informatika. Selain akan ada sosialisasi Agen Perubahan Informatika dari Direktur Pemberdayaan Informatika, juga akan ada sosialisasi Satuan Karya Pramuka Informatika dari saya. Agar ruang amaliah Agen Perubahan Informatika dan Satuan Karya Pramuka Informatika dapat difahami oleh para pelajar, saya mengundang ibu Inggriani Liem untuk memaparkan materi tentang Desa Pintar. Topik tersebut dipilih karena Agen Perubahan Informatika dan Satuan Karya Pramuka Informatika memiliki misi membangun masyarakat informasi dari desa. 


Beberapa waktu setelah kegiatan kolaboratif tersebut, saya silaturahmi ke bu Inggriani Liem, sekalian menanyakan kinerja studi lanjut salah satu dosen yang menjadi bimbingan tesis beliau. Dalam kesempatan tersebut beliau menawarkan Sekolah Tinggi Teknologi Garut sebagai biro Bebras Indonesia. Saat itu saya menyatakan kesiapan untuk menjadi Biro. Dan setelah itu saya membentuk tim dari kalangan dosen untuk menyelenggarakan Computational Thinking Challenge tingkat nasional pertama untuk wilayah Garut. 

ROMANTIKA BIRO

Di hari pertama Workshop, setiap Biro angkatan I (2016) dan II (2017) diberi ruang untuk menyampaikan pengalaman dan masukannya kepada Bebras Indonesia. Sekolah Tinggi Teknologi Garut mendapat kesempatan tersebut pada urutan ketiga belas. 


Di depan biro lainnya saya menjelaskan kronologis penunjukan Sekolah Tinggi Teknologi Garut sebagai biro. Saya juga menjelaskan bahwa pada tahun 2016 itu Garut sedang mengalami musibah bencana banjir bandang, dan Sekolah Tinggi Teknologi Garut menjalankan program Relawan TIK untuk Bencana yang menangani perangkat TIK terdampak bencana. Ada dua sekolah yang menjadi fokus utama bantuan, yakni SMP dan SMA PGRI Garut. Untuk membangun semangat kembali, kami mengundang siswa dari dua sekolah tersebut untuk ikut serta dalam Computational Thinking Challenge 2016.


Garut saat itu merupakan salah satu kabupaten tertinggal di provinsi Jawa Barat. Ibu Dewi Tresnawati menyampaikan kepada saya bahwa siswa SMAN 1 Garut berhasil masuk 10 besar Computational Thinking Challenge 2016. Informasi dari guru koordinator lokal Bebras SMAN 1 Garut, siswi yang berhasil masuk di posisi 10 besar tersebut kini merupakan mahasiswa pertambangan Institut Teknologi Bandung. Informasi tersebut sebagian di antaranya saya sampaikan di dalam kesempatan tersebut untuk menunjukan adanya semangat kompetitif putera daerah dalam kompetisi nasional. 

Peserta Computational Thinking Challenge tahun 2016 dan 2017 semuanya berasal dari sekolah swasta dan negeri. Kunci sukses pelibatan peserta adalah relasi tim dengan guru yang dibangun melalui kegiatan kampus atau karena adanya ikatan lainnya. Dan saya menjelaskan manfaat Bebras bagi dosen tersertifikasi, yakni dapat dituliskan dalam Beban Kerja Dosen sebagai pengabdian kepada masyarakat dalam wujud pendampingan sekolah, atau kegiatan penunjang dalam wujud kepanitiaan antar lembaga.

MASA DEPAN BIRO

Ada beberapa pemateri yang tampil dalam kegiatan workshop tersebut, di antaranya bapak Totok Suprayitno - Kepala Puslitbang Kemendikbud Republik Indonesia. Beliau menyampaikan bahwa pertemuannya dengan ibu Inggriani Liem di Pelatihan Nasional Tim Olimpiadi Komputer Indonesia Bogor menginsfirasi kelahiran kembali Mata Pelajaran TIK dalam bentuk baru, yakni Mata Pelajaran Informatika yang diberlakukan sebagai mata pelajaran pilihan dari tingkat PAUD sampai dengan kelas 12. Kampus yg menjadi Biro Bebras Indonesia diminta utk membantu proses pembelajaran Mata Pelajaran Informatika atau mendampingi guru mata pelajaran tersebut. Beliau akan mengusulkan perekrutan 100 ribu guru Informatika untuk melaksanakan pembelajaran mata pelajaran tersebut.  


Hal tersebut jika terwujud menjadi angin segar bagi perguruan tinggi penyelenggara program studi Informatika, khususnya yang menjadi Koordinator Wilayah / Biro Bebras Indonesia. Perguruan tinggi akan memiliki jejaring dengan sekolah terkait pendampingan tersebut. Selain membuka kesempatan branding, juga membukakan pintu kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan penunjang dalam bidang informatika secara berkelanjutan. Ibu Inggriani Liem menambahkan, bahwa diharapkan Komunitas Bebras menyediakan kegiatan Tridharma, termasuk penelitian dalam topik Computational Thinking.


Dalam pemaparannya tentang bangunan mata pelajaran Informatika, ibu Inggriani Liem menunjukan skemanya di mana TIK sebagai atap dan Computational Thinking sebagai landasan dilengkapi sejumlah pilar. Di antara pilarnya adalah berkaitan dengan dampak pemanfaatan informasi dan TIK / media yang menjadi fokus Relawan TIK Indonesia dan Kelompok Informasi Masyarakat. Dengan demikian, mata pelajaran informatika ini membawa aktivitas literasi informasi yang dilakukan oleh Kelompok Informasi Masyarakat, dan literasi digital (informasi dan media / TIK) oleh Relawan TIK Indonesia ke dalam kurikulum sekolah. Dengan kata lain, pengajaran literasi digital menjadi terintegrasi dengan sistem sekolah. Hal ini sejalan dengan deklarasi Brussels, di mana pendidikan dan pelatihan TIK dapat diintegrasikan dengan sistem sekolah reguler. 


JALAN BARU MENUJU SURGA

Di hari kedua tanggal 1 September 2017, bapak Adi Mulyanto menanyakan kesediaan saya untuk bergabung dalam Organizing Committee Bebras Indonesia. Saya menyatakan kesiapan selama tugasnya bisa saya kerjakan. Dan akhirnya saya masuk dalam daftar kepengurusan 2018 - 2021 sebagai anggota tidak tetap Organizing Committee yang direkrut dari Biro. Tugas relawan ini tentu saja akan menyita kegiatan penunjang lainnya seperti di Relawan TIK Indonesia, Satuan Karya Pramuka Informatika Garut, Forum Kelompok Informasi Masyarakat Garut, dan Forum Dosen Indonesia. Saya harus mengelola waktu dengan baik agar kepercayaan yang diamanatkan dari berbagai organisasi tersebut dapat saya tunaikan dengan baik sehingga memudahkan perjalanan saya menuju Surga. Sebagai relawan saya bekerja demi amal untuk kepentingan umum. 



Mahasiswa Informatika Garut Berwirausaha

$
0
0

Tidak terasa sudah hari minggu lagi. Seminggu yang lalu saya bersama keluarga mengunjungi objek wisata Situ Bagendit - Banyuresmi, tepatnya tanggal 2 September 2018. Anak-anak mengajak saya menaiki wahana air. Istri saya menyarankan untuk beli rujak dulu sebelum menaiki wahana tersebut. 

Di dekat tukang rujak itu fikiran saya terbang ke masa lalu saat membaca informasi di media sosial tentang mahasiswa informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang berjualan rujak untuk membiayai kuliahnya. Tapi saya lupa namanya, dan susah juga menemukan informasinya di media sosial. Tadinya mau tanya ke bapak tukanng rujak tersebut, tapi urung dilakukan karena beliau sedang sibuk melayani pelanggan. Hari ini baru saya temukan nama mahasiswanya di internet, yakni Asep Rohimat.



Saking sibuknya penjual rujak itu melayani pelanggan, kamipun terpaksa meninggalkannya, membuyarkan bayangan nikmatnya makan rujak beubeuk di situ Bagendit. Dalam perjalanan ke sisi lain situ Bagendit, saya melihat dari kejauhan ada es kepal Milo yang sempat viral di media sosial. Saya tawarkan ke anak-anak apakah mereka mau mencobanya (seperti maunya saya)?. Dan syukurlah mereka mau, hahaha. 

Begitu mendekat ternyata pedagangnya menyambut, dan saya mengenalnya. Dia adalah mahasiswa saya yang sekarang ini tengah akan melaksanakan sidang skripsi. Di tengah kesibukannya menyiapkan skripsi dia menyediakan waktu untuk menjalankan kegiatan wirausahanya. Pepatah bilang, "waktu adalah uang". 

Namanya Ridwan Nurdin, hari itu dia berjualan di situ Bagendit. Dia bercerita bahwa lapaknya juga dibuka di kampus. Dia sempat dihubungi teman-teman HIPMI untuk diajak bergabung. Saya sendiri pernah diajak dan menjadi pengurus HIPMI periode tahun sebelumnya. 

Syukurlah ada jajanan kesukaan istri saya juga di sana, sehingga kami sekeluarga jajan di lapak tersebut. Saya mengeluarkan uang 50 ribu untuk membayar jajanan yang dibeli dan tidak berniat mengambil kembaliannya karena merasa sebagai kakak tingkat dan wali prodi. Tetapi ternyata niat tersebut ditolak, setidaknya pahalanya sudah saya dapatkan. Mungkin Ridwan hanya ingin bersikap profesional. 

Mahasiswa berwirausaha bukan merupakan pemandangan asing di Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Sering kali saya melihat beberapa mahasiswi menawarkan jajanan ke kantor dan kelas yang sampai hari ini belum pernah saya beli karena dompetnya sering tidak terbawa ke kantor, hehehe. Beberapa organisasi kemahasiswaan juga membuka lapak dagang di sekretariatnya, termasuk Himpunan Mahasiswa Informatika yang saya bina. Wirausaha itu memang harus dipupuk sedari mahasiswa, bukan hanya karena persoalan kebutuhan biaya kuliah saja, tetapi juga untuk membangun pengalaman bisnis yang bermanfaat sebagai bekal di masa depan. 

Tetap semangat berjualan adik-adik semua !

Temu Kangen Generasi Muslim al-Muhajirin

$
0
0

Subang, 26 Agustus 2018. Hari ini saya memenuhi undangan panitia Temu Kangen GMA (Generasi Muslim al-Muhajirin) di kolam renang Ciheuleut Subang. Ada tugas yang harus ditunaikan dalam acara tersebut, yakni menyampaikan pengalaman selama aktif di Generasi Muslim al-Muhajirin. Karena itulah saya menyempatkan diri untuk ke Subang sebelum siangnya berangkat ke Semarang untuk menghadiri Musyawarah Nasional Forum Dosen Indonesia. 

Ternyata hari itu juga merupakan Milad GMA yang ke-25. Panitia sudah menyiapkan kue, lengkap dengan angka 25. Potongan pertama dilakukan oleh kang Heri yang dianggap yang paling dituakan oleh semua anggota GMA yang hadir. Potongan pertama tersebut diberikannya kepada ketua umum GMA pertama yang juga merupakan founder, mas Yudho Hertono Rifangi. 


Di dalam acara tersebut, saya menceritakan kronologis bergabung dengan GMA, pengalaman, serta pengaruh GMA bagi diri sendiri dan masyarakat. Diceritakan pada sore hari di tahun 1993 itu saya pulang dari kegiatan Pramuka dengan fikiran kalut oleh sebab konflik kubu-kubuan dalam kepengurusan penggalang yang saya pimpin. Konflik tersebut sangat tidak menyenangkan, yang sayangnya ditekuni oleh teman-teman pengurus. Tepat depan jembatan masjid, duduk mas Yudho dan memanggil saya untuk berbincang. Saya lupa isi lengkap pembicaraannya, hanya yang saya ingat, itulah kali pertama saya diberikan jalan untuk mengenal Islam sebagai solusi untuk keluar dari kekalutan tersebut.

Melalui mas Yudho saya dikenalkan sebuah buku berjudul Minhajul Abidien karya Imam al-Ghazali r.m. Buku tersebut sangat berpengaruh dalam perjalanan spiritual awal saya pada masa studi saya di SMA Negeri 1 Subang. Buku tersebut merupakan buku pembuka, sebelum buku-buku karangan guru-guru tarikat Syadziliyyah berdatangan saat saya kuliah di Garut. Saya menyebut fase tersebut sebagai fase langit, karena kekhasannya dalam "ketidakhadirannya" di "dunia".

Yang membuat saya begitu terikat dengan pemikiran tarikat ini adalah buku kedua yang ditunjukan oleh mas Yudho, yakni al-Hikam karya Ibnu Athoillah r.m. Buku itu sangat menakjubkan, sehingga walau dikhatamkan berulang-ulang selalu ingin mebacanya lagi. Karya spiritual ini ajaib karena mampu "menggerakan ruh". Dan karena penyaksian inilah saya semakin terikat dengan pemikiran tarikat ini. Oleh karena itulah anak lelaki saya yang kedua diberi nama Syazwan Asy-Syadziliyyah sebagai monumen kecintaan saya kepada para guru tarikat ini, khususnya Ibnu Athaillah r.m. 

Selama menjadi anggota GMA saya lebih banyak menghabiskan waktu di masjid al-Muhajirin dan di rumah mas Yudho dari pada di rumah. Bahkan sering kali saya baru pulang malam hari ke rumah atau menginap di rumah mas Yudho. Di rumah itu saya sering mendengar pemikiran Cak Nun dari tape dan menyanyikan lagu Kyai Kanjengnya yang berjudul Tombo Ati. Dakwah Islam dengan pendekatan socio-kulturan memang menjadi penciri GMA.

GMA tumbuh di tengah masyarakat yang saat itu sangat partisipatif. Kalangan mudanya aktif di organisasi kepemudaan (karang taruna), dan kalangan tua nya aktif di DKM. GMA menjadi jembatan antara kalangan muda dan tua. Sebagian tokoh kalangan tuanya ada yang tidak sejalan dengan pendekatan socio-cultural, sehingga saat GMA membawa keseniaan berupa nasyid gamelan atau teater ke dalam lingkungan masjid, hal tersebut menimbulkan persoalan. Tetapi GMA berhasil menjaga silaturahmi, walau disebut sebagai anak muda yang "mempermainkan agama".

Pengalaman memanfaatkan media itulah yang juga mempengaruhi saya saat menjadi santri di Ponpes Mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Garut al-Musaddadiyah. Saya ingat kala itu organisasi santri yang saya pimpin mengundang santri siswa untuk menyimak video keislaman yang diputar melalui TV milik KH Asep Saepudin Musaddad - ketua Ponpes di pelataran masjid kecil al-Musaddadiyah. Beberapa waktu kemudian, KH Abdullah Margani Musaddad - ketua Ponpes Siswa al-Musaddadiyah membeli proyektor dan layarnya untuk kegiatan nobar santri mingguan di aula mini Ponpes. Penggunaan media (proyektor) / multimedia dalam dakwah ini sebenarnya merupakan penciri Prof KH Anwar Musaddad. 

Beberapa tahun yang silam saya mendorong mahasiswa pegiat TIK di kampus untuk melebarkan manfaatnya ke luar kampus. Saya ingin agar manfaat relawan dalam bidang TIK bagi institusi juga dirasakan institusi lainnya melalui relawan pelajar. Kumpulan relawan mahasiswa dan pelajar tersebut disebut Kelompok Penggerak TIK dan Kelompok Pengembang Platform TIK yang kemudian dilebur dalam satu wadah bernama Komunitas TIK dan bersatu di bawah Komunitas TIK Garut. Atas peranannya di tengah masyarakat, Komunitas TIK Garut mendapatkan penghargaan sebagai Komunitas TIK terbaik se Jawa Barat dari Gubernur Jawa Barat dan Bupati Garut. Upaya membangun jejaring pegiat TIK dari kalangan pelajar tersebut terinsfirasi dari Ikatan Pelajar Muslim Subang yang merupakan underbow nya bidang Pendidikan dan Dakwah GMA. 

Walau demikian, ada masa di mana saya keluar dari kebiasaan praktik socio-culture GMA saat mulai membaca karya pemikiran Ibnu Taimiah, Ibnul Qayyim Jauziyah, Ibnul Jauzi, dan lain sebagainya. Di antara praktik yang saat itu mulai saya tidak sepakati adalah tentang bersatunya ikhwan dan akhwat dalam pengajian cahaya. Saya adalah satu-satunya anggota dan pengurus GMA yang hadir dalam pengajian tersebut di belakang hijab dengan niat menghijabi diri dari akhwat. Era tersebut saya sebut sebagai era bumi. 

Namun syukurlah ikatan hati dengan Ibnu Athaillah ini yang membuat saya kembali bisa bersikap lunak terhadap tradisi dan memahami bahwa Islam dapat tumbuh di dalam local socio-culture. Walau demikian, perjalanan saya mengembara di alam pemikiran langit dan bumi memberi bekal dalam berinteraksi dengan kedua kelompok yang dianggap saling besebrangan ini. Saya mempelajari sikap moderat di tengah perbedaan dua kelompok ini dari Ibnul Qayyim Jauziyah melalui karyanya Madarijus-Salikin dan dari KH Choer Affandy saat mengaji buku Akidah Islamiyahnya di Ponpes al-Musaddadiyah, walau dalam praktiknya di media sosial banyak dimusuhi oleh kedua kelompok tersebut karena disalahfahami sebagai keberpihakan kepada salah satu kelompok.

Alhamdulillah, hari itu saya merasa senang menyampaikan ucapan terima kasih kepada mas Yudho dan anggota lainnya yang ikut membentuk Keislaman saya selama di GMA. Saya menyampaikan bahwa sedekah jariyah yang berbuah amal kebajikan penerimanya menjadi pahala atau investasi akhirat yang tidak terputus, yang harus disyukuri. Selepas salat Dzuhur dan makan siang, saya mohon pamit kepada semua anggota GMA yang hadir karena harus berangkat ke Bandung untuk mengejar waktu boarding di Bandara Husein. Dalam perjalanan menuju Bandung, saya mengingat tanggapan mas Yudho atas pemaparan pengalaman saya tersebut, bahwa manfaat GMA bagi kehidupan akan dicapai oleh mereka (anggota GMA) yang ikhlas berbuat semata mengharap ridha Allah. Mardhatillah ini merupakan ajaran utama beliau di GMA yang sangat diingat oleh banyak anggota dan pengurus GMA hingga kini. Semoga Allah membimbing kita untuk senantiasa Mardhatillah. Amin. 


Arti Penting Partisipasi Masyarakat bagi Perusahaan

$
0
0

Garut, 10 September 2018. Saat dalam perjalanan menuju Sekolah Tinggi Teknologi Garut, tepatnya di persimpangan jalan Mayor Syamsu dan jalan Subyadinata desa Jayaraga, saya melihat kabel membentang merintangi jalan. Kendaraan melaju perlahan karena khawatir tersangkut kabel dan memutuskan kabelnya. Saya pun menepikan motor dan mulai memotretnya dengan smartphone. Setelah itu saya melanjutkan perjalanan. Saat melewati kabel tersebut, ternyata kabel itu hampir menyentuh helmet yang dikenakan. 

Setelah tiba di kantor, saya mulai mengunggah foto tersebut ke WAG (Whatsapp Group) Beranda KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) Garut, dengan harapan ada anggota KIM yang dapat menyampaikan informasi tersebut kepada pihak terkait. Saat itu saya tidak yakin kabel tersebut apakah milik PLN atau Telkom.  


Kiriman tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh kang Tisna dengan menanyakannya kepada PLN di WAG Area Garut 2018. Dari WAG tersebut diperoleh informasi bahwa kabel tersebut bukan kabel listrik milik PLN, tetapi kabel fiber optic milik Telkom. 


Sementara itu saya pun mencoba mencari informasi dari kolega di Telkom, dan mendapat respon yang baik. Sekitar dua jam kemudian saya menerima kabar bahwa pihak Telkom telah memperbaiki bentangan kabel fiber optik tersebut. kemudian saya sampaikan di WAG KIM Garut. Informasi tersebut sekaligus membenarkan informasi yang diperoleh dari WAG Area Garut 2018.


Dalam teori manajemen jaringan, penanganan masalah jaringan komputer dilakukan melalui dua gaya, yakni menunggu laporan dari pelanggan dan sebaliknya. Perangkat lunak Network Monitoring digunakan untuk mendeteksi masalah jaringan sehingga dapat ditindaklanjuti sebelum mendapat laporan dari pelanggan. Pemanfaatan teknologi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan mutu layanan atau kenyamanan pelanggan. 

Namun mungkin masalah bentangan kabel yang tidak terdeteksi oleh perangkat lunak tersebut membuat tidak ada satupun pelanggan yang melapor. Dalam kondisi demikian, sumber laporan yang dapat diharapkan oleh pengelola jaringan adalah masyarakat. Masalahnya bisa membesar bila tidak segera ditangani. Kabel yang menjadi terputus karena tertabrak kendaraan menyebabkan penurunan tingkat kenyamanan pelanggan. Kecelakaan yang disebabkan karena jeratan kabel menyebabkan penurunan tingkat kenyamanan masyarakat umum.  

Potret komunikasi yang melibatkan masyarakat dan perusahaan yang diceritakan sebelumnya menggambarkan perhatian masyarakat terhadap dampak aset perusahaan dan pemanfaatan informasi yang baik oleh perusahaan. Setiap individu masyarakat yang terlibat dalam penyelesaian masalah melalui penyampaian / layanan informasi secara sukarela demi kepentingan umum dapat disebut sebagai relawan informasi. Layanan informasi terkait TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) tersebut dapat diperankan oleh anggota KIM atau relawan TIK. Perusahaan terbantu dengan layanan sukarela tersebut karena dengannya kenyamanan pelanggan atau masyarakat umum tetap terjaga. 

Temu Darat Pertama Saya di Munas Semarang

$
0
0

Forum Dosen Indonesia adalah perkumpulan dosen berbadan hukum yang digagas pendiriannya oleh sejumlah pegiat Facebook GDI (Grup Dosen Indonesia). Berdiri pada tanggal 24 Agustus 2013. Sebagai anggota komunitas maya GDI, saya menyediakan diri secara sukarela membantu organisasi ini dalam pekerjaan terkait TIK. Dalam rentang waktu dari tanggal 18 - 22 Januari 2014 saya membantu pembuatan logo dan situs web FDI. Didorong oleh totalitas kerelawanan, saya gratiskan semuanya untuk FDI, termasuk sewa hosting web nya. Saya memahami bahwa relawan tidak hanya bersedekah waktu dan keterampilan saja, tetapi juga uang. 

Pada awalnya logo FDI hanya lingkaran merah dengan teks FDI di tengahnya. Dalam perjalanan perancangan logo tersebut saya menawarkan penambahan tiga warna di sekeliling lingkaran merah tersebut yang mewakili Tridharma. Tidak lupa saya sampaikan makna relasi warna dengan Tridharma nya sebagai berikut : 1) Kuning / Emas : Pendidikan, mencetak generasi emas Indonesia, 2) Biru Langit : Penelitian, seperti langit tanpa batas yg dapat dicapai sebatas kekuatan manusia, 3) Hijau : Pengabdian masyarakat yang lebih bersifat kerelawanan, bekerja demi amal, 4) Merah dan putih : Indonesia. 


Tidak berhenti di logo dan situs web, saya juga ikut serta dalam diskusi perancangan terkait grafis lainnya, seperti rancangan bendera / panji FDI pada tanggal 13 April 2015 yang ternyata bermanfaat dan disetujui oleh pengurus pusat. Saya juga membantu mendaftarkan FDI ke Techsoup Asia sehingga FDI dapat memanfaatkan bantuan Google for Nonprofit. Semua itu saya lakukan semata karena kesadaran bahwa saya adalah relawan TIK. Tidak perlu temu darat untuk beramal sukarela, selama layanan relawa TIK bisa dilaksanakan secara online. 


Bertepatan dengan Milad FDI yang ke-2 diselenggarakan MUNAS (Musyawarah Nasional) FDI di Bandung, tanggal 24 - 25 Agustus 2015. Walau saya ikut terlibat dalam pembuatan situs web MUNAS nya, namun saya belum bisa hadir dalam temu darat anggota FDI yang kedua tersebut. Mungkin karena amal relawan tersebut nama saya dituliskan dalam jajaran Dewan Pengurus Pusat FDI yang diputuskan pada tanggal 25 September 2015. Sebenarnya dengan atau tanpa menjadi pengurus, insya Allah saya membantu FDI selama mampu. 

Usulan grafis terakhir pada tahun 2017 adalah rancangan sampul buku antologi berjudul : "Sang Pendidik : Jalan Terang Penuh Cinta". Alhamdulillah, rancangan tersebut digunakan oleh perancang sampulnya dengan perbaikan pada beberapa bagian hingga buku tersebut diterbitkan. Tulisan pengalaman dosen dari berbagai perguruan tinggi, termasuk saya, ada di dalam buku tersebut.


Tanggal 12 Juli 2018, serta 18, 23, dan 24 Agustus 2018, bu Irma, sekretaris FDI menanyakan kepastian saya hadir di MUNAS FDI Semarang. Saya menjawab, diupayakan datang. Saya dikondisikan sekamar dengan pak Yanuardi Syukur yang akan menjadi salah satu pemateri di MUNAS FDI. Saat itu saya merasa perlu datang karena selain belum pernah temu darat, juga karena laptop bu Irma belum berhasil dipasangi Office 365 yang dibeli melalui saya, walau sudah dicoba dipasang di mana-mana.

Alhamdulillah, ada bantuan dana dari Area 306 untuk akomodasi saya ke Semarang. Saya harus singgah dulu ke Subang satu hari sebelum berangkat ke Semarang. Ada acara reuni GMA (Generasi Muslim al-Muhajirin) yang harus saya ikuti di Subang, di mana saya dipercaya untuk menyampaikan pengalaman sebagai anggota dan pengurusnya. 

Acara GMA tersebut bersamaan harinya dengan keberangkatan saya ke Semarang. Kakak saya membantu menguruskan tiket Pesawat pulang-pergi Semarang-Bandung. Dan seperti biasa pesawatnya delay hingga satu jam lebih. Saya segera menghubungi bu Irma bahwa kemungkinan datang setelah pak Yanuardi mendarat di Semarang sehingga mungkin tidak bisa memenuhi permintaan bu Irma untuk pergi bersama-sama ke Hotel Gracia. 

Setibanya di Semarang, saya dihubungi oleh bu Irma. Beliau menanyakan posisi saya di Bandara, karena beliau dan yang lainnya setelah menjemput pak Yanuardi terus jalan untuk mencari makan. Saya sampaikan bahwa saya sudah tiba dan tidak perlu menjemput ke Bandara. Teman saya dari Relawan TIK Semarang batal menjemput karena istrinya sakit. Tadinya saya mau memanfaatkan voucher Taksi yang saya peroleh di acara Sebangsa. Namun taksi yang ditunggu tidak terlihat. Akhirnya saya menggunakan taksi lainnya.

Setibanya di hotel langsung saya menanyakan harga kamar. Lalu saya hubungi kakak untuk membantu booking melalui internet supaya harganya lebih murah. Hari itu akan ada banyak peserta MUNAS yang datang, dan mungkin saja jumlah kamar hotel yang disiapkan oleh panitia belum memadai. Dan ternyata benar saja, ada beberapa peserta yang tidak tertampung. 

Kamar yang saya pesan bermanfaat sehingga ada dua peserta yang bisa memanfaatkannya. Saya terbangun dari tidur yang kedua saat pak Djadja masuk ke kamar selepas subuh. Setelah salat subuh saya berbincang dengan pak Djadja, mulai dari kepemimpinan di Perguruan Tinggi hingga kepemimpinan di FDI. Beliau menyarankan agar saya ikut bursa calon ketua FDI atau menjadi sekretaris FDI. Namun saya sampaikan ke beliau bahwa saya merasa nyaman membantu FDI di bidang teknologi informasi. Lagi pula saya tidak bisa menghadiri MUNAS karena harus menghadiri rapat kampus.  

Temu darat pertama saya adalah dengan bu Irma. Beliau menunggu saya di depan hotel yang di belakang. Baru keesokan harinya saya bertemu dengan pengurus FDI lainnya yang selama ini berinteraksi di media sosial Facebook dan Whatsapp. Hari pertama MUNAS diisi oleh seminar. Sepanjang hari tersebut saya gunakan untuk memasang Office 365 di laptop nya bu Irma. Alhamdulillah, setelah berjam-jam berusaha akhirnya terpasang juga. 

Setelah mencicipi empek-empek Palembangnya bu Raden Ayu, saya pamit kepada semuanya karena harus segera menuju Bandara. Saya sampai di Bandung lepas Maghrib. Setelah itu saya menjalankan motor NMAX agak santai ke Garut, dan menyempatkan makan malam di Ampera. Sayangnya, makanan yang saya inginkan tidak ada, udang galah yang biasanya tersedia di rumah makan tersebut. Temu darat tersebut semoga memberikan tambahan rasa silaturahmi, yang tidak sekedar bertemu raga, tetapi tersampaikannya amaliah kasih di alam nyata. Dapat tersenyum di alam nyata merupakan tambahan sedekah bagi seorang relawan TIK. 


Seminar dan Pelatihan Nasional Masyarakat Informasi XII

$
0
0

SPNMI (Seminar dan Pelatihan Nasional Masyarakat Informasi) merupakan agenda tahunan Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang dilaksanakan oleh Prodi (Program Studi) Teknik Informatika. Tahun ini kegiatan tersebut masuk pelaksanaan yang ke-12 (dua belas). Untuk tahun ini kami berkolaborasi dengan Ikatan Guru TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dan EPSON. 

Pada tanggal 3 September 2018, pak Wijaya Kusumah menghubungi saya melalui Telegram. Beliau menawarkan kerjasama pelaksanaan workshop elearning di Garut dengan target peserta 100 orang. Tawaran ini saya sambut dengan baik, karena kebetulan tahun ini saya merencanakan akan menyelenggarakan kegiatan dengan topik elearning. Saya menganggapnya sebagai jalan kemudahan yang Allah berikan. 


Seperti yang telah disampaikan pak Wijaya, koordinasi kami dengan Ikatan Guru TIK melalui ibu Wiwin. Dan malam itu saya dihubungi oleh ibu Wiwin melalui WhatsApp. Dalam kesempatan komunikasi tersebut saya menanyakan apa yang harus disiapkan oleh panitia lokal. Beliau menjelaskan bahwa kami hanya perlu menyiapkan peserta dan tempat tidur untuk pemateri. Insentif pemateri sudah ditanggung oleh EPSON, termasuk 3 (tiga) unit printer yang dua diantaranya disediakan untuk peserta dan satu untuk kami selaku panitia lokal. Melalui media sosial itu kami menyepakati tanggal pelaksanaannya yakni 20 Oktober 2018. 

Seperti kebiasaan saya, pengelolaan kegiatan Prodi Teknik Informatika saya tawarkan kepada dosen. Untuk tahun ini SPNMI saya percayakan kepada ibu Leni Fitriani. Saya buatkan proposal kegiatan sampai estimasi waktunya, dan ibu Leni Fitriani selaku ketua pelaksana melengkapi estimasi biayanya. Hasil diskusi saya dengan ketua pelaksana, kami memutuskan pematerinya yang sedianya diisi oleh pak Aldy yang akan menyampaikan materi tentang Revolusi Industri 4.0, digantikan oleh ibu Dewi Tresnawati agar kegiatan Bebras Challenge tanggal 15 November 2018 tersosialisasikan kepada para guru yang hadir sebagai peserta. 

Dalam proses pembuatan proposal tersebut, saya mengajak ketua pelaksana SPNMI dan ibu Dewi Tresnawati selaku ketua pelaksana Bebras Challenge untuk berkoordinasi dengan ketua PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut untuk mendapatkan dukungan dan bantuan penyebaran informasi. Komunikasi kami dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dibantu oleh ibu Kiki Aisyah yang merupakan alumni Prodi Teknik Informatika, sementara komunikasi dengan Dinas Komunikasi dan Informatika melalui pak Diar Cahdiar Antadireja - Sekretaris Dinas. 


Dalam komunikasi dengan ibu Kiki, beliau siap membantu mengkomunikasikan kebutuhan surat rekomendasi kegiatan dan penyediaan piala untuk Bebras Challenge kepada Pelaksana Harian Dinas. Dalam komunikasi dengan Sekretaris Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut, beliau siap membantu kegiatan kompetisi informatika tahunan NBO Bebras Indonesia di Garut dan akan mengupayakan piala bergilir dari Bupati Garut. Sementara ketua PGRI Garut siap membantu menyebarkan informasi kegiatan di lingkungannya. Setelah adanya partisipasi dari tiga institusi tersebut, kami letakan logo PGRI Garut dan Pemerintah Daerah Garut di dalam poster kegiatan.

Tinggal dua minggu lagi menuju pelaksanaan, kami masih menunggu surat rekomendasi dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta surat rekomendasi dari Ikatan Guru TIK. Dalam masa menunggu itu kami mengandalkan poster untuk menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat yang disebarkan di grup Whatsapp, grup Facebook dan Instagram. Surat rekomendasi dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan keluar beberapa hari setelah surat rekomendasi dari Ikatan Guru TIK disampaikan ke ibu Kiki. Dengan berbekal surat rekomendasi tersebut, kami sebarkan surat ke sekolah di sekitar Garut. Penyebarannya dibantu oleh mahasiswa Prodi Teknik Informatika. 

Pemateri dari Ikatan Guru TIK adalah ketua dan bidang humas pengurus pusat. Pematerinya mengonfirmasi kedatangannya pada hari kamis, 18 Oktober 2018, pukul 2 dini hari di Statsiun Kadungora. Saya memutuskan agar ketua Pelaksana menginapkan tamu pemateri tersebut di Area 306. Karena jumlah tamu yang datang sebanyak tiga orang, maka saya memberi arahan agar ruangan yang digunakan untuk menginap adalah ruang biru. Hari Rabu sore hingga maghrib itu, saya, ketua pelaksana, dan mahasiswa membereskan ruangan. Kasur dan bantal dari ruang tamu dipindahkan ke ruang biru Area 306. Siang hari sebelumnya saya mengintruksikan kepada Office Boy untuk memasang kipas angin di ruang biru tersebut. 

Lepas Maghrib saya meminta ibu Dewi Tresnawati datang untuk membicarakan sponsorship Bebras Challenge dengan Ipan Setiawan yang datang sore itu ke Area 306. Untuk mempersingkat waktu, pembicaraannya dilakukan di dalam mobil ibu Dewi Tresnawati yang mengarah ke Ramayana Mal. Malam itu ketua Pelaksana saya arahkan untuk membeli sejumlah kebutuhan tamu, mulai dari makanan, alat mandi dan selimut. Pukul 8 malam lebih seluruh selesai dibeli. Belanja kebutuhan tersebut menggunakan dana pengabdian kepada masyarakat untuk SPNMI dari STTG. 


Pagi harinya, ketua Pelaksana dan suaminya menjemput tamu. Saya ketiduran dan terbangun menjelang pukul 4. Saya buka WhatsApp dan melihat status aktif terakhir ketua Pelaksana. Saya lega setelah melihat status aktif nya pukul 3, artinya tamu sudah ditangani. Kepada mahasiswa yang menginap di Area 306 saya berpesan agar pagi itu mereka memasak sarapan untuk mereka dan tamu yang menginap. Bahan masakannya kami belikan di Ramayana. 

Pagi hari itu saya menghubungi mahasiswa agar memandu pak Bambang, pak Youri, dan temannya yang menginap di ruang biru menuju ruang Prodi Teknik Informatika. Pertemuan yang direncanakan pukul 9 itu mundur karena kami masih sibuk mengurus surat ke sekolah. Kami bertemu pukul 10 lebih. Dan setelah berbincang sebentar saya mengajak tamu, bu Leni Fitriani, dan bu Dewi Tresnawati untuk mengunjungi ketua PGRI. Karena hari itu Jum'at dan waktu salat Jum'at telah tiba, saya serahkan mobil ke ibu Dewi Tresnawati setelah saya dan tamu turun di area Masjid Agung Garut. Sebelum berangkat saya mengarahkan ibu Dewi dan ibu Leni untuk membeli kebutuhan lain untuk SPNMI sambil menunggu kami salat. Hari itu saya meminjam mobil milik mertua untuk kebutuhan kegiatan. Mobil kampus kebetulan sedang digunakan oleh mahasiswa Prodi Teknik Informatika dalam acara Masa Bimbingan di Cikajang.

Lepas salat Jum'at, saya ajak tamu untuk menuju Pendopo dan mengenalkan Babancong yang merupakan salah satu bangunan penciri Garut. Di sana saya menerima telepon dari ibu Dewi yang menanyakan keberadaan kami. Setelah diskusi sebentar saya putuskan bertemu di Chochodot. Saya ingin mengenalkan salah satu produk kuliner di Garut berbahan coklat dengan kemasan unik. Untunglah ibu Leni membekali saya uang sehingga saya bisa membelikan oleh-oleh untuk semua tamu. 


Selanjutnya bu Dewi membawa kami semua ke Wisma PGRI untuk menemui ketua PGRI di sana. Kami berempat masuk ke wisma, sementara ibu-ibu memutuskan untuk menunggu di mobil. Di sana saya merencanakan agar pertemuannya tidak lebih dari setengah jam. Saya tinggalkan sebentar pertemuan itu untuk menemui ibu-ibu di luar. Rupanya ibu-ibu sudah ingin segera kembali karena dari EPSON sudah akan datang ke kampus untuk persiapan tempat. Tadinya mereka mau pulang naik Grab, tapi saya minta mereka menunggu sebentar.



Dan kami pun tiba di kampus. Tamu kami arahkan ke Area 306 untuk makan siang. Malam sebelumnya ibu Leni mendapat kiriman cumi dari mahasiswa asal Selatan Garut. Ibu Leni menyerahkan cumi itu ke ibu Dewi Tresnawati untuk jadi santapan makan siang tamu di Area 306. Dalam kegiatan ini, ibu Dewi menangani makanan untuk pembicara, panitia, dan peserta. 

Beberapa menit setelah kami tiba, EPSON datang ke kampus. Syukurlah ruangan sudah tertata, hanya tinggal kursi tamu dan pasokan listrik untuk peserta yang belum siap. Saya menghubungi ketua Prodi Teknik Sipil untuk peminjaman kursi tamu. Selanjutnya saya intruksikan office boy untuk mengangkut kursi tamu dari ruang Prodi Teknik Informatika dan Teknik Sipil, serta meminta ketua Pelaksana untuk menghubungi petugas instalasi listrik untuk segera memasang listrik. 

Saya menyempatkan diri untuk bertanya kepada pak Youri tentang Area 306 yang diinapi semalam. Beliau menilai fasilitas tersebut sangat cukup dan mewah. Saat saya tawarkan lokasi menginap yang lain, beliau mengatakan tempat tidur di Area 306 ini sudah sangat memadai sehingga tidak perlu pindah ke tempat lain. Area 306 memang dirancang untuk kegiatan kreatif bidang Informatika di lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Di dalamnya tersedia kamar tidur dan dapur. Area 306 menjadi semacam rumah singgah bagi pegiat TIK nasional yang singgah di Garut. Mas Noviyanto dari Relawan TIK Jawa Timur sering menyempatkan diri istirahat di sana dalam kegiatannya di Jakarta. Area 306 juga sejak 2013 telah menjadi rumah bagi Komunitas TIK yang ada di Garut. 

Setelah diskusi dengan ibu Leni dan ibu Dewi, kami memutuskan makan malam bersama tamu dilaksanakan di Rumah Makan Cibiuk, sekalian mengenalkan sambal Cibiuk yang berasal dari kecamatan Cibiuk Garut. Dana yang digunakan adalah dari alokasi untuk penginapan pemateri. Kami membawa serta ketua MGMP Garut dalam acara makan malam tersebut yang kebetulan ada agenda pertemuan dengan ketua Ikatan Guru TIK. 



Tibalah saatnya kegiatan dilaksanakan. Kegiatan mundur 45 menit menunggu seluruh peserta hadir. Malam itu saya memberi masukan kepada ketua Pelaksana melalui Whatsapp apa saja yang harus disampaikan dalam dalam laporan kegiatannya. Point penting yang saya pesankan untuk disampaikan adalah tentang SPNMI, Bebras Challenge, serta asal peserta dan mitra kegiatan. 


Turut memberikan sambutan dalam acara tersebut ketua PGRI Garut, ketua Ikatan Guru TIK, dan perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Garut. Dr Hilmi Aulawi, Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut selaku tuan rumah memberikan sambutan, apresiasi untuk panitia, dan membuka acara tersebut. Sesi pembukaan ditutup oleh penandatanganan kerjasama antara Sekolah Tinggi Teknologi Garut dengan Ikatan Guru TIK. Dinas Komunikasi dan Informatika tidak kami undang karena peran mitranya ada di acara Bebras Challenge 15 November mendatang. 



Sesi materi pertama diisi oleh EPSON. Dalam kesempatan tersebut EPSON menyerahkan secara simbolis satu unit printer untuk panitia lokal. EPSON juga menyediakan door prizes bagi peserta, termasuk satu unit printer EPSON. Satu unit printer lagi diserahkan oleh pak Youri di penghujung acara kepada peserta terbaik dalam pembuatan soal dan materi online. Saya memutuskan printer untuk panitia lokal akan digunakan untuk menunjang kegiatan dosen Teknik Informatika di Area 306. 




Setelah materi EPSON dimulai, saya berangkat ke Cikajang untuk mengisi materi Prodi di acara Masa Bimbingan. Pagi itu saya tidak bisa hadir membuka program tahunan untuk mahasiswa baru, karena harus mengawal SPNMI. Ibu Leni yang sedianya diundang untuk memberikan materi kemahasiswaan dan ibu Sri Rahayu yang memberikan materi Bantuan Alumni di Masa Bimbingan saya putuskan tetap di lokasi SPNMI. Sebelumnya ibu Dini Destiani yang sedianya memberikan materi seputar akademik di Masa Bimbingan mengonfirmasi tidak bisa hadir karena sakit. Akhirnya saya putuskan, materi sosialisasi Proker Prodi dan Kemahasiswaan saya tangani, materi layanan Prodi dan Bantuan Alumni ditangani oleh Sekretaris saya, dan materi akademik diganti dengan motivasi dan disampaikan oleh pak Eri Satria, ketua Prodi Teknik Informatika periode sebelum saya. 




Karena mengejar penutupan SPNMI, saya dan pak Eri Satria bergegas meninggalkan lokasi acara Masa Bimbingan. Di tengah perjalanan kami memutuskan untuk mengisi perut dulu. Pak Eri mentraktir saya dengan insentif pemateri Masa Bimbingan. Sesaat setelah masuk ke dalam mobil, pak Eri menerima telepon dari bu Dewi yang menanyakan keberadaan kami, karena acara telah selesai dan pak Youri menanyakan saya. Saya melewatkan materi bu Dewi Tresnawati tentang Bebras Challenge dan pak Youri tentang Elearning selama kegiatan di Cikajang tersebut. Dan rupanya Prof Ali Ramdhani, ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut periode sebelumnya juga menyempatkan nengok kegiatan tersebut dan berbincang dengan teman-teman dari Ikatan Guru TIK. Alhamdulillah, kegiatan tersebut jadi istimewa dengan hadirnya pimpinan Kampus dan Prodi periode sebelumnya.




Setelah sampai di lokasi dan beres-beres lokasi sebentar, kami memutuskan untuk melaksanakan pembubaran panitia sambil makan Bakso. Makan baksonya selesai selepas Isya. Untuk terakhir kalinya saya sempatkan membawa pak Youri melihat Garut malam hari, menuju pusat Industri kulit. Begitu sampai di kampus, saya sempat menawarkan diri untuk mengantar pulang ketua Panitia. Tapi ibu Leni katanya sudah memesan ojek online. Sebagai pimpinannya saya merasa khawatir, tetapi saya tidak pernah memaksakan pilihan yang diberikan kepada bawahan. 

Malam itu saya menyempatkan diri pulang dulu ke rumah menemui anak dan istri. Dan sesuai rencana, pukul 9 malam itu saya menjemput teman-teman Ikatan Guru TIK dari Area 306 yang akan pulang dengan kereta api di Statsiun Kadungora. Dalam perjalanan saya mengucapkan terima kasih kepada Ikatan Guru TIK karena telah bermitra dalam program pengabdian kepada masyarakat. Teman-teman menyapaikan ucapan terima kasihnya atas pelayanan baik kami selama di Garut.

Pulang mengantar, saya sempatkan diri dulu untuk jalan-jalan menikmati malam Garut untuk menghilangkan penat seharian. Tidak ada tempat yang disinggahi, tetapi lagu dari JOOQ yang pas cukup membuat perjalanan malam sendirian itu sedikit menghibur. Dan sesampainya di rumah, ternyata radiator mobil bocor. Syukurlah mesinnya tidak saya matikan teman-teman turun di Statsiun. Kalau dimatikan, mungkin mobil tidak akan bisa dijalankan seperti di rumah. 

Alhamdulillah, kegiatan yang menjadi program kerja Prodi yang saya pimpin ini berhasil terlaksana. Agak sedih juga mendengar ketua Pelaksana jatuh sakit, sekalipun telah menerima penjelasan sakitnya itu sebagai akumulasi kelelahan pekerjaan sebelumnya. Saya merasa bangga karena sebagai alumni Sekolah Tinggi Teknologi Garut sebagaimana saya, ibu Leni sudah melaksanakan pekerjaan dengan total. Tidak lupa saya sampaikan ucapan terima kasih di WAG kepada EPSON, teman-teman Ikatan Guru TIK, dan peserta. WAG peserta selanjutnya saya ubah menjadi Grup Akademisi Informatika. Dalam melaksanakan Prokernya, Prodi memang membuat rencana pembentukan dua Forum, yakni Forum Masyarakat Informatika Garut untuk akademisi bidang Informatika, dan Forum Masyarakat Informasi Garut untuk pengguna TIK di Garut. 



Pengamalan Agama adalah Penampilan Muslim yang Sebenarnya

$
0
0

Saat di Pondok dulu saya suka mengenakan jubah, terbawa kebiasaan pakaian di GMA (Generasi Muslim al-Muhajirin). Beberapa teman di GMA mengenakannya krn terinsfirasi wali songo dan merasa semangat keagamaannya terdorong dgn pakaian tsb. Beberapa teman GMA lainnya (dgn sumber insfirasi yg sama) memilih utk mengenakan atribut pakaian adat seperti bendo dan iket dlm kegiatan keagamaannya.

Pilihan warna hitam dari jubah yg saya kenakan mengikuti semangat asketis, bukan krn pengaruh aliran harokah jihadi apalagi syiah, hehehe. Harokah saya adalah Mujahadah Ratisejiwa (Meraba Hati Mensejahterakan Jiwa), perang besar melawan hawa nafsu utk memperoleh Cahaya, melalui laku dzikir dan tafakur.

Saat itu di pondok ada dua kebiasaan pakaian harian. Santri mahasiswa teknik Sekolah Tinggi Teknologi Garut secara umum berbeda dgn santri salafiyah, mereka tdk sarungan. Tapi kalau ngaji semuanya pasti sarungan dgn pakaian seragam jenis koko.



Pernah saya mengusulkan agar pakaian santri teknik bentuknya jubah. Beberapa santri menyetujuinya. Lalu saya mendengar yg baru saya dengar dari salah satu teman (seorang guru sekolah yg tinggal di pondok) bahwa muslim seharusnya tdk terjebak dgn simbol. Makna dari perkataan teman tsb adalah ingatan bahwa agama itu yg terpenting adalah pengamalan dan tdk sekedar penampilan atau simbol2.

Usulan saya tsb tdk pernah saya wujudkan. Cukup pak Kyai saja yg mengenakan jubah putih, krn keluhuran ilmu dan amaliahnya. Bagi santri teknik yg sedang belajar, perhatian thd pengamalan agama lebih penting dari pada penampilan. Pengamalan agama adalah penampilan muslim yg sebenarnya.

Mengkonfigurasi GMail pada GSuite untuk NBO Bebras Indonesia

$
0
0

Dalam kegiatan Workshop Bebras di Jakarta tanggal 31 Agustus 2018 silam, saya merespon kebutuhan email berdomain bebras dari ibu Inge (Inggriani Liem). Kebetulan saya pernah membantu setengah jalan mengonfigurasi GSuite Forum Dosen Indonesia. Saya menyediakan diri untuk mengajukan NBO Bebras agar mendapatkan hibah GSuite for Nonprofit. Dan di penghujung workshop, pak Adi Mulyanto menawarkan kepada saya untuk bergabung dalam OC NBO Bebras Indonesia. Saya menerimanya agar dapat membantu kebutuhan email tersebut.

Untuk pengajuan tersebut saya membuat akun email Bebras Indonesia di GMail pada tanggal 3 September 2018. Pada tanggal yang sama saya berhasil mendaftarkan NBO Bebras Indonesia sebagai anggota Techsoup Asia. Beberapa berkas terkait AKTA dan SK Kemkumham yang diperlukan untuk keperluan verifikasi diperoleh dari pak Adi. Dan pada tanggal 6 September 2018, NBO Bebras Indonesia terkualifikasi untuk mengakses donasi software melalui Techsoup Asia, termasuk donasi dari Google. 

Pada tanggal 9 September 2018, dengan berbekal token Techsoup Asia, saya mulai mengajukan permohonan kepada Google agar NBO Bebras Indonesia dapat mengikuti program Google untuk Lembaga Nonprofit, dan pada hari itu pula disetujui. Dan pada tanggal yang sama Google mengirimkan petunjuk untuk memproses G Suite for Nonprofits. Pengajuannya disetujui pada tanggal 13 September 2018. Dalam prosesnya saya membuat akun khusus untuk admin Google berdomain bebras.or.id di Konsol Admin G Suite. Oh ya, karena rekaman tag meta dari Google yang harus ditambahkan ke DNS untuk verifikasi agar G Suite nya aktif, saya dibantu oleh pak Naryo yang menjadi admin DNS Bebras Indonesia. 

Setelah G Suite nya aktif, saya kemudian menghubungi pak Adi untuk mendapatkan daftar akun biro. Pada tanggal yang sama, saya mendapatkan daftarnya untuk kemudian ditambahkan melalui konsol admin. Pada tanggal 10 September 2018, saya membuatkan folder di Google Drive untuk seluruh biro untuk keperluan pelaporan kegiatan. Saya juga membuatkan folder khusus yang bisa dibaca oleh akun berdomain bebras.or.id atau akun biro. Saya membantu pak Adi untuk membuatkan template peserta dalam format spreadsheet yang kemudian disimpan di folder khusus tersebut dan dibagikan di WAG Koordinator Biro. 

Saya baru ngeuh aplikasi Gmail nya belum bisa digunakan setelah mendapatkan informasi dari teman Biro dari ITB. Tanggal 29 Oktober 2018 saya mendapatkan akses ke cpanel bebras dari pak Naryo setelah mendapat izin dari pak Adi. Setidaknya ada dua langkah penting untuk penyiapan aplikasi GMail nya: 1) penyesuaian MX di Setelan Lanjutan Gmail, dan penambahan rekaman MX di hosted-domain Bebras; serta 2) penambahan rekaman spf di DNS nya di Bebras. Setelah mencari waktu lapang untuk menindaklanjutinya, akhirnya langkah pertama bisa selesai sendiri pada tanggal 2 November 2018, dan langkah kedua selesai dibantu oleh Nikki dari Google Support pada hari ini tanggal 7 November 2018.


Sampai tahap pertama akun email bisa menerima email dari luar, tetapi tidak bisa mengirimkan email ke luar. Hal ini saya tanyakan ke Google Support. 


Akhirnya dengan bantuan dari Nikki (Google Support) rekaman SPF ini berhasil ditambahkan :

v=spf1 include:_spf.google.com ~all

Setelah penambahan rekaman tersebut, saya bisa membalas email atau mengirim email ke luar.



Kendali Nafsu

$
0
0

Hawa nafsu itu tunggangan yang buta bagi setan dan raja hati, syahwat dan ilmu yang jadi tali kekangnya.

Nafsu itu beragam kondisinya, dari yang terendah hingga tertinggi, dari amarah hingga kamilah. Kondisi nafsu manusia tergantung syahwat mana yang diikutinya. Syahwat itu ada yang baik dan buruk. Bila akal / ilmu / kebenaran diikuti dan digunakan untuk memilih syahwat yang baik dan menguatkan hawa untuk terus mengikutinya, maka kondisi akhir nafsunya bisa menjadi baik. Namun tidak halnya jika sebaliknya.

Raja hati itu istilah yang saya temukan dalam tulisannya Ibnu Arabi. Beliau mengatakan bahwa manusia itu seharusnya jadi penguasa / raja dalam hatinya. Jangan manusia sampai diperbudak oleh syahwat yg buruk sebagai akibat berpaling dari kebenaran / ilmu. Bila kondisinya diperbudak, nafsu ini akan jatuh ke dalam kondisi amarah yg selalu mendorongnya kepada keburukan. Bila nafsu kondisinya demikian maka setan dengan leluasa menungganginya, menjadikannya sebagai kaki tangan dalam keburukan. Namun jika sebaliknya dan menjadi penguasa hati yg berdaulat, maka dia akan menjadi kaki tangan Allah, yang dengannya Dia berbuat kebaikan bagi semesta alam.

Pada dasarnya nafsu / jiwa kita ini buta. Pada saat Allah memberinya pemahaman, maka jadilah ia melihat / mengetahui segala sesuatu. Dengan literasi itu manusia menjadi dimuliakan oleh mahluk dengan perintah Nya, kecuali oleh iblis yg sombong. Demikianlah kondisi manusia pertama, Adam a.s., yang pada awalnya beliau buta dari mengetahi sesuatu, lalu Allah membuatnya melek setelah memberitahu nama-nama ciptaan Nya. Namun kebutaan itu tetap ada dan tanpa batas, tersibak sebagian kecilnya dgn ilmu yg datang padanya melalui keenam inderanya.

Interaksi Saya dengan Front Pembela Islam

$
0
0

Sejak tahun 1997 saya mukim di pondok pesantren mahasiswa. Saya pernah bertemu dengan al-Habib Muhammad Rizieq Syihab di rumah pimpinan pondok pesantren mahasiswa. Sungguh kebetulan sekali karena pertemuan itu terjadi dalam periode penelaahan mandiri karya tulis Ibnul-Qayyim, topik pergerakan Islam seperti Ikhwanul Muslimin, dan sebelum interaksi saya dengan Syabab Hizbut Tahrir di Garut. Kebetulan pimpinan pondok pesantren memiliki hubungan yang cukup baik dengan pucuk pimpinan FPI (Front Pembela Islam) tersebut. Pertemuannya dilaksanakan pada malam hari yang dihadiri oleh seluruh santri mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Garut. 

Waktu itu saya banyak mendengar di kalangan pegiat Islam bahwa Laskar Jihad pimpinan Jafar Umar Thalib diupamakan seperti tentaranya umat Islam, dan Laskar FPI diumpamakan seperti polisinya umat Islam. Apa yang saya dengar tersebut kemudian ditanyakan maksudnya kepada Habib. Dengan lemah lembut beliau menjelaskan fungsi laskar FPI dalam kaitannya dengan amar ma'ruf nahyi munkar dan menyampaikan pendapatnya tentang Laskar Jihad secara ringkas. Penjelasan beliau memberi tambahan pengetahuan saya seputar pergerakan Islam, khususnya yang ada di Indonesia.

Beberapa waktu kemudian saya diminta oleh pimpinan pondok pesantren untuk memimpin suatu kegiatan se Jawa Barat di Garut. Saya sering menyelenggarakan kegiatan saat aktif di Generasi Muslim al-Muhajirin atau Palang Merah Remaja. Tetapi untuk yang satu ini saya merasa tidak bisa menyelenggarakannya sendirian. Syukurlah saya memiliki banyak kenalan teman-teman kampus, adik-adik tingkat yang aktif di organisasi mahasiswa Islam eksternal kampus. Pimpinan pondok dan teman-teman menunjuk saya sebagai ketua pelaksana, sekalipun saya sudah menyampaikan usulan agar salah satu teman yang bergabung dalam kepanitiaan yang menjadi ketua pelaksananya. Saya setuju dengan catatan bahwa teman tersebut bertanggung jawab atas operasional kegiatannya. 

Kegiatan tersebut adalah Musyawarah Daerah FPI Jawa Barat yang pertama. Saya tidak terlalu faham FPI itu apa, tetapi pimpinan pondok pesantren lebih faham karena banyak berinteraksi dengan pengurus pusatnya. Saya melaksanakan tugas tersebut dengan dua alasan, 1) Menghormati permintaan ketua pondok pesantren, dan 2) Ingin membantu sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan umat Islam. Dengan alasan tersebut saya menyanggupi untuk menjadi ketua pelaksana kegiatannya. 

Saat kegiatan itu berlangsung, saya hampir tidak mengikuti kegiatannya. Saya stand-by di kobong. Saya telah menyerahkan operasional kegiatannya secara penuh kepada teman yang saya percayai tersebut. Rupanya dia sangat handal sehingga dapat mengelola kegiatan pemilihan ketua FPI Jawa Barat yang pertama itu hingga selesai. Itulah sebab kenapa saya memilihnya, karena saya yakin dia lebih faham dari pada saya soal tata tertib dan administrasi pemilihan ketua kepengurusan. Walau saya diminta sebagai ketua pelaksana Musyawarah Daerah FPI Jawa Barat, tetapi saya tidak pernah diminta untuk menjadi anggota FPI. Oleh karenanya, setelah selesai kegiatan tersebut, saya kembali melaksanakan rutinitas di kobong, mengikuti pengajian, membaca buku, dan mengamalkan aurod, jauh dari kegiatan organisasi apapun. 

Beberapa tahun kemudian saya mendengar berita tentang FPI, mulai dari berita positif dan negatif. Saya membaca bagaimana gesekan FPI dengan akar rumput Nahdiyin mengeras saat Habib mulai mengkritik dengan gaya bicara orang Betawinya kepada Gus Dur. Saya membaca bagaimana media mengeksploitasi gesekan FPI dengan masyarakat untuk kepentingan rating. Bahkan ada lembaga independen yang secara khusus membuat daftar masalah tersebut dan mempublikasikannya di internet, yang dimanfaatkan oleh banyak perkumpulan untuk mendorong pembubaran FPI. Dan sekarang ini saya membaca bagaimana FPI yang didirikan pada tanggal yang sama dengan kemerdekaan Indonesia itu dikait-kaitkan dengan organisasi teroris. 

Sebenarnya FPI ini memiliki banyak kegiatan yang pasti akan dinilai positif oleh umumnya masyarakat, seperti misalnya kegiatan relawan dalam kejadian Tsunami Aceh. Namun pemberitaan yang banyak dimunculkan di media sosial lebih banyak seputar gesekan tersebut. Nahyi munkar yang menjadi penciri umat Islam itu penting adanya di tengah masyarakat yang mulai melepaskan kearifan lokalnya. FPI memiliki prosedur nahyi munkar yang tidak melanggar aturan pemerintah dan telah melaksanakannya. Hanya tinggal mengendalikan pelaksana dan mengelola pemberitaannya saja agar direspon positif oleh masyarakat yang membutuhkan ketertiban umum. Semoga saja Rabithah Alawiyah sebagai induk dari segala organisasi habaib (seperti Majelis Rasulullah, Nurul Mustafa, FPI, dan lain sebagainya) dapat memberikan pendampingan agar FPI dapat menjadi organisasi yang dapat melaksanakan nahyi munkar dalam wajah yang lebih simpatik lagi, sekalipun kita tahu tidak mungkin semua orang dibuat simpatik dengan nahyi munkar, seperti pelaku maksiat yang melanggar aturan pemerintah, syariat agama, atau nilai dan norma budaya bangsa. Karena bagaimanapun, FPI yang dianggap sebagai organisasi habaib oleh Habib Zen, harus dapat mewujudkan rahmatan lil alamin dan menjadi "telaga al-kautsar" yang menghilangkan dahaga masyarakat yang terganggu oleh kemunkaran dengan kelezatan rasa yang abadi di dalam hati.

Dzikr dalam OSPEK yang Memicu Tangisan

$
0
0

Di masa SMA dulu, saya pernah diberi tahu oleh mas Yudho sebuah buku yang berjudul al-Hikam. Saya temukan buku itu di perpustakaan masjid sekolah pada jam istirahat. Begitu saya baca, ternyata isinya menarik. Tulisan Ibnu Athaillah tersebut memunculkan dorongan jiwa untuk membangun perasaan dekat dengan Sang Pencipta. Dorongan yang terbentuk dengan sendirinya, seakan bacaan itu adalah makanan hati yang membuat hati tumbuh dan sehat. Dorongannya semakin kuat saat saya mengikuti kebiasaan memperbanyak bacaan dzikr di dalam hati yang menjadi kebiasaan beberapa teman di Generasi Muslim al-Muhajirin. Umumnya kami saat itu selalu membawa tasbih 33 biji atau alat penghitung mekanis. Pada puncaknya, saya memilih untuk melepaskan alat hitung tersebut karena merasa dzikir nya tidak perlu dihitung dan tidak perlu terlihat oleh siapapun. Dzikir pilihan saya waktu itu adalah "Allah" dan dilafadzkan di dalam hati seharian terus menerus. 

Rasa kedekatan dan dzikir itu masih ada saat saya mengikuti OSPEK (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) di Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Setiap hari di awal waktu kegiatannya, kami dibariskan sesuai jurusan dan memasuki sesi uji mental. Melihat kegiatan uji mental di awal waktu itu mengingatkan saya kepada kegiatan uji mental yang dilakukan oleh alumni pramuka saat perkemahan pramuka penggalang. Dari dulu saya tidak pernah memahami manfaatnya sehingga saya tidak menyukainya. Ketidaksukaan itulah yang membuat saya dulu menolak permintaan pembina Pramuka di SMA untuk bergabung di pramuka penegak dan lebih memilih aktif di Palang Merah Remaja. 

Saat duduk berbaris itu, saya memilih untuk tidak menyibukan hati dengan kegiatan yang secara pribadi dianggap tidak bermanfaat. Suruhan panitia agar teman saya menghisap banyak rokok sekaligus sebagai hukuman hanya memberikan kesenangan bagi panitia tetapi tidak memberikan faidah apapun bagi teman saya tersebut. Mata ini dipejamkan lalu dzikir pun dilisankan di dalam hati. Anehnya karena memilih kesibukan seperti itu, saya hampir "tidak disentuh" oleh kakak tingkat sampai akhir kegiatan. Sementara saya mendengar beberapa teman di sekitar menjadi objek uji mental. Dan pada suatu kesempatan ada kakak tingkat yang menyempatkan memeriksa denyut nadi. Sepertinya saya disangka sakit, mungkin karena terlihat tidak banyak bergerak atau merespon lingkungan. 

Mungkin agak sulit bagi siapapun untuk memastikan kondisi saya hanya dengan melihat penampakan lahir saja. Lain halnya dengan sopir yang kendaraan umumnya saya naiki . Saat itu saya duduk di jok depan. Dalam perjalanan saya memutuskan untuk melaksanakan salat Ashar di dalam kendaraan. Beberapa waktu kemudian, saya mendengar sopir menurunkan penumpang. Saat kondektur mau menurunkan saya, sopirnya melarang. Begitu selesai salat, saya melihat kendaraan sudah terparkir di terminal Cileunyi. Sopirnya masih duduk di kursinya. Saya pun pamit meninggalkan mobil elf tersebut. 

Di hari terakhir itu ada mahasiswi dari panitia OSPEK yang membuka komunikasi dengan saya. Bagian perbincangan yang masih diingat adalah tentang apakah saya sudah memiliki kekasih atau belum. Waktu SMA dulu saya memegang prinsip, tidak akan mencintai siapapun (memiliki kekasih) sebelum mampu mencintai Allah dengan benar. Saat itu saya merasa belum dapat mencintai Allah dengan benar sehingga tidak layak menjadi kekasih siapapun. Oleh karenanya hingga masa menjadi mahasiswa baru saya memilih untuk menjomblo. Rasa suka saya terhadap teman di SMA atau di Generasi Muslim al-Muhajirin saya tepiskan karena prinsip tersebut.

Mungkin karena pemahaman dan istiqamah dalam prinsip tersebut, pertanyaan kakak tingkat tersebut saya jawab "sudah", tetapi dengan pemahaman di dalam hati bahwa kekasih yang dimaksud adalah Allah. Saat ia bertanya di mana kekasih tersebut, saya jawab, "ada di mana saja". Saat mahasiswa kakak tingkat lain yang berkaca mata mengatakan bahwa saya play-boy, saya tidak menanggapi. Jawaban tersebut yang disampaikan dengan sikap merendah bagi orang yang tidak faham maksud kekasihnya akan terasa provokatif. Hasilnya saya dicecar dengan pertanyaan lainnya yang sampai kapanpun tidak akan bertemu karena si penanya dan yang ditanya berhadapan dengan noise semantik akibat perbedaan konteks tersebut. 

Semua ungkapan tentang Allah itu membukakan celah di dalam hati sehingga munculah gelombang rasa yang memicu banjir air mata. Saya benar-benar tidak bisa menahan dan menghentikannya, bahkan hingga acara mushofahah antara mahasiswa baru dengan panitia. Kakak tingkat itu menyatakan permohonan maafnya, dan saya tidak bisa berkata apa-apa karena merasa bukan kesalahannya yang menyebabkan air mata ini mengalir. Air mata itu disebabkan karena pilihan jawaban dari dua pilihan yang saya ambil. Mahasiswi itu kini menjadi istri salah satu wakil ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Ia selalu menyapa dengan ramah hingga sekarang kalau bertemu di kampus. 

Selepas OSPEK itu saya tetap memandang uji mental dan perpeloncoan sebagai aktivitas tidak bermanfaat. Sebagian adik tingkat dan teman seangkatan yang menjadi panitia OSPEK pada tahun 2001 itu tidak menyukai pandangan tersebut. Mereka ingin uji mental dan perpeloncoan yang sudah menjadi tradisi turun temurun tersebut tetap ada. Walau demikian, ketua BEM sependapat dengan saya dan meminta agar dibuatkan buku panduan OSPEK untuk merubah tradisi tersebut. Kesempatan tersebut saya gunakan dengan baik dengan niat untuk membangun perubahan. 


Sofyan Munawar (ujung kiri), Ketua BEM STTG era 2001

Di dalam buku tersebut saya sampaikan bahwa pengalaman penting yang dibutuhkan oleh mahasiswa baru adalah simulasi pengalaman perkuliahan dan sikap intelektual. Perpeloncoan yang dilakukan oleh siapapun demi kesenangan emosional tidak boleh menjadi bagian dari budaya intelektual. Secara ekstrim saya menyebut perpeloncoan sebagai aksi balas dendam yang rantainya harus diputus. Itulah sebab kenapa sebagian panitia OSPEK menyoraki saya saat dipanggil ke depan untuk diperkenalkan kepada mahasiswa baru. Bagi saya saat itu, kritik terhadap perpeloncoan dan perubahan lebih berharga dari menanggapi sorakan kekanak-kanakan tersebut.

Pada akhirnya kementrian riset teknologi dan pendidikan tinggi menerbitkan kebijakan baru OSPEK tahun ajaran 2015/2016. Kepanitian tidak lagi dipegang oleh mahasiswa, tetapi oleh lembaga. Menteri riset teknologi, dan pendidikan tinggi mengatakan bahwa aturan baru diberlakukan untuk menghindari kecenderungan panitia dalam melakukan misi balas dendam kepada mahasiswa baru. Kementrian mengundang pimpinan perguruan tinggi untuk mencegah OSPEK menjadi ajang perpeloncoan. 

Saya, Persepsi, dan MAPALA

$
0
0

Tahun 2000 an saya aktif mengelola Buletin Kampus sendiri bernama PERSEPSI. Buletin tersebut di antaranya berisi ide dan gagasan saya selaku mahasiswa utk pengembangan kampus. Di antara manfaat buletin yang dirasakan sampai sekarang adalah kebijakan kampus tentang sumbangan lulusan berupa buku. Munculnya kebijakan tersebut didorong oleh tulisan dalam buletin PERSEPSI tentang menggunungkan ilmu dengan latar cerita perpustakaan Baghdad di masa kejayaan Islam. Kepastian manfaat buletin tersebut saya dapatkan dari pak Syakur Amin. 

Pada masa tersebut saya berkesempatan berdiskusi seputar sosialisme dengan kang Prisani dari MAPALA. Diskusinya malam hari di sekretariat MAPALA, yang sekarang tempatnya menjadi mini market Ponpes al-Musaddadiyah. Awal pertemuannya tidak disengaja, niat awalnya hanya membantu MAPALA memperbaiki komputernya yang rusak. Hubungan saya dgn tokoh MAPALA Sekolah Tinggi Teknologi Garut tersebut pada awalnya hanya sebatas kawan diskusi saja. Pemahamannya tentang sosialisme sama sekali berbeda dengan saya. Diskusi seputar kampuslah yang lebih banyak mempertemukan pemikiran saya dengannya.

Dalam satu kesempatan ia meminta saya untuk membuat jejak pendapat tentang kenaikan uang kuliah. Saya siapkan kuesionernya, dicetak dengan tinta warna hijau di atas kertas putih. Satu lembarnya berisi dua kuesioner. Jejak pendapat tersebut disebarkan kepada sejumlah mahasiswa lintas jurusan. Setelah datanya saya olah dan analisis, hasilnya didiskusikan dengan MAPALA.

Saya diajak untuk menyampaikan hasil tersebut kepada kampus. Saat itu yang menemui saya dan kang Prisani adalah pak Eko Retnadi yang saat itu menjabat sebagai wakil ketua bidang kemahasiswaan. Beliau menerima kami dengan baik dan menganggap yang saya lakukan sebagai bentuk pengembangan diri. Diskusi dengan beliau berjalan cukup baik, namun saya lupa apa saja yang kami bicarakan saat itu.

Interaksi saya dengan kang Prisani menguatkan pemahaman bahwa tidak perlu pemahaman yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Saya tidak berminat membangun jarak dengan memanfaatkan perbedaan pemahaman sosialisme. Minat saya adalah kontribusi kepada kampus. Saya sangat menyayangkan kondisi yang nampak di media sosial sekarang ini. Banyak fans-army yang lebih fokus dengan mempertikaikan pemahaman berbeda dari pada merajut silaturahmi dan bekerjasama membangun Indonesia.

Sayangnya tradisi menulis ini tidak berhasil saya wariskan saat dipercaya sebagai bidang Jurnalistik dan Pengembangan Masjid oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Juga tidak berhasil saya wariskan ke Kelompok Penggerak Teknologi Informasi dan Komunikasi, sekalipun saya sudah membentuk kelompok kerja khusus bidang informasi. Walau demikian saya berhasil mendorong Rikza Nasrulloh anggota kelompok kerja tersebut untuk membangun sub domain situs web kampus yang bernama liputan kampus dan masih bermanfaat hingga sekarang. Saat itu saya memang fokus pada community development dan platform development. Semoga akan tiba lagi masa bagi mhs utk membangkitkan kembali jurnalistik di kampus sebagai jalan kontribusi pembangunan kampus melalui pemikiran.


Menyatu dalam Satu Hati

$
0
0

Saat usia remaja dulu saya pernah mendengar bisikan di dalam hati yang mengatakan bahwa saya akan bisa mengetahui isi hati orang lain. Bisikan itu ditanggapi dgn penolakan karena khawatir terjerumus ke dalam dosa prasangka. Saya tdk memiliki ilmu untuk membedakan mana bisikan hati yang merupakan prasangka dan bukan.

Suatu saat di masa SMA saya pernah ikut bela diri. Sore itu dalam posisi duduk bersila kami semua diminta oleh guru untuk memejamkan mata. Dalam kondisi mata terpejam terlihat banyak hal, mulai dari diri yg pergi melayang meninggalkan tubuh, sebilah pedang yg berputar di samping kanan, hingga sebuah tiang yg melayang di langit. Semua itu baru saya lihat dan alami. Setelah itu guru menanyakan apa yang di lihat oleh kami, dan ternyata setiap orang memiliki penglihatan atau pengalaman yg berbeda-beda.


Sepulangnya dari sana saya buka buku Durotun-Nashihin, dan saya mendapatkan informasi tentang satu tiang di langit seperti ini:

Sesungguhnya Allah Ta'ala menciptakan sebuah tiang di hadapan Arsy. Maka, apabila seseorang mengucapkan: ”Laa ilaaha illallaahu, Muhammadur Rasulullah”, bergoyanglah tiang itu. Lalu, Allah Ta'ala berfirman: “Diamlah, hai tiang”. Namun, tiang itu menjawab: “Bagaimana aku bisa diam, sedang Engkau belum mengampuni orang yang mengucap kalimat tadi?” Maka Allah Ta'ala berkata: “Sungguh, Aku telah mengampuninya.” Barulah ketika itu dia mau diam.

Walau saya tidak menganggap tiang yang dilihat sore itu adalah tiang yang dimaksud dalam Durotun-Nashihin, namun keimanan kepada yang Ghaib terkokohkan dengan pengalaman tersebut.


Dalam kesempatan lain saya duduk melingkar dengan beberapa teman. Lalu saya minta semuanya memejamkan mata dan di ruang gelap itu semuanya fokus pada satu titik. Setelah itu saya imajinasikan seberkas cahaya berwarna beberapa saat. Setelah selesai saya menanyakan apa yang mereka lihat. Ternyata ada yang melihat cahaya tersebut dengan warna yang persis. Hal tersebut menjelaskan kepada saya bahwa seseorang dapat mengkomunikasikan sesuatu dalam alam fikiran.


Sekian belas tahun kemudian, saya pernah mengendarai motor bersama isri. Tiba-tiba saya ingin mengarah ke bakso Malang. Sesaat setelah berada tepat di pinggir bakso tersebut dan hampir berhenti, saya memacu kendaraan meninggalkan tempat tersebut. Istri saya kemudian berkata dengan nada kesal, bahwa sebelum menepi ia sudah ingin makan bakso tersebut.


Suatu ketika dalam perjalanan mudik, saya berhadapan dengan persimpangan jalan. Kemudian terbetik dalam fikiran ini bahwa saya harus mengambil jalur ke arah kanan utk menghindari kemungkinan macet. Dalam waktu bersamaan istri meminta agar kendaraan diarahkan ke jalur yang saya fikirkan. Seraya tersenyum saya bilang kepadanya agar ia tdk perlu repot mengatakannya karena kendaraannya memang akan mengarah ke sana.


Suatu ketika dalam perjalanan menuju bengkel motor, terbetik keinginan di dalam hati untuk mendinginkan kerongkongan dengan es Kepu sepulang dari bengkel. Beberapa saat kemudian istri saya mengusulkan agar kami singgah dulu di es Kepu sepulangnya dari bengkel karena ia ingin mendinginkan kerongkongannya. Saya sampaikan kepadanya memang saya berencana pergi ke sana selepas dari bengkel sebelum ia mengatakannya.


Suatu ketika saya dan istri duduk menunggu kendaraan yang sedang dicuci. Lalu saya melihat di layar TV ada daging rendang. Saat itu istri saya tidak menghadap TV. Saya kemudian mengatakan kepadanya keinginan untuk makan nasi Padang. Istri saya tertawa, karena ternyata pada saat yang bersamaan ia sedang membayangkan lezatnya ayam Pop.


Lepas dari kebetulan atau tidak, namun kondisi terbetik keinginan yang sama dalam hati itu seringkali terjadi. Jiwa yang menyatu bisa saling mendengar isi hati atau mengetahui kondisi seseorang yang dicinta walau tidak dibunyikan dengan lisan. Jiwa bisa mengetahuinya melalui bersitan hati atau mimpi. Sebagaimana bila ibu saya ingin bertemu, maka saya pasti merasakan dorongan ingin pulang di dalam hati. Dulu bila saya ingin bertemu teman dekat saya, ia memimpikan saya pulang dengan pakaian yang sama persis dengan pakaian yang saya kenakan. Saya pun pernah mengetahui pilihan suami seseorang, apa pekerjaan orang yg dinikahinya (guru), dan apa alasannya (keluarga religius), melalui mimpi melihatnya bersama pria berbaju seperti yang biasa dikenakan oleh seorang ustadz.


Hal tsb terjadi dlm hati dua jiwa yg saling bertalian. Terbayang bagaimana bila hamba Allah memiliki hati yang sanggup menerima keinginan Nya, sehingga tangan dan kakinya bergerak sesuai dengan keinginan Nya tanpa perlu Allah berkata kepadanya. Hamba tersebut memahami kenapa ia melakukannya setelah selesai berbuat. Ia melihat Tuhan ingin melimpahkan kasih Nya kepada seseorang dengan tangan dan kakinya.

Teringat hadits Qudsi yang artinya, "... Jika Aku telah mencintainya, maka (Aku) menjadi pendengarannya yang dia mendengar dengannya, (Aku) menjadi penglihatan yang dia melihat dengannya, menjadi tangan yang dia memukul dengannya, menjadi kaki yang dia berjalan dengannya ..."

Saya tutup cerita ini dengan do'a nabi Daud a.s. ini,

Allahumma inni asaluka hubbak, wa hubba ma yuhibbuk. Wal amalaladzi yubalighuni hubbak. Allahummaj'al hubbaka ahaba ilayya, min nafsi, wal ma'i, wal barod


Meneruskan ke Banyak Alamat Email di Gmail

$
0
0
Misalnya anda memiliki alamat email mymail@gmail.com. Anda ingin agar setiap pengiriman email ke alamat tersebut diteruskan ke dua alamat email berikut ini: mymail1@domain.com dan mymail2@domain.com. Dalam praktiknya anda bisa mengganti alamat email contoh tersebut dengan alamat email milik anda sendiri. 

Anda dapat memafaatkan fitur filter untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Langkahnya adalah sebagai berikut:

  • Buka Settings, lalu klik tab Forwarding and POP/IMAP;
  • Klik tombol Add a forwarding address, lalu tuliskan alamat email yang akan menerima penerusan email (mymail1@domain.com dan mymail2@domain.com);

       
      • Untuk setiap penambahan alamat email tersebut anda harus mengkonfirmasinya di alamat email yang dimaksud;
      • Masih di bagian Settings, pindah ke tab Filters and Blocked Address, kemudian klik Create a new filter;

         
        •  Isi alamat target nya (to) dengan alamat email mymail@gmail.com, lalu klik tombol Create Filter;


        • Bila alamat forwarding address sudah ada, maka anda bisa memberi tanda cek pada Forward it dan memilih alamat email yang pertama, yakni mymail1@domain.com;

        • Lakukan langkah pembuatan filter yang sama untuk alamat email mymail2@domain.com.

        Dua Hari Tiga Kota : Kampus, Relawan TIK, dan Orang Tua

        $
        0
        0
        Kebetulan sekali wisuda sarjana Sekolah Tinggi Teknologi Garut tahun ini bertepatan waktunya dengan Festival TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang digelar oleh Relawan TIK Indonesia, sehingga saya tidak bisa banyak membantu panitia hingga hari pembukaannya sebagaimana pengurus pusat lainnya. Hari Sabtu itu saya mengikuti prosesi Wisuda, melepas puluhan sarjana Informatika Sekolah Tinggi Tekologi Garut. Acaranya berlangsung dari pukul delapan hingga tengah hari. 


        Setelah wisuda usai, saya segera pulang ke rumah, mencoba tidur sebentar. Saat wisuda tadi, rasa ngantuk terasa menerpa akibat susah tidur semalam. Setelah mencoba memejamkan mata, ternyata tubuh ini menolak untuk tidur. Akhirnya saya memutuskan untuk mandi agar tubuh menjadi segar. 

        Satu hari sebelumnya janji sudah dibuat dengan staf program studi dan Ipan Setiawan (perwakilan Relawan TIK Garut) untuk berangkat ke Festival TIK pada pukul dua siang. Pukul dua siang itu saya langsung berangkat menjemput keduanya. Kendaraan melaju menuju Sumedang sekitar pukul setengah tiga. Jalanan dari Sumedang ke gerbang tol Cikopo itu lumayan menantang, banyak sekali kelokan dan truk besar.

        Setelah menempuh perjalanan selama sekitar empat jam, akhirnya kami sampai di lokasi kegiatan selepas Isya. Di area kompleks Radar Cirebon tersebut saya langsung menemui ketua umum Relawan TIK Indonesia yang sedang berbincang dengan panitia. Di sana juga ada ketua Relawan TIK Jawa Barat. Sebelum bergerak menuju lokasi rapat kerja nasional, saya sempatkan dulu salat Magrib dan Isya di mushala. 

        Di dalam aula pertemuan itu ternyata sudah banyak sekali delegasi Relawan TIK Indonesia dari berbagai wilayah di Indonesia yang telah hadir. Acara dimulai dengan flashmobdipimpin oleh mas Bahruddin dari Relawan TIK Pasuruan dan mas Shela dari Relawan TIK Bojonegoro. Di tengah acara, staf program studi menghubungi karena jemputannya sudah datang. Saya pun beranjak dari lokasi acara menuju parkiran. Di sana saya berkenalan dengan calon suaminya yang menjemput. Setelah semua barang diambil oleh staf saya dari mobil, keduanya pamit meninggalkan lokasi. 

        Sekitar puluh sembilan malam, rapat kerja nasional mulai mengatur pembahasan program kerja ke dalam divisi literasi yang telah dibentuk sebelumnya pada rapat kerja nasional di Pemalang. Saya memimpin pembahasan program kerja divisi kampus. Turut hadir dalam pembahasannya sejumlah komisariat kampus dari berbagai wilayah di pulau Jawa. Hanya saya dan pak Wijayanto dari kalangan dosen, selebihnya adalah mahasiswa. 


        Sebelum pembahasan yang dibagi ke dalam kelompok tersebut, saya berkesempatan untuk menyampaikan pendapat kepada forum dalam kapasitas sebagai ketua bidang pengembangan SDM (sumber daya manusia) terkait perubahan kondisi organisasi Relawan TIK Indonesia dari mandiri menjadi madani. Pendapat tersebut sebenarnya sudah dituliskan dalam buku tentang pengembangan SDM Relawan TIK Indonesia. Saya sampaikan bahwa seyogyanya setiap anggota diberikan pengalaman karir dari tingkat komisariat hingga pusat dan berujung pada pengalaman mengelola unit bisnis yang menghidupi program relawan. Dengan demikian maka organisasi mendapatkan SDM yang cukup sehingga dapat beranjak dari kondisi mandiri menjadi madani. 

        Pendapat lainnya yang juga dituliskan di dalam buku tersebut adalah terkait rantai komando. Untuk keperluan dokumentasi, bidang terkait memiliki SDM yang bekerja pada bidang tersebut dari pusat hingga komisariat. Saya berpendapat, dengan adanya SDM tersebut tidak perlu lagi dibuat divisi khusus. Semua gagasan tersebut baik yang dituliskan dalam buku ataupun disampaikan dalam rapat kerja nasional tersebut semata untuk memajukan Relawan TIK Indonesia. Dan saya kira semua amaliah pengurus pusat dalam kesempatan tersebut juga untuk tujuan yang sama. Oleh karenanya miris sekali bila ada yang bersangka buruk menganggap para pengurus pusat mengurusi popularitas diri yang tidak penting. Relawan itu tdk mencari popularitas, tapi mencari pahala dgn cara berbagi.

        Kembali ke pertemuan divisi kampus, dalam pertemuan tersebut setiap wakil komisariat menyampaikan permasalahannya. Sebagai ketua divisi kampus saya mencatat dan memberikan tanggapan. Beberapa masalah dan solusinya yang menjadi pembahasan dalam pertemuan tersebut adalah sebagai berikut:

        Masalah ke-1: Sebagian kampus tdk menerima organisasi eksternal kampus.

        Solusi: dua legalitas, eksternal dari Relawan TIK Indonesia dlm bentuk organisasi komisariat sebagai dasar kolaborasi nasional, internal dari kampus dlm bentuk yg dikehendaki kampus.

        Masalah ke-2: Kampus umumnya blm memahami arti penting relawan TIK Indonesia.

        Solusi: Deskripsi kontribusi Relawan TIK yg menunjang pemenuhan Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

        Masalah ke-3: Proker relawan TIK kampus belum seragam. 

        Solusi: Dibuat proker nasional yg diterapkan sesuai visi & misi kampus, dan proker lokal yg sesuai dgn kebutuhan atau kondisi lokal.

        Proker dpt berbentuk : Pelatihan terjadwal selama 14 minggu / 1 semester sebagai proker mingguan layanan eksternal; Seminar online yg dihadiri semua komisariat sebagai proker semesteran; Pendampingan masyarakat dlm wujud program Relawan TIK Abdi Masyarakat selama 5 hari hingga 1 bulan saat libur panjang sebagai proker tahunan.

        Masalah ke-4: Belum ada upaya utk memberikan kesempatan pengalaman kegiatan yg berbeda setiap tahunnya kpd anggota sehingga mhs blm banyak yg tertarik gabung, bingung setelah bergabung, dan jenuh setelah bergabung.

        Solusi: Menerapkan sistem penjenjangan dlm proker internal organisasi (peserta, pelatih, pengelola, perintis) sesuai tahun akademik di kampus.

        Masalah ke-5: belum ada kegiatan kolaboratif di antara komisariat kampus.

        Solusi: Prokernas hrs mewujudkan kolaborasi lintas komisariat

        Masalah ke-6: Diperlukan OC selaku pengelola prokernas.

        Solusi: Penggarapan BAKORTIKA ID (Badan Koordinasi Relawan TIK Kampus Indonesia) sebagai elemen organisasi Relawan TIK Indonesia harus diseriuskan.

        Setelah rapat kerja nasional berakhir pada tengah malam, saya meluncur ke hotel Permata Hijau sesuai arahan ketua umum Relawan TIK Indonesia. Ikut dalam perjalanan ke sana mas Shela, mas Baharuddin, dan mas Faun. Setibanya di hotel saya tidak langsung tidur, saya beranjak ke luar untuk membeli makanan di mini market yang berada piggir hotel. Ternyata mas Faun dan kawan-kawan masih ada di depan hotel dan mengajak saya untuk minum kopi di pinggir jalan. Saya turut berbincang dengan teman-teman tentang hubungan Relawan TIK cabang dengan Relawan TIK pusat, pemerintah, dan mitra sponsor, sambil duduk di pinggir jalan dan menyeruput susu panas. Barulah setelah menjelang pukul dua pagi, kami pun menuntaskan obrolan tersebut.


        Setelah tertidur beberapa saat, saya pun bangun sekitar pukul lima pagi. Saya tidur lagi setelah melaksanakan salat Subuh karena tubuh ini terasa masih lemas dan ngantuk, mungkin karena efek kegiatan wisuda dan perjalanan empat jam ke Cirebon pada hari sebelumnya. Dan waktu telah menunjukan pukul delapan lebih saat saya membukakan mata. Setelah membersihkan tubuh, saya pun beranjak keluar dari hotel dan mengajak Ipan Setiawan untuk berangkat ke lokasi kegiatan. Di lobi saya coba hubungi teleponnya, ternyata suara deringnya terdengar di atas kursi depan saya. Sepertinya Ipan sedang pergi ke luar dulu. Akhirnya saya putuskan untuk belanja minuman dulu ke mini market.

        Sepulangnya dari mini market, terlihat Ipan Setiawan keluar dari kamarnya. Sesaat setelah meneguk minuman vitamin C, saya tersadar perut ini belum diisi makanan. Saya pun membuka smartphone dan mencari lokasi makanan khas Cirebon terdekat. Setelah lokasinya ditemukan, saya dan Ipan bergerak menuju rumah makan nasi Jamblang tersebut, sebelum menuju lokasi kegiatan.

        Ternyata di waktu pagi menjelang siang itu banyak pengunjung mendatangi rumah makannya sehingga antriannya mengular hingga ke luar pintu. Nasi Jamblang itu dituangkan di atas piring berlapiskan daun jati. Saya memilih beberapa makanan yang jarang dan belum pernah saya makan. Alhamdulillah, makannya nikmat sekali. Lebih nikmat lagi karena makannya gratis, karena saya mendapatkan transferan yang sengaja dikirim oleh Rikza, ketua Relawan TIK Garut, untuk keperluan kegiatan Relawan TIK Garut di Cirebon dalam rangka mengikuti rapat kerja nasional Relawan TIK Indonesia. 




        Selepas makan, tidak lupa menyempatkan diri untuk melihat sentra oleh-oleh tidak jauh dari rumah makan. Saya membeli beberapa batik untuk ibu di Subang, ibu mertua di Garut, dan istri. Setelah itu kami pun berangkat menuju lokasi kegiatan. 

        Siang itu di Graha Pena saya bertemu dengan pak Bambang Tri Santoso, kepala Sub Direktorat Komunitas Kementrian Komunikasi dan Informatika. Kesempatan tersebut saya gunakan untuk mengkonsultasikan program Relawan TIK Abdi Masyarakat Sekolah Tinggi Teknologi Garut, pilot project divisi kampus Relawan TIK Indonesia. Beberapa waktu sebelumnya saya telah meminta kesediaan beliau untuk membubuhkan tanda tangannya sebagai bukti anggota relawan TIK kampus yang terlibat dalam program tersebut membantu pemerintah. Dalam kesempatan pertemuan di Cirebon tersebut beliau menegaskan kembali kesediaannya untuk membubuhkan tanda tangannya bersama ketua umum Relawan TIK Indonesia dalam sertifikat keikutsertaan yang akan diberikan kepada anggota Relawan TIK kampus yang terlibat dalam program tersebut.


        Saat kami berbincang tentang fokus beliau pada upaya menggalakan pemrograman bagi masyarakat, saya sampaikan informasi seputar kegiatan Tantangan Bebras / kompetisi Computational Thinking yang diselenggarakan setiap tahun. Kebetulan beberapa komisariat kampus Relawan TIK Indonesia turut ambil bagian sebagai biro Bebras Indonesia di kabupaten / kota nya masing-masing. Saya sampaikan pendapat kepada beliau bahwa masyarakat informasi di era Revolusi Industri 4.0 secara umum membutuhkan Computational Thinking sebagaimana kebutuhannya terhadap perangkat lunak umum. Coding merupakan kebutuhan khusus bagi masyarakat yang berminat mengembangkan platfrom teknologi. Saya menyarankan agar sub direktorat beliau fokus pada komunitas Computational Thinking tidak hanya Coding. Agar tidak sama programnya dengan Kementrian Pendidikan Nasional, sebaiknya sub direktorat beliau mengambil ruang kegiatan ekstra kurikulernya.


        Dalam perjalanan menuju lokasi kegiatan kedua saya bertemu dengan Ridha yg ngajak foto bareng di gerbang masuk. Selain itu juga bertemu dengan kang Ipan dari Relawan TIK Tasikmalaya. Kami membahas soal rencana pelatihan SID (Sistem Informasi Desa) kepada peserta matakuliah KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang akan dilaksanakan pada bulan Desember ini. Saya juga menjelaskan bahwa saat ada pelatihan SID di Tasikmalaya, saya sudah membawa dua mahasiswi untuk dilatih sebagai pelatih SID. Hanya saja saat itu lokasinya tidak ketemu sehingga kami kembali pulang ke Garut. Kang Ipan menyatakan siap membantu pelatihan pada bulan Desember nanti di Sekolah Tinggi Teknologi Garut untuk menyukseskan upaya Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut dalam menerapkan SID di perdesaan Garut. Tugas penerapan ini sebenarnya dipercayakan kang Solihin kepada saya, namun saya dan dua mahasiswa tidak berhasil ikut pelatihannya beberapa minggu sebelumhya.

        Setelah itu saya menuju kantin dan menemukan Dr Johan (Ketua Bidang Litbang Pengurus Pusat Relawan TIK Indonesia) sedang dikerubungi kawan-kawan Relawan TIK. Tidak lama kemudian pak Onno W. Purbo ikut mengisi obrolannya sambil makan siang. Obrolan ringan kami siang itu mulai dari lisensi perangkat lunak hingga computational thinking. Obrolan itu banyak diselingi oleh candaan yang membuat kami banyak tertawa. 


        Selepas melaksanakan salat Dzuhur saya pergi menuju lokasi kegiatan di Graha Pena. Nampak dari kejauhan pak Yamin melambaikan tangan menyapa. Saya langsung menemui beliau dan mengeluarkan buku garapan dosen-dosen Forum Dosen Indonesia untuk diberikan kepada beliau. Buku itu diterimanya dengan sangat senang. Di sana kami memperbincangkan soal digital native dan mesin yang mempengaruhi cara belajar cepat mereka. Di tengah perbincangan tersebut, pak Indriyanto Banyumurti (ketua umum Relawan TIK Indonesia yang pertama) datang hendak melewati meja kami. Saya pun menyapa dan menyalami beliau.

        Karena hari itu ada agenda mengunjungi orang tua di Subang, saya memutuskan untuk pulang sekitar pukul dua siang. Saat kendaraan mulai keluar dari parkiran, pak Yamin menanyakan soal tujuan perjalanan. Saya bilang akan mengunjungi gua Sunyaragi. Beliau kemudian memutuskan ikut ke lokasi cagar budaya tersebut. Kami pergi ke lokasi dengan kendaraan masing-masing. Sekitar satu jam kami melihat lokasi cagar dan ngobrol soal pendidikan tinggi, setelah itu kami pulang menuju gerbang tol Cipali.


        Hanya perlu satu jam dua puluh empat menit untuk tiba di Subang. Saya bertemu dengan kedua orang tua yang telah menunggu pada waktu menjelang Magrib. Tidak lupa kain batik yang saya beli di Cirebon diberikan kepada ibu. Setelah makan dan mandi, kami pamit pulang. Dan mobil ini pun melaju menuju Garut malam itu sekitar pukul delapan malam. Sekitar pukul setengah dua belas kami sampai di Garut. Ipan Setiawan turun di SMK Negeri 2 Garut karena hendak menyiapkan kegiatan di sana.

        Setibanya di rumah saya lihat ada motor terparkir. Lalu saya buka Whatsapp dan membaca pesan kalau ibu dan bapak mertua malam itu menginap di rumah. Rumah saya tidak besar. Karena khawatir kedatangan saya membangunkan beliau berdua, saya pun memutuskan untuk menginap di Cipanas.

        Ternyata harganya tidak murah, penjaga penginapannya menawarkan harga empat ratus ribu satu malam, itu harganya sama dengan penginapan yang saya tempati di Cirebon malam kemarin. Untunglah bisa saya tawar menjadi tiga ratus ribu rupiah. Di penginapan itu saya coba obati kelelahan tubuh ini dengan berendam air panas. Saya baru bisa tidur sekitar pukul tiga pagi.

        Pagi itu saya terbangunkan oleh petugas penginapan yang mengedarkan sarapan. Saya agak kaget karena uvula terasa memanjang / bengkak. Langsung saja Google dipanggil untuk menemukan solusinya. Solusinya adalah mendinginkan ovula. Dengan penuh semangat saya wisata kuliner minuman dan makanan dingin hari itu, mulai dari jus mangga hingga es krim. Alhamdulillah hari kedua ovulanya mulai normal kembali. Demikianlah cerita perjalanan dua hari itu dari Garut, Cirebon, dan Subang. 

        Pembekalan Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut

        $
        0
        0

        Semester ganjil 2018/2019 ini mahasiswa program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut mengambil mata kuliah pada kurikulum baru yang bernama KKN (Kuliah Kerja Nyata). Dalam rancangannya, pembelajaran terkait PkM (Pengabdian kepada Masyarakat) ini meliputi fase Persiapan pada semester genap dalam mata kuliah Relawan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), fase Pelaksanaan pada saat libur panjang atau semester antara, dan fase Evaluasi dalam mata kuliah KKN. 








        Penerapan kurikulum baru dilaksanakan pada semester ganjil 2018/2019 sehingga keseluruhan fase harus dilaksanakan pada semester berjalan. Agar tidak mengganggu perkuliahan maka fase Pelaksanaannya dilaksanakan hanya lima hari dari umumnya waktu KKN yang berkisar satu hingga dua bulan. Sebagai penanggung jawab taktis dan operasional kegiatan pengajaran, saya menyusun proposal untuk diajukan kepada lembaga untuk menjelaskan bagaimana KKN akan dilaksanakan oleh program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut.

        Proposal tersebut dibahas dalam rapat pimpinan. Dalam kesempatan tersebut saya menjelaskan bagaimana rencana kegiatan yang telah dibuat sejalan dengan Standar Nasional PkM. Merespon pengajuan tersebut, rapat menjelaskan bahwa pelaksanaan KKN di Sekolah Tinggi Teknologi Garut adalah multi disiplin yang harus melibatkan mahasiswa dari seluruh program studi. Dengan mempertimbangkan kondisi di mana program studi lainnya telah mengkonversi nilai kegiatan ekstra kurikuler menjadi nilai KKN pada semester berjalan, rapat memutuskan pelaksanaan KKN pada program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut dapat dilaksanakan mono disiplin dalam bentuk kegiatan serupa yang dipilih oleh program studi dan dikelola oleh kepanitiaan dari kalangan mahasiswa.

        Berdasarkan keputusan rapat pimpinan tersebut, saya memutuskan untuk menjadikan nilai kegiatan ekstra kurikuler Relawan TIK Abdi Masyarakat sebagai nilai KKN sejalan dengan misi PkM program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut, yakni "Menyelenggarakan layanan informasi, teknologi, dan pengguna secara mandiri atau kolaboratif dan sukarela yang memberikan kuntungan kompetitif bagi masyarakat dan pemerintah dari pemanfaatan informasi dan teknologinya". Selanjutnya pada tanggal 2 November 2018, saya mengumpulkan perwakilan kelas untuk membentuk kepanitiaan mahasiswa. Saya pun mengundang ketua Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut agar kegiatan tersebut sinkron dengan program kerjanya dan dapat mengakses sumber daya penting yang dibutuhkan oleh lembaga. 


        Setelah menunggu hampir satu bulan, nampaknya kepanitiaan mahasiswa yg telah dibentuk belum berjalan secara efektif, sementara waktu telah menuju ke penghujung semester ganjil 2018/2019. Setelah bertemu di kantor program studi diketahui ternyata personel panitia yang efektif bekerja hanya tiga orang. Dalam pertimbangan saya hal tersebut tidak cukup baik untuk keberlangsungan kegiatan pembelajaran penting tersebut. Saya memutuskan untuk membentuk kepanitiaan dari kalangan dosen dan mahasiswa. Akhirnya diputuskan ketua tim pengusulnya / pelaksana adalah Dr Dini Destiani. Ketua Relawan TIK Indonesia yang kebetulan adalah dosen program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut dimasukan sebagai anggota pengusul. Kepanitiaannya melibatkan seluruh dosen yang menjadi pengurus Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut dan tiga mahasiswa yang duduk di kepanitiaan sebelumnya.

        Setelah berhasil mendapatkan persetujuan dari ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Sekolah Tinggi Teknologi Garut, saya dan ketua pengusul menghadap ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Dijelaskan kepada beliau bahwa pelaksanaan program Relawan TIK Abdi Masyarakat ini menggunakan biaya penuh dari mahasiswa dengan nominal sama dengan biaya Kerja Praktek yang jumlah SKS nya sama. Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut sempat menanyakan kecukupan dana tersebut. Saya meyakinkan beliau bahwa kepanitiaan akan berusaha sedapat mungkin untuk mencukupkan biaya kegiatan yg mencapai 22 juta lebih tersebut. Saya pun menjelaskan bahwa dana yang terkumpul dari mahasiswa dan catatan penggunaannya ditangani oleh Asri Mulyani, salah satu dosen yang menjadi bendahara. Bukti pembayarannya diperiksa oleh staf program studi dalam proses pengesahan buku kendali setiap kelompok. Setelah mendapatkan kepastian tersebut, kegiatan ekstra kurikuler yang dikelola oleh dosen dan mahasiswa tersebut pada akhirnya disetujui. 

        Setelah mendapatkan kepastian waktu penyelesaian pakaian dinas lapangan Relawan TIK dari mahasiswa yang menggarapnya, dan dengan mempertimbangkan Ujian Akhir Semester yang akan dilaksanakan pada minggu akhir bulan Januari 2019, saya mengarahkan agar pelaksanaan kegiatan peningkatan kemampuan / pembekalan dilaksanakan pada saat kampus sudah diliburkan. Kegiatan pembekalan pada tanggal 23-24 Desember 2018 tersebut cita rasanya seperti kegiatan KKN yang dilaksanakan pada saat libur panjang. Sebenarnya dalam rencana awal yang dibuat oleh program studi, kegiatan pembekalan ini dilaksanakan sebelum bulan Desember 2018. Namun karena harus menunggu keputusan lembaga dan gerak kepanitiaan sebelumnya, kegiatannya menjadi mundur. Sempitnya waktu menjadikan program Relawan TIK Abdimas ini semacam Mission Impossible. Tetapi sebagai penanggung jawab kegiatan pembelajaran, saya harus tetap optimis dan memastikan program tersebut berjalan sesuai rencana.


        Beberapa tamu diundang dengan beberapa pertimbangan. Ketua pengurus pusat Relawan TIK Indonesia dan ketua pengurus Relawan TIK Indonesia wilayah Jawa Barat diundang untuk memperpanjang kerjasama dengan Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Kerjasama pertama dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2012 dan berakhir pada tahun 2017 yang silam. Kerjasama ini penting mengingat banyaknya manfaat yang diperoleh Sekolah Tinggi Teknologi Garut dari Relawan TIK Indonesia, mulai dari kerjasama nasional hingga internasional terkait pengabdian kepada masyarakat serta reputasi dalam menerima kesempatan hibah dari Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia serta National Information Society Agency South Korea. 

        Tamu lainnya yang diundang adalah Ipan Zulfikri, Relawan TIK Tasikmalaya yang ikut menggiatkan Pandu Desa. Dalam pertemuan sebelumnya pada tanggal 9 Oktober 2018 dengan Solihin di rumah makan Cibiuk, saya diminta untuk menjadi instruktur Pandu Desa untuk wilayah Garut. Bulan November 2018 undangan Workship Pandu Desa di Tasikmalaya pun tiba. Saya bersama dua mahasiswi peserta mata kuliah KKN berangkat ke lokasi. Sayangnya kegiatan tersebut tidak berhasil diikuti karena lokasi kegiatanya tidak berhasil ditemukan. Maksud mahasiswi dikutsertakan adalah agar ilmu yang diperoleh dapat diterapkan dalam kegiatan KKN. 


        Tamu lainnya adalah Dr Djadja Sardjana. Pada tahun yang silam beliau mengajak program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut untuk melaksanakan kegiatan bersama di Tasikmalaya. Kebetulan fokus kegiatan beliau adalah blended learning dan program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut mengusung call-sign:the Power of Digital Culture, maka saya berkepentingan mengundang beliau untuk menjelaskan kepada dosen dan mahasiswa tentang bagaimana budaya digital diterapkan dalam pembelajaran melalui elearning atau dengan cara blended learning

        Tamu lainnya yang diundang adalah Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut untuk memperpanjang kerjasama sebelumnya. Dinas Koperasi dan UMKM kabupaten Garut untuk menindaklanjuti rencana pemberdayaan UMKM secara kolaboratif di Garut. Dinas Pariwisata kabupaten Garut untuk menunjang pelaksanaan catak biru penelitian Smart TIGER program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang menjadikan Tourism dan Industri penyertanya sebagai core business yang harus dimudahkan dengan aplikasi informatika. Forum Kelompok Masyarakat Informasi kabupaten Garut untuk pemanfaatan keluaran riset Smart TIGER terkait media informasi dan komunikasi yang dapat diakses oleh masyarakat. 

        Penginapan untuk empat tamu sekaligus pembicara dipesankan oleh panitia pada tanggal 13 Desember 2018 untuk tanggal inap sesuai konfirmasi kedatangannya yakni tanggal 22 Desember 2018. Tamu pertama yang datang adalah Dr Djadja Sardjana. Saya agak telat menjemput beliau, karena banyak mahasiswa bimbingan yang datang selepas kegiatan Pemodalan Nasional Madani. Sebelum ke hotel, beliau meminta untuk memeriksa konseksi internet di lokasi kegiatan. Beliau diantarkan ke hotel Cipaganti menjelang Maghrib. Malam harinya selepas Isya beliau diajak makan malam di rumah makan Cibiuk. Beberapa rencana kerjasama penerapan teknologi Ingenio dalam praktek blended learning dibahas dalam kesempatan tersebut.


        Fajar Eri Dianto (ketua pengurus pusat) dan Fajar Muharom (ketua pengurus wilayah Jabar) masih terjebak macet panjang di Nagreg. Keduanya baru sampai di Garut pukul 2 pagi dan tidur pukul 4 pagi. Sementara Ipan Zulfikri membatalkan kedatangan tanggal 22 Desember 2018 karena harus mengikuti kegiatan dulu di desa Mandalamekar Tasikmalaya. Datang ke Garut sekitar pukul 6 pagi. Saya mengajaknya untuk menjemput tamu yang menginap. Sekitar pukul 8 kurang saya membawa tamu dari Cipaganti ke Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Ketua Relawan TIK Jawa Barat menyusul beberapa saat kemudian.

        Sambil menunggu dimulainya acara, Fajar Eri Dianto mengenalkan Relawan TIK Indonesia kepada mahasiwa peserta program Relawan TIK Abdi Masyarakat. Beberapa saat kemudian acara pembukaan dimulai dengan laporan pelaksanaan yang diwakili oleh Leni Fitriani (ketua Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut). Dr Dini Destiani selaku ketua pelaksana kebetulan sedang melaksanakan ibadah Umrah. Dalam laporannya disampaikan perjalanan kerjasama Sekolah Tinggi Teknologi Garut dengan Relawan TIK Indonesia. Disebutkan bahwa kerjasama telah memberikan manfaat bersama, seperti pengukuhan Relawan TIK Garut oleh menteri Pembangunan Daerah Tertinggal yang menandai peluncuran buku C2C (Component to Cloud) yang merupakan modul KOMTIK (Kompetensi Relawan TIK) tingkat dasar. Selain itu kerjasama telah membukakan kiprah pada tingkat internasional, seperti kerjasama Korea Information Technology Volunteers (2013, 2014, 2015, 2017) dengan National Information Society Agency South Korea, dan Indonesian ICT Volunteers di Thailand kerjasama dengan International Telecommunication Union / United Nations. Pada tingkat nasional terbuka kerjasama dengan Majelis Muwasholah baina Ulama'il Muslimin dengan luaran berupa Sistem Informasi Geografis Pondok Pesantren Indonesia yang diluncurkan di Pondok Pesantren Lirboyo.


        Setelah itu sambutan dari Relawan TIK Indonesia diwakili oleh ketua umum pengurus pusat. Dalam sambutannya tersebut disampaikan bahwa Sekolah Tinggi Teknologi Garut merupakan wadah pemikir (think-tank) dengan hasil berupa konsep-konsep yang berpengaruh bagi perkembangan Relawan TIK Indonesia baik di tingkat Jawa Barat ataupun nasonal. Termasuk di antaranya adalah konsep KOMTIK yang diterapkan dalam pembekalan dalam program Relawan TIK Abdi Masyarakat di Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Peserta program dianggap sebagai peserta Pendidikan dan Pelatihan TIK Nasional angkatan Pertama yang langsung menerapkan KOMTIK nya di desa dengan luaran yang bisa diukur. Beliau berharap agar Sekolah Tinggi Teknologi Garut berkenan menjadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Nasional Relawan TIK Indonesia untuk pengembangan sumber daya manusia Relawan TIK di Indonesia.

        Pada akhirnya sambutan disampaikan oleh Dr Hilmi Aulawi (ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut) sekaligus membuka acara. Beliau mengucapkan terima kasih atas kehadiran perwakilan Dinas Komunikasi dan Informatika dan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil kabupaten Garut. Kehadiran perwakilan pemerintah daerah ini menjadi penting mengingat 91 Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang mengikuti pembekalan akan turun ke pemerintahan desa, lembaga pendidikan, dan UMKM sepanjang bulan Januari 2019. Pembekalan melibatkan pihak Bukalapak sesuai permintaan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil kabupaten Garut. Sementara pembekalan terkait internet CAKAP sejalan dengan program Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut.

        Stakeholders lainnya yang penting dan telah diundang namun berhalangan hadir adalah Dinas Pariwisata kabupaten Garut, terkait aplikasi informatika yang merupakan keluaran dari peta jalan riset Smart TIGER yang meletakan Tourism dan Industri lainnya sebagai core business di Garut. Selain itu juga Forum Komunitas Informasi Masyarakat Garut yang dapat memanfaatkan keluaran yang sama terkait media informasi dan komunikasi yang dapat diakses oleh  masyarakat di area Tourism, Indusries, Government, Education, dan Religious.

        Beliau juga menyampaikan apresiasi kepada Dr Dini Destiani (ketua pelaksana) dan Leni Fitriani (ketua Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut) yang telah berusaha mewujudkan kegiatan, serta kepada pemateri nasional yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk datang ke Garut memberikan materi pembekalan bagi peserta program. Beliau merasa senang atas kepercayaan yang diberikan kepada Sekolah Tinggi Teknologi Garut sebagai Pusat Pendidikan dan Pelatihan Nasional Relawan TIK Indonesia yang menunjang fokus Perguruan Tinggi pada Pengabdian kepada Masyarakat. Diharapkan kerjasama Sekolah Tinggi Teknologi Garut dengan Relawan TIK Indonesia juga diarahkan untuk dapat lebih bersinergi dengan Pemerintah Daerah, menjadi motor penggerak utama pembangunan Smart City di kabupaten Garut.


        Setelah dibuka, dua perwakilan peserta dikukuhkan sebagai anggota Relawan TIK Indonesia. Selanjutnya dilaksanakan penandatangan piagam kerjasama oleh ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut dan ketua Relawan TIK Indonesia. Diserahkan pula piagam kerjasama kepada perwakilan Dinas Komunikasi dan Informatika serta Dinas Koperasi dan Usaha Kecil kabupaten Garut. 


        Hari pertama adalah pembekalan materi umum seputar Pengantar Relawan TIK Indonesia, Pengantar TIK yang mengangkat Blended Learning, Pengantar Internet CAKAP, dan Pengantar Sistem Informasi Desa dan Kawasanyang disampaikan oleh pemateri nasional. Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut menaruh perhatian kepada peningkatan penerapan Blended Learning di kampus. Sebelumnya program Google Application for Education yang diterapkan di kampus lebih dari lima tahun telah memberikan kesempatan kepada dosen program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut untuk mempraktekan Blended Learning dengan aplikasi Classroom dan Google Cloud Apps. Pengalaman tersebut disampaikan dalam acara pembekalan kepada Relawan TIK yang akan memberikan pelayanan di lembaga pendidikan. 


        Hari kedua pembekalan diisi oleh instruktur dari kalangan dosen program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang merupakan pengurus Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Setiap kelompok Relawan TIK memiliki 5 personel yang terdiri dari ketua dan wakil kelompok, serta tiga anggota yang akan mengelola pelayanan untuk kelompok mitra penerima manfaat dari unsur lembaga pendidikan, pemerintahan desa, dan UMKM. Pembekalan dilaksanakan di laboratorium Ilmu Komputer untuk materi TIK pemerintahan desa, laboratorium Rekayasa Perangkat Lunak untuk materi TIK lembaga pendidikan, serta Sistem dan Teknologi Informasi untuk materi TIK UMKM. 


        Secara keseluruhan materi yang disampaikan dalam pembekalan meliputi aplikasi informatika (pengetahuan dan teknologi) milik pemerintah (Bank Indonesia serta Pemerintah Republik Indonesia), perusahaan (Bukalapak, Ingenio), kampus (MIT, STTG), dan masyarakat (Relawan TIK Indonesia). Materinya sebagai berikut :

        1. TIK Umum, yang meliputi :
        • Pengantar Relawan TIK (Relawan TIK Indonesia), disampaikan oleh Fajar Eri Dianto
        • Pengantar TIK (Ingenio), disampaikan oleh Dr Djadja Sardjana
        • Pengantar Internet CAKAP (Kementrian Komunikasi dan Informatika), disampaikan oleh Fajar Muharom
      • TIK Khusus Lembaga Pendidikan
        • Komputasi - Scratch (MIT), disampaikan oleh Sri Rahayu, M.Kom.
        • Kampus Digital 1 - Elearning (Google), disampaikan oleh Leni Fitriani, M.Kom.
        • Kampus Digital 2 - Sistem Pembayaran (STTG), disampaikan oleh Asri Mulyani, M.Kom.
      • TIK Khusus Desa
        • Kantor Digital 1 & 2 - Sistem Informasi Desa dan Kawasan (Pemerintah Republik Indonesia), disampaikan oleh Ipan Zulfikri dan Ridwan Setiawan, M.Kom.
        • Kantor Digital 3 - Hosting Domain dan Web Desa (STTG), disampaikan oleh Dede Kurniadi, M.Kom.
        • Kantor Digital 4 - Peta Desa (Google Earth Outreach), disampaikan oleh Dewi Tresnawati, M.T.
      • TIK Khusus Wirausaha
        • Wirausaha Digital 1 - Ecommerce (Bukalapak), disampaikan oleh Eri Satria, M.Si.
        • Wirausaha Digital 2 - Si APIK (Bank Indonesia), disampaikan oleh Yosep Septiana, M.Kom.

        Menutup Masa Jabatan dengan Silaturahmi

        $
        0
        0

        Tepat pada tanggal 21 Februari 2019 ini merupakan akhir jabatan saya selaku ketua Prodi (Program Studi) Informatika. Oleh karenanya saya berfikir untuk menggelar silaturahmi Prodi dengan tenaga pendidik dan kependidikan yang selama ini membantu pelayanan Prodi. Penyiapan kegiatannya dibantu oleh ibu Leni Fitriani, salah satu dosen Prodi. Pada awalnya lokasi kegiatannya akan diselenggarakan di Area 306. Namun setelah diskusi dengan sekretaris saya, Ridwan Setiawan, dan dosen lainnya, ibu Dewi Tresnawati, lokasi kegiatannya diputuskan di rumah makan Muara Sunda. Sempat terfikirkan pula untuk mengundang semua keluarga, karena pastinya pekerjaan di Prodi berdampak kepada keluarga. Namun karena anggaran yang terbatas, keinginan itu tidak bisa diwujudkan. Semoga niat tersebut menjadi kebaikan yang berbuah pahala kebaikan. Amin.

        Pada awalnya silaturahmi diselenggarakan pada tanggal 14 Februari 2019 pukul 13.00, namun ternyata ada informasi mendadak bahwa rapat senat akan dilaksanakan pada pukul 14.00. Saya minta kepada ibu Leni Fitriani agar memberi tahu pihak rumah makan untuk memundurkan waktu penyajian makanannya pada pukul 16.00. Setelah itu, informasi pengunduran waktunya disampaikan di grup media sosial. 

        Dalam rapat senat dibacakan struktur organisasi periode ke depan yang akan diusulkan kepada Yayasan. Dibacakan oleh pak Abdusy-Syakur Amin selaku ketua senat, bahwa dengan memperhatikan fashion atau minat dan bakat, saya diberi tugas tambahan baru di Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Sebelum menyebutkan tugas baru tersebut, beliau sangat mengapresiasi aktivitas yang saya lakukan selama ini di masyarakat, aktivitas yang saya lakukan untuk tiga kepentingan: 1) kampus dan program studi dalam kapasitas sebagai alumni dan pejabat struktural; 2) bangsa dan negara dalam kapasitas sebagai warga dan abdi sipil negara; dan 3) ampunan dan pahala dari Allah SWT dalam kapasitas sebagai hamba-Nya. 

        Berbeda dengan tugas tambahan sebelumnya di mana saya ditawarkan terlebih dahulu, tugas tambahan baru ini langsung diberikan kepada saya. Memperhatikan kondisi saya yang tidak memintanya, tidak memikirkannya, dan tidak memiliki masalah dengan tugas tambahan tersebut, saya merasa memiliki peluang untuk terhindar dari beban berat pekerjaan, insya Allah. Saya tidak tergerak untuk berucap menerima atau menolaknya. 

        Setiap orang akan dimintai pertanggung jawaban atas pekerjaannya, dan saya tidak ingin mengemban pekerjaan di luar kesanggupan. Saat dulu diberi tugas tambahan sebagai ketua program studi, insting saya merasakan akan mendapat beban yang sangat besar. Saya mengatakan kepada prof Ali agar mempercayakan tugas tersebut kepada orang lain yang lebih baik dari saya. Namun bila memang harus saya yang menerima tugas tambahan tersebut, maka saya bersedia menerimanya dengan syarat ada izin dari orang tua. Bagi saya, tugas pemimpin itu bukan tugas yang harus diambil dengan suka cita, karena merasa khawatir tidak bisa berlaku adil. “Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah pada hari kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci oleh Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah seorang pemimpin yang zalim.” (HR. Tirmidzi)

        Saya telah diberikan pemahaman oleh Nya, bahwa kedudukan di sisi Allah harus diterima dengan mudah karena raja' walau jalannya berat. Harus berat meninggalkannya karena khauf walau jalannya mudah. Sementara kedudukan di sisi manusia harus diterima dengan berat karena wara' walau jalannya mudah. Harus ringan meninggalkannya karena zuhud walau jalannya berat.

        Akhirnya rapat senat pun selesai sekitar pukul tiga sore. Beberapa waktu kemudian, setelah sebentar ngobrol dengan kang Heri Purwanto seputar kegiatan Sertifikasi Kompetensi, saya pun meluncur ke lokasi silaturahmi bersama staf dan wakil ketua bidang akademik. Di lokasi sudah hadir beberapa tenaga pendidik dan kependidikan. 

        Dalam kesempatan membuka acara silaturahmi, saya menyampaikan bahwa selama empat tahun kami telah berusaha semampunya untuk memberikan pelayanan yang berkeadilan. Dalam urusan pengajaran, kami telah berusaha mendistribusikan tugas pengajaran secara merata. Dalam urusan penelitian skripsi, kami telah berusaha memenuhi aspirasi para pembimbing dan membagikan tugas bimbingan secara merata. Dalam urusan pengabdian, kami telah berusaha untuk bersikap adil dengan menyampaikan rencana kegiatan pengabdian di grup tenaga pendidik dan menawarkannya kepada semua tenaga pendidik untuk ikut serta dalam pelaksanaannya. Kami berusaha untuk bersikap adil,  karena “Sungguh Allah memerintahkan untuk berbuat adil dan berbuat baik” (Surat An-Nahl ayat 90).

        Teringat perkataan Nabi SAW saat beliau sakit keras, “Sesungguhnya, aku akan pergi menemui  Allah. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang kepada kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak mau bertemu dengan Allah dalam keadaan berhutang dengan  manusia”. Ingatan tersebut mendorong saya untuk bertanya kepada semua yang hadir saat itu tentang masalah yang mungkin masih ada yang menyimpannya di hati. Namun tidak ada satupun yang menyampaikannya. Saya meminta kepada semua yang hadir agar memafkan segala kekhilafan yang pernah saya lakukan, karena sejatinya saya hanyalah pembelajar hingga akhir hayat.  

        Dalam kesempatan tersebut saya diberi kue tart bertuliskan "we love you". Fikiran saya sejenak melayang ke masa lalu, saat mahasiswa anggota Kelompok Penggerak TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) memberikan kue tart dengan logo kelompok sebagai ucapan terima kasih atas kesempatan mendapatkan pengalaman lapangan TIK. Rasulullah SAW bersabda, “Tabiat hati adalah cenderung mencintai orang yang berbuat baik padanya dan membenci orang yang berbuat jelek padanya.” (HR. Al Baihaqi). Semoga saja kue tart ini menyimbolkan keridhaan para pendidik atas pelayanan yang telah kami berikan, dan menjadi isyarat ringannya beban hisab kami kelak di akhirat, amin. 


        Saya mengucapkan terima kasih atas pemberian tersebut, utamanya kepada ibu Rina Kurniawati, dosen dan wakil ketua III yang memiliki gagasannya. Semoga keadilan yang telah kami upayakan, difahami oleh semua pendidik dan tenaga kependidikan sebagai jalan cinta. Dan silaturahmi ini menghimpunkan semua orang yang saling mencintai dalam pekerjaannya, karena "engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai" (Sahihain) di akhirat kelak, dan tentu saja di dunia ini secara lahir ataupun bathin.

        Wafatnya Sang Pembuka Jalan

        $
        0
        0

        Mas Yudho Hertono Rifangi adalah salah satu sosok yg sangat berpengaruh dalam perjalanan hidup keagamaan saya. Beliau yg membawa saya mengenal dan dekat dgn dua buku yg sangat berpengaruh, yakni Minhajul Abidien dan Hikam. Beliau adalah penyambung cinta saya dgn jalan yg ditempuh Imam al-Ghazali dan Ibnu Athaillah. Beliauh sosok yg hangat, mendorong pada kebaikan, menjadi insfirasi keagamaan, dan insfirasi kebudayaan yg berpusat pada masjid, Islam kultural, di kelurahan Soklat khususnya dan kabupaten Subang umumnya. Beliau dapat merangkul semua kalangan, baik yg jauh, dekat, atau fanatik terhadap agama.

        Interaksi pertama kali saya dengan beliau adalah saat SMP sepulangnya dari kegiatan Pramuka Penggalang. Beliau yg duduk di jembatan masjid memanggil dgn ramah, mengajak diskusi, menyimak dgn baik, dan memberikan nasihat yg bermanfaat. Di dalam Generasi Muslim al-Muhajirin saya diberi keleluasaan utk belajar memimpin dan berorganisasi. Pengajian Cahayanya menjadi penjaga semangat keislaman setiap minggu. Dalam kesempatan reuni kemarin beliau memberi nasihat penting bagi kami semua, agar kami menjaga diri dan keluarga dari api neraka.

        Selamat jalan MasYudh Hr, semua yg berasal dari Allah akan kembali kepada Nya. Saya menjadi saksi amal kebaikan mas yg telah memberi petunjuk jalan yg lurus bagi kami semua, menjadi pelita di alam kubur, dan beratnya timbangan kebaikan yg dapat memudahkan jalan menuju Surga. Wafatnya mas pada hari Jum'at semoga menjadi tanda keridhaan Allah, atas kerja ikhlas mas mengajarkan kepada kami semua tentang Mardhotillah, yg meresap masuk ke dalam hati dan menjadi bagian amaliah kami. Amin.

        Hari ini mungkin saya tdk bisa menghadiri pemakaman kakanda. Tetapi insya Allah kita senantiasa bersua dalam hati, karena kita adalah jiwa yg menyatu dlm cinta ruhiyah.

        Wafatnya Guru Besar Kami

        $
        0
        0

        Selama kuliah di ITB saya belum berkesempatan masuk di kelas beliau. Namun pak Prof Iping Supriana adalah guru bagi Sekolah Tinggi Teknologi Garut, khususnya Prodi Informatika STT Garut. Beliau hadir sejak masa awal berdirinya prodi kami hingga proses penyusunan kurikulum KKNI terakhir. Beliau adalah guru bagi murid-murid dan adik-adik tingkat kami yg berkesempatan menimba ilmu di kelasnya yg mulia. 

        Teringat beberapa tahun yang silam beliau memanggil saya ke Bandung. Beliau memberikan nasihat dan mendorong saya untuk melanjutkan studi S3 dengan fokus smart city. Dan hari ini beliau dipanggil ke haribaan Nya, pada hari Jum'at yg baik. Semoga Allah SWT memberikan ampunan dan pahala yg melimpah, serta melapangkan jalan menuju surga Nya. Insya Allah, nasihat dan warisan ilmu yg bermanfaat, filosofi Koki yg bapak ajarkan, menjadi kebaikan yg terus mengalir. Amin.

        Terus Membantu

        $
        0
        0

        Pada hari Senin, 29 April 2019, pukul 19.30, saya memberi arahan kepada Leni Fitriani, bendahara HALIF (Himpunan Alumni Informatika) Sekolah Tinggi Teknologi Garut agar menyerahkan dana yang terkumpul kepada HIMATIF (Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika) Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Saat itu sudah masuk sumbangan sukarela dari tujuh orang alumni sebagai respon terhadap kiriman permintaan bantuan dana kegiatan dari HIMATIF yang saya bagikan di whatsapp group HALIF pada tanggal 19 April 2019 pukul 18.09. Akhirnya, pada hari Selasa, 29 April 2019, sekitar pukul 16 lebih, dana bantuan yang berhasil dikumpulkan dari 9 alumni ditransfer oleh bendahara HALIF kepada HIMATIF. 

        Kegiatan amal alumni tersebut berawal dari kunjungan Cecep, alumni dan purna ketua HIMATIF bersama dua orang pengurus HIMATIF. Saya menerima mereka dan mendengarkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh HIMATIF. Saat itu mereka menjelaskan bahwa HIMATIF Sekolah Tinggi Teknologi Garut diberi kepercayaan untuk menjadi tuan rumah musyawarah Perhimpunan Mahasiswa Informatika dan Komputer Nasional wilayah Jawa Barat. Tentunya kepercayaan ini merupakan suatu kehormatan bagi almamater dan tantangan bagi mereka. Hanya saja untuk memenuhi kepercayaan tersebut dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Mereka meminta masukan terkait upaya untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut.

        Saat itu telah difahami bahwa mereka memposisikan saya sebagai alumni, bukan sebagai kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan kegiatan tersebut. Saya sampaikan bahwa saat ini pengumpulan dana alumni sudah tidak lagi sistemik, sehingga dana yang terkumpul di HALIF setiap tahunnya tidak akan sebesar tahun-tahun sebelumnya. Program studi tidak lagi menjadikan keanggotaan HALIF sebagai syarat pengambilan ijazah. Dana yang tersisa sekarang pun sebagian besar telah terserap untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa yang akan mengikuti sidang skripsi dan mengikuti ujian semester. Saya menyarankan mereka untuk menemui kemahasiswaan dan program studi untuk mendapatkan solusi pemenuhan kebutuhan dana tersebut. Saya berjanji akan membantu mengkomunikasikan kebutuhan tersebut kepada alumni. 

        Pada tanggal 19 April 2019, utusan HIMATIF mengirimkan proposal dan poster kegiatan melalui Whatsapp. Saat itu juga, pukul 18.09 proposal dan poster tersebut saya teruskan ke Whatsapp Group HALIF. Saya tuliskan empat paragraf sebagai pengantar di dalam grup tersebut:

        Rekan2 alumni sekalian, Himpunan Mahasiswa yg dibangun oleh angkatan 96 dan adik2 tingkatnya serta dipelihara keberadaannya dari generasi ke generasi merupakan tempat naungan silaturahmi kita saat jaman mahasiswa. Kita semua dikukuhkan menjadi anggotanya saat Inaugurasi / MABIM.

        Tahun ini himpunan mahasiswa kita diberi kepercayaan sebagai tuan rumah Muswil Jabar Perhimpunan Mahasiswa Informatika dan Komputer Nasional. Mereka telah menghadap komite HALIF utk memohon bantuan dana. Kesuksesan acara tersebut memberikan nama baik bagi himpunan mahasiswa rumah silaturahmi kita yg pertama. 

        Bagi rekan2 yg ingin beramal saleh, membantu memenuhi kebutuhan dananya, HALIF menyiapkan rekening utk menampung dana bantuan minimal sebesar 50 ribu rupiah. 

        Dana bantuan alumni dikirimkan melalui rekening BCA BCA 1480742831 atas nama Leni Fitriani dgn catatan transfer Alumni. Hasil penggalangan dana akan diumumkan di WAG ini. Utk alumni yg mengirimkan dana harap inbox ke @Leni Fitriani dgn menyertakan nama lengkap dan angkatan (thn masuk). Terima kasih.

        Tanggal 20 April 2019 saya mulai membuat daftar alumni yang akan memberikan sumbangan sukarela untuk memenuhi dana tersebut. Beberapa hari kemudian saya disibukan oleh kegiatan Konferensi Internasional di Bali yang diikuti oleh 30 dosen Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Baru tanggal 27 April 2019 saya bertanya kepada Leni Fitriani soal apakah HALIF perlu melanjutkan niatnya membantu HIMATIF atau tidak?. Saat itu bendahara menginformasikan bahwa belum ada satupun alumni yang transfer. Setelah mendapatkan informasi tersebut, saya pun mengirimkan pesan langsung ke alumni sasaran:

        Bilih bade ngiring pengumpulan dana Himpunan Alumni Informatika STTG kangge ngabantos kegiatan HIMATIF akhir bulan ieu antawis 50-100rb mangga dikempelkeun di Leni Fitriani.

        Pada tanggal 28 April 2019 pukul 08.16 saya mulai menuliskan nama-nama alumni yang telah menerima pesan dan mengkonfirmasi sebagai calon penyumbang. Pukul 19.55 saya meminta Leni Fitriani untuk mengirimkan nomor rekeningnya ke nama-nama tersebut bila merasa yakin HIMATIF membutuhkan bantuan dana. Ternyata HIMATIF telah menyampaikan kebutuhannya kepada Leni Fitriani melalui WhatsApp. Pukul 20.24 Leni Fitriani menuliskan pesan di WhatsApp alumni:

        Rekan alumni yg berkenan membantu utk kegiatan tersebut mohon untuk bisa transfer ke rek bca 1480742831 ats nama leni fitriani paling lambat besok...dikarenakan acara dimulai besok...mohon bantuannya

        Pukul 19.33 Leni Fitriani mengirimkan catatan transfer dari sejumlah alumni. Pukul 21.33 diterima informasi bahwa salah seorang alumni, yakni Rikza Nasrulloh, telah memberikan bantuan dana talangan untuk HIMATIF sebesar tiga juta rupiah. Saya update daftar calon penyumbang di WhatsApp Group pada tanggal 29 April 2019. Dan tepat pada pukul 22.13 saya tuliskan, Insya Allah besok sumbangannya diberikan ke HIMATIF. Semoga Allah membukakan pintu rejeki kita. Amin. Nabi SAW bersabda, "barangkali engkau mendapatkan rejeki karena sebab (membantu) saudaramu (yang rajin belajar itu)" (HR Tirmidzi)

        Selasa, 30 April 2019, pukul 10.35 saya meminta Sri Rahayu untuk berkoordinasi dengan Leni Fitriani untuk pembuatan berita acara. Akhirnya menjelang pukul 16.26 berita acara bantuan dana kegiatan pun ditandatangani oleh Fahmi selaku ketua HIMATIF dan saya mewakili HALIF. Dana ditransfer oleh bendahara HALIF ke nomor rekening yang diberikan oleh ketua HIMATIF.

        Terima kasih kepada alumni yang telah memberikan dana sukarelanya:
        1. Devi Hilsa Farida, 1996
        2. Rinda Cahyana, 1997
        3. Yana Aditya, 1998
        4. Demmy Dharma Bhakti, 1998
        5. Leni Fitriani, 2006
        6. Ridwan Setiawan, 2007
        7. Sri Rahayu, 2008
        8. Aliyundin, 2010
        9. Muhammad Rikza Nasrulloh, 2010
        10. Ade Sutedi, 2013

        Dengan beramal demikian kita semua mensyukuri nikmat rejeki dan membuka pintu rejeki.
        Viewing all 512 articles
        Browse latest View live