Quantcast
Channel: Jejak Rinda Cahyana
Viewing all 510 articles
Browse latest View live

Pemaparan tentang ICT4Pesantren di Tasikmalaya

$
0
0

Kota Tasikmalaya, 7 April 2016. Sebelumnya Relawan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) kota Tasikmalaya mengundang saya sebagai pembicara dalam acara seminar "Revolusi Dakwah melalui TIK" di Pondok Pesantren Sulalatul Huda kota Tasikmalaya. Seminar diselenggarakan dalam bentuk panel bersama pemateri lain yakni Novianto Puji Raharjo dari TIK Cerdas Surabaya dan ketua Majelis Ulama Indonesia Tasikmalaya. 

Sebelum pelaksanaan seminar, saya sempat berbincang dengan kolega di Direktorat Pemberdayaan Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika tentang perkembangan surat edaran Menteri Komunikasi dan Informatika terkait Relawan TIK di mana saya pernah diundang untuk memberi masukan. Selain itu juga dibicarakan rencana kegiatan bersama Direktorat tersebut dengan Kementrian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan terkait teknologi untuk Pondok Pesantren di Indonesia. Beberapa hari sebelumnya kolega dari Direktorat tersebut pernah meminta data ICT4Pesantren untuk keperluan terkait rencana kegiatan tersebut. Sebagai akademisi saya merasa senang data tersebut dirujuk sebagai bentuk pengakuan kebermaknaan gerakan ICT4Pesantren.  Gerakan yang dideklarasikan tahun 2012 tersebut merupakan program Pengabdian kepada Masyarakat kerjasama Sekolah Tinggi Teknologi Garut dengan Majelis Muwasholah baina Ulama'il Muslimin yang didorong oleh TI Cerdas dan Direktorat Pemberdayaan Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika.

Dalam kesempatan tersebut saya memaparkan perjalanan ICT4Pesantren dari tahun 2007 hingga 2016. Gerakan tersebut merupakan komitmen bantuan TIK untuk Pesantren se Indonesia yang disampaikan oleh Yayasan al-Musaddadiyah pada tahun 2010 dan dilaksanakan oleh program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Saya memberi contoh berbagai layanan ICT4Pesantren menggunakan kerangka kerja Kelompok Penggerak Masyarakat Informasi, mulai dari penyediaan informasi hingga kolaborasi, di antaranya bantuan teknologi untuk Pondok Pesantren dalam rangka memenuhi kebutuhan Majelis Muwasholah baina Ulama'il Muslimin dengan menggunakan hibah IbM (Ipteks bagi Masyarakat) Direktorat Pendidikan Tinggi pada tahun 2013. Hanya satu layanan saja yang belum efektif berjalan, yakni penyediaan informasi melalui pemanfaatan aplikasi web di alamat http://ict4pesantren.sttgarut.ac.id yang juga merupakan luaran dari hibah IbM tersebut. Seminar ditutup dengan menyampaikan apa yang sedang dikerjakan, termasuk integrasi ICT4Pesantren dalam kurikulum baru program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Kurikulum dibuat sedemikian rupa sehingga luaran belajarnya dapat menunjang komitmen Yayasan al-Musaddadiyah tersebut.



Membantu Vitual Musrenbang Jawa Barat

$
0
0

Pada tanggal 8 April 2016 saya menerima pesan singkat dari pak Dody BAPEDDA Garut, isinya permintaan bantuan untuk kegiatan senin. Setelah surat elektroniknya dibaca ternyata pemerintah provinsi akan menyelenggarakan Musrenbang Online kembali, dan saya bersama sekretaris saya Ridwan Setiawan diminta untuk memberikan bantuan teknis. 


Pada tahun 2015 saya diminta teh Rossa dari VMeet mewakili perusahaannya dalam kapasitas sebagai relawan TIK untuk membantu BAPPEDA kabupaten Garut menyiapkan perangkat Teleconference untuk Musrenbang Online perdana di Jawa Barat. Komunikasi saya dengan Vmeet pertama kali saat memanfaatkan perangkat Teleconference yang merupakan hadiah Komunitas TIK Award 2014 untuk Seminar Online yang digelar oleh Diskominfo provinsi Jawa Barat. Komunitas TIK Garut yang saya pimpin saat itu mendapat penghargaan sebagai Komunitas TIK terbaik se Jawa Barat dengan kategori Mandiri. Hal tersebut berkat kepercayaan bapak Basuki Eko, kepala bidang informatika Sekretaris Daerah kabupaten Garut, kepada Komunitas TIK Garut.

Saat itu saya melibatkan Ridwan Setiawan, staf administrasi program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Kegiatan membantu BAPPEDA Garut sebenarnya bukan kali pertama saya lakukan. Sebelumnya saya pernah diminta pak Abdusy-Syakur Amin dan pak Agus Ismail untuk membantu memperbaiki program aplikasi sistem informasi dan mengkoordinasikan relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut untuk mengisi data program aplikasi tersebut.  

Hari senin 11 April 2016 saya baru bisa datang ke BAPEDDA Garut sekitar jam 14.00, karena harus menemui bapak Basuki Eko yang saat ini menjabat sebagai Camat Garut Kota untuk mendiskusikan kegiatan relawan TIK di kecamatan Garut Kota. Persiapanpun dilakukan hingga malam. Saya dan Ridwan Setiawan merampungkan pekerjaan mulai dari pemasangan aplikasi, konfigurasi sound system, hingga projektor. Saat itu kami dibantu salah seorang staf BAPPEDA yang mahir menggunakan aplikasi grafis. Gabungan keahlian kami menghasilkan tampilan yang unik. Hanya kabupaten Garut yang tampilannya ada logo kabupaten animasi dan lain nya seperti TV. Tim di provinsi dan beberapa kabupaten mengapresiasi hal tersebut. 


Keesokan harinya tanggal 12 April 2016 kegiatan pun dilaksanakan. Saya melihat Ridwan Setiawan dan staf BAPPEDA tersebut bisa menangani perangkat Teleconference dengan baik. Tidak ada kendala saat itu, semua lancar. Virtual Musrenbang dan Seminar Online ini merupakan terobosan yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk berkomunikasi dan menyebarkan informasi. Terobosan ini menggambarkan kelayakan provinsi Jawa Barat sebagai Cyber Province terkemuka di Indonesia. Tidak salah jika Sekolah Tinggi Teknologi Garut memiliki piagam kerjasama dengan Gubernur Jawa Barat, sebagai bekal pencapaian visi program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut 2015 - 2020.




Visitasi Tim Penilai Komunitas TIK Award Jawa Barat

$
0
0

Rabu, 13 April 2016, pada pukul 10.57, di saat sedang merampungkan aplikasi Papan Informasi Digital untuk kecamatan Garut Kota, pak Ferry dari Diskominfo (Dinas Komunikasi dan Informatika) Garut mengirim pesan singkat yg berisi undangan ke kantor Diskominfo Garut pukul 14.00 sehubungan dengan adanya visitasi dari tim penilai Komunitas TIK Award Jawa Barat. Waktunya berbarengan dengan jam kuliah di SAIM (Sekolah Tinggi Agama Islam al-Musaddadiyah).

Sekitar pukul 12 lebih, Nono Kartono menghubungi melalui telpon dan memberitahukan jika ia dan anggota Kelompok KPMI (Penggerak Masyarakat Informasi) dari Sekolah Menengah Kejuruan Ciledug sudah menunggu. Saya segera menutup pekerjaan aplikasi untuk menemui mereka.

Di lokasi pertemuan saya berbincang dengan para relawan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) tersebut menjelaskan lingkup pekerjaan membantu kecamatan Garut Kota selama satu minggu ke depan. Dari dua siswa yang ada salah satunya akan menangani grafis dan satunya lagi menangani konten grafis. Sementara Nono Kartono menjadi pimpinan tim konten tersebut.

Setelah selesai pertemuan tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul satu siang. Pada awalnya mau makan dulu di kantin STTG (Sekolah Tinggi Teknologi Garut), namun waktu tidak akan cukup. Akhirnya berangkatlah ke STAIM.

Ternyata hari ini sebagian besar mahasiswa matakuliah Dasar Komputer dan Internet menjadi panitia kejuaraan volley ball kampus. Saya akhirnya memutuskan untuk makan di kantin kampusnya dan berbincang dengan pak Eri Satria yang kebetulan juga memiliki jadwal mengajar yang sama. Setelah selesai berbincang, saya pergi ke masjid terlebih dahulu.

Di masjid bertemu dengan sejumlah pandega STAIM. Salah satunya menanyakan tentang Satuan Karya Pramuka Telekomunikasi dan Informatika yang saya pimpin. Saya jelaskan tahap yang direncanakan setelah penandatanganan piagam kerjasama antara STTG dengan Kwartir Cabang Garut untuk mewujudkan satu relawan Telekomunikasi dan Informatika untuk satu desa / kelurahan : 1) Penyiapan Pramuka Perintis KPMI (Kelompok Penggerak Masyarakat Informasi), 2) Perekrutan anggota KPMI sejumlah desa / kelurahan di wilayahnya masing-masing, 3) Pelatihan Keahlian TIK dasar setiap minggu selama 170 - 510 menit dengan total pertemuan sebanyak 16, 4) Pelaksanaan empat layanan relawan KPMI selama 16 minggu di lingkungan masing-masing, 5) Perintisan KPMI baru di Gugus Depan golongan Penegak dan Pandega. Untuk mewujudkan itu semua diperlukan waktu kerja relawan sampai tahun 2018. Para pandega STAIM sangat senang dengan rencana tersebut dan ingin segera bergabung.


Setelah melaksanakan salat Dzuhur, saya segera meluncur ke Diskominfo Garut. Ternyata ada pesan singkat yang memberi tahukan bahwa tim penilai dari Diskominfo Jawa Barat masih di Tasikmalaya dan akan tiba sekitar pukul 15.30. Akhirnya saya belok ke Kwarcab Garut.

Di lokasi bertemu dengan kak Haji Uloh wakil ketua Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Garut bidang Humas, Informatika, dan Perpustakaan, yang nampak lelah dalam pekerjaan mendistribusikan majalah Warta Muda yang dikelola Kwartir Cabang Garut. Saya sekalian melaporkan hasil pertemuan dengan General Manager PT Telekomunikasi wilayah Tasikmalaya. Kegiatan di sana ditutup pembicaraan dengan pengurus sekretariat terkait surat undangan kegiatan perintis KPMI. Saya sampaikan belum bisa memastikan waktu tepatnya karena dana kegiatan masih belum ada.

Beberapa saat setelah pergi dari Kwartir Cabang Garut dan mengunjungi Malibu Computer sebentar untuk membetulkan Hard disk drive eksternal yang rusak, saya langsung bergegas ke Diskominfo Garut. Di lokasi bertemu dengan pak Ajid kepala bidang TPDE dan pak Fery. Kemudian saya melaporkan capaian pekerjaan relawan untuk Kecamatan Garut Kota, termasuk menampilkan versi beta aplikasi Papan Informasi Digital yang diampungkan sampai tengah siang tadi.


Pak Fery memberi tahu bahwa situs web Garut Kota sudah disubdomainkan. Sebelumnya situs web tersebut belum disubdomainkan dan saya memberi saran kepada Diskominfo Garut agar disubdomainkan seperti beberapa kecamatan sampel. Pilihan lain berdasarkan surat edaran Menteri Komunikai dan Informatika tahun 2015 adalah dengan memberinya domain go dot id langsung. Alhamdulillah, situs web kecamatan akhirnya sudah disubdomainkan mengikuti dua kecamatan lainnya.

Dalam diskusi dengan kepala bidang TPDE saya jelaskan bahwa fungsi situs web tersebut di antaranya adalah untuk menyebarkan informasi publik sesuai amanat undang-undang keterbukaan informasi publik. Karena diakses oleh pengguna Informasi global di dalam atau luar negeri maka tidak masalah apakah servernya di dalam atau di luar negeri. Penjelasan tersebut terkait situs web kecamatan Garut Kota yang dibuat oleh Komunita / Relawan TIK Garut menggunakan platform Blogspot dari Google. Keputusan penggunaan platform tersebut dengan dua pertimbangan : 1) Relawan TIK Garut melakukan edukasi dalam kerangka program internasional Google Educator Group yang diluncurkan Komunitas TIK Garut tahun 2014, dan 2) Blogspot menyediakan keamanan dan efisiensi ruang simpan sehingga menekan biaya. Kelemahannya posisi server yang dikelola perusahaan asing. Kelemahan ini tidak bermasalah untuk Informasi yang bersifat publik tetapi pada ketersediaan akses publik. Tetapi sebagai perusahaan raksasa, Google tidak akan menutup akses tanpa pemberitahuan, dan juga pemerintah sekarang ini banyak menjalin kerjasama dengan perusahaan semacam itu untuk menyebarkan informasi publik yang menunjang kesejahteraan masyarakat.


Di tengah diskusi tersebut tim penilai pun datang. Dalam visitasi tersebut tim penilai memuji langkah yang dibuat Jelajah Garut. Tim memberikan saran masukan agar Jelajah Garut berkolaborasi dengan Komunitas / Relawan TIK lainnya agar kebutuhan penguatan TIK nya terpenuhi. Saya menjelaskan bahwa usaha kolaborasi sudah diusahakan oleh Komunitas TIK Garut tahun 2014 sebelum Diskominfo Garut terbentuk. Jelajah Garut diundang ke pertemuan Seminar dan Pelatihan Masyarakat Informasi untuk menyampaikan kebutuhannya kepada bidang informatika Sekretariat Daerah Garut. Namun memang saya saat itu belum sempat mendorong apa yang saya niatkan, yakni kolaborasi Jelajah Garut dengan Kelompok Pengembang Distro Linux yang sejak tahun 2011 saya dorong untuk mempromosikan pariwisata Garut melalui Distro Linux Ubuntu Garut Edition tema Swiss van Java. Dengan ada kerjasama antar komunitas tersebut diharapkan bisa saling mengisi, misalnya kelompk pengembang mengisi kesenjangan TIK dan Jelajah Garut mengisi kesenjangan konten grafisnya. Saya sampaikan dalam diskusi tersebut Distro Linux yang akan didorong untuk mewujudkan gagasan promosi dan edukasi wisata Garut adalah DodoLinux, yang sebagian pengembangnya atau anggota komuniasnya merupakan dosen dan alumni program studi Teknik Informatika STTG. Tetapi Komunitas Garut menyerahkan keputusannya kepada Garut Open Source Community dan Jelajah Garut. 

Saat diskusi penentuan Komunitas TIK yang akan mewakili Garut dengan Diskominfo Garut pada bulan-bulan sebelumnya, saya merekomendasikan dua nama Komunitas TIK, yang pertama tiGaroet yang merupakan kumpulan Usaha Kecil Menengah yang saya temui anggotanya di Kampung Sampireun saat acara Smartfren, dan kedua Jelajah Garut yang saya ikuti kegiatannya di media sosial sejak tahun 2014. Keduanya adalah Komunitas TIK, yang jika merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sekumpulan orang yang meminati TIK baik untuk sekedar hobi atau memanfaatkannya untuk keuntungan kompetitif. Sebelumnya saya memiliki gagasan bahwa untuk mewujudkan Smart Swiss van Java perlu dibuat repository layanan berbasis TIK yang dijalankan Komunitas TIK di wilayah TIGER (smart Tourism and creative-Industries, supported by smart Government, character built by smart Education and Religious), dan perlu dilakukan orkestrasi terhadap layanan-layanan untuk mencapai tujuan Smart Swiss van Java. Jelajah Garut mengisi area Tourism, tiGarut mengisi area Industries, Code4Garut mengisi area Goverment, KPMI mengisi area Education, ICT4Pesantren mengisi area Religoius. 

Publikasi Pengabdian 2016

$
0
0

Garut 13 April 2016, saat menunggu tim penilai Komunitas TIK Award dari Diskominfo (Dinas Komunikasi dan Informatika) provinsi Jawa Barat, kepala bidang TPDE (Telematika dan Pengolahan Data Elektronik) menunjukan media informasi Diskominfo kabupaten Garut edisi ketiga tahun 2015. Di dalamnya ada bagian Tokoh Kita yang berisi profil kegiatan relawan yang pernah saya kirimkan atas permintaan Diskominfo Garut. Ini adalah publikasi kegiatan pengabdian yang saya lakukan untuk memenuhi kewajiban profesi dosen. Diskominfo Garut telah beberapa kali mempublikasikan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang saya bersama relawan TIK di Garut melalui surat kabar hingga buletin. Kebetulan banyak kegiatan yang diliput tersebut dilakukan bersama Diskominfo, seperti Seminar dan Pelatihan Masyarakat Informasi IX di Pameungpeuk dan Hackathon Merdeka 2.0 Priangan Timur di kantor Telkom Garut. Berikut adalah isi dari liputan tersebut :

Rinda Cahyana, pria kelahiran Ciamis tanggal 17 Oktober 1979 ini merupakan anak bungsu laki-laki satu-satunya dari pasangan Tono Hartono dan Keken Sukaenah. Dibesarkan dan menempuh pendidikan hingga menengah atas di Subang. Masa remajanya di sekolah diisi dengan kegiatan kepramukaan di SMP Negeri 2 Subang, keislaman di Generasi Muslim al-Muhajirin, dan kemanusiaan di Palang Merah Remaja SMA Negeri 1 Subang. 

Tahun 1997 didorong oleh orang tuanya untuk menuntut ilmu Teknik Informatika di STTG (Sekolah Tinggi Teknologi Garut) dan ilmu agama di pondok pesantren al-Musaddadiyah. Menjadi pengurus dan penulis aktif bulietin yang dikelolanya sendiri di Organisasi Pondok Pesantren Mahasiswa STTG mendorong ketua Badan Eksekutif Mahasiswa STTG mempercayakan divisi Jurnalistik dan Pengembangan Masjid kepadanya. Kegiatan jurnalistiknya memuncak saat terlibat dalam pendirian dan menjabat sebagai direktur operasional PT Radio Yamusa Pratama pada tahun 2004. 

Menjelang akhir masa perkuliahannya pada tahun 2000, STTG memintanya untuk dapat membantu pemeliharaan perangkat komputer dan jaringan di Laboratorium Komputer. Semangat pengabdian kepada kampus mendorongnya melaksanakan layanan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) secara sukarela lebih dari apa yang diminta STTG, seperti membangun dan memperbaiki perangkat TIK kampus, merekrut dan melatih adik tingkatnya sebagai relawan TIK hingga sepuluh angkatan, serta membagikan pengetahuan, keahlian, dan pengalamannya melalui kelompok belajar atau Seminar dan Pelatihan sejak tahun 2002. Seminar dan Pelatihan tersebut merupakan cikal bakal program tahunan Seminar dan Pelatihan Masyarakat Informasi yang telah diselenggarakan oleh Komunitas TIK Garut hingga kesembilan kalinya. 

Perhatiannya terhadap pengembangan infrastruktur TIK STTG mendorongnya untuk merumuskan dan mengusulkan konsep Pusat Teknologi Komputer kepada ketua STTG pada tahun 2002, mewujudkannya pada tahun 2007 dalam bentuk Unit Teknologi Informasi, hingga kemudian konsep tersebut dapat benar-benar diwujudkan setelah masuk dalam struktur organisasi STTG dengan nama UPT Sistem Informasi pada tahun 2008. Lulusan magister Informatika Institut Teknologi Bandung tahun 2008 ini kemudian ditunjuk sebagai kepala unitnya. UPT ini lah yang mendorong munculnya Komunitas TIK STTG dan Komunitas TIK Garut. Peran pokoknya di STTG adalah sebagai dosen program studi Teknik Informatika setelah diangkat sebagai dosen Yayasan al-Musaddadiyah pada tahun 2003 dan PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang diperbantukan sebagai tenaga pendidik di STTG sejak tahun 2005. 

Perhatiannya terhadap Komunitas TIK terlihat saat meminta dosennya untuk mendirikan Kelompok Pengguna Linux Indonesia untuk mahasiswa STTG pada tahun 2003. Usahanya dalam membentuk Komunitas TIK di STTG dimulai dari perekrutan relawan TIK dari kalangan mahasiswa serta penyelenggaraan forum TIK, Kelompok Kerja JAKI (Jaringan, Aplikasi, Informasi dan Komputer), dan Balai Latihan Kerja sebagai sarana kaderisasinya pada tahun 2007. Sekumpulan relawan TIK STTG ini kemudian diberi nama Kelompok Pecinta TIK. Kelompok ini telah menyediakan informasi dan TIK berikut pelatihannya secara gratis bagi sivitas akademik STTG dan masyarakat. Infrastruktur TIK STTG dari tahun 2002 hingga sekarang dibangun dan dipelihara oleh relawan TIK tersebut. Pemikirannya untuk menyebarkan manfaat keberadaan relawan TIK di lembaga pendidikan lainnya diwujudkan dengan mendorong KPTIK STTG untuk membentuk KPTIK pelajar pada tahun 2012 dan melaksanakan pelatihan TIK dasar bagi anggota KPTIK di sejumlah lembaga pendidikan sepanjang tahun 2013. Sistem KPTIK ini kemudian diminta oleh Direktorat Pemberdayaan Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika untuk diterapkan di Relawan TIK Indonesia, dan dikerjakannya dalam tim STTG dengan luaran buku berjudul Aktivitas dan Kompetensi Relawan TIK.

Setelah melaksanakan kegiatan bersama Relawan TIK asing utusan National Information Society Agency Korea Selatan, pria yang menikah dengan wanita asal Garut ini mengajak sejumlah pegiat TIK yang terlibat dalam kegiatan tersebut untuk membentuk Komunitas TIK Garut pada tanggal 15 Oktober 2012, dengan tujuan agar kegiatan semacam itu yang melibatkan relawan TIK dari berbagai latar belakang organisasi dan profesi tetap ada di Garut. Satu bulan kemudian, pada tanggal 24 November 2012, menteri Pembangunan Daerah Tertinggal menyematkan pin Relawan TIK Indonesia kepadanya yang menandai terhubungnya Komunitas TIK Garut dengan jaringan Relawan TIK nasional. Kerjasama internasional dengan National Information Society Agency Korea Selatan berlangsung selama tiga tahun dengan bantuan Relawan TIK Indonesia, Kementrian Komunikasi dan Informatika, dan STTG. Pada tahun 2014, ketua umum Komunitas TIK Garut ini berhasil mendorong pengurusnya untuk mendirikan Google Educator Group Garut yang merupakan kerjasama internasional relawan TIK dengan Google dan diluncurkan oleh Bupati Garut dalam Seminar dan Pelatihan Masyarakat Informasi XIII di STTG. Semua capaiannya bersama pengurus Komunitas TIK Garut dan pegiat TIK di Garut membuat Komunitas TIK Garut dianugerahi penghargaan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Barat dan Gubernur Jawa Barat sebagai Komunitas TIK terbaik se Jawa Barat kategori Mandiri 2014. 

Ketua program studi Teknik Informatika STTG ini menjadikan relawan TIK sebagai bagian penting dalam proses pendidikan mahasiswanya. Ada dua matakuliah pilihan di mana mahasiswa turun ke masyarakat untuk melaksanakan layanan relawan TIK berupa pengembangan sumber daya manusia dan teknologi. Kerjasama yang dibangun STTG dengan Relawan TIK Indonesia pada tahun 2012 ditindaklanjutinya dengan kegiatan penelitian dosen dan mahasiswa yang menghasilkan konsep KPMI (Kelompok Penggerak Masyarakat Informasi) berikut Sistem Informasinya. Konsep dan teknologi tersebut didorongnya untuk dapat diterapkan di Garut dalam Konferensi Komunitas TIK Garut tahun 2014 yang dihadiri oleh perwakilan bidang informatika Sekretariat Daerah kabupaten Garut, PT Telekomunikasi Indonesia, PT Telekomunikasi Seluler Indonesia, dan sejumlah Komunitas TIK dari berbagai sekolah, madrasah, dan pondok pesantren. 

Gagasan KPMI adalah menjadikan lembaga pendidikan sebagai pusat layanan relawan TIK bagi sivitas akademik dan masyarakat sekitar kampus dalam rangka membangun masyarakat informasi dan mendorong Garut sebagai Smart City. Pelaksana layanan tersebut adalah sekolompok siswa / mahasiswa yang berhimpun dalam Komunitas TIK di lembaga pendidikan tersebut. Sebagian dari gagasan ini berhasil dimasukannya dalam rumusan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang Relawan TIK. Sepanjang tahun 2015 telah terbentuk kerjasama antara STTG selaku penyedia konsep dan teknologi dengan Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut selaku penanggung jawab program daerah, serta SMK Ma'arif Pameungpeuk dan SMK Negeri 10 Garut sebagai penyedia relawan TIK pelajar sekaligus sampel pusat layanan relawan TIK di wilayah selatan dan utara Garut. Diharapkan implementasi kerjasama ini sejalan dengan Peraturan Menteri tersebut yang rencananya akan dijalankan pada tahun 2016. Kesuksesan implementasinya diantaranya bergantung kepada Komunitas / Relawan TIK Garut yang merencanakan dan melaksanakan program bersama KPMI se Garut. Rinda Cahyana menganggap semua usahanya tersebut sebagai wujud kecintaannya kepada Garut dan bagian dari pelaksanaan tugas pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang harus ditunaikan oleh seorang dosen yang tersertifikasi.




Evaluasi Kurikulum 2016 oleh Dosen

$
0
0

Garut, 16 April 2016 di ruang rapat Sekolah Tinggi Teknologi Garut diselenggarakan pertemuan untuk mendapatkan masukan dari dosen tetap terkait kurikulum program studi Teknik Informatika 2016. Turut memberi sambutan pada acara pertemuan tersebut wakil ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut bidang Akademik yang telah membuat agenda penyusunan kurikulum untuk semua program studi. Pertemuan dibuka oleh ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut.

Saya memulai pembahasan kurikulum dengan menunjukan analisis SWOT yang menentukan bentuk kurikulum program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut ke depan. Analisis tersebut menjelaskan kenapa kurikulum ke depan harus dikonsentrasikan ke Rekayasa Perangkat Lunak. Di antara pendorongnya adalah komitmen Yayasan al-Musaddadiyah pada tahun 2010 untuk membantu kebutuhan perangkat lunak pondok pesantren se Indonesia, prestasi nasional mahasiswa tahun 2014 terkait aplikasi web dan mobile, umumnya penelitian dosen dan mahasiswa mengarah ke rekayasa perangkat lunak, serta mayoritas lulusan berprofesi sebagai staf teknologi informasi di mana pemrograman komputer menjadi bagian pekerjaannya. 

Berdasarkan hasil analisis tersebut, program studi mengusulkan visi program studi, yakni "Menjadi penyelenggara pendidikan tinggi bidang Rekayasa Perangkat Lunak yang terkemuka dalam konsep, praktik, dan penerapan Smart Swiss van Java pada lingkup global tahun 2020". Smart Swiss van Java adalah sebuah konsep pembangunan masyarakat informasi Garut berkelanjutan untuk mewujudkan bisnis Pariwisata dan Industri Kreatif yang kompetitif agar Garut menjadi Smart Tiger tidak hanya di Jawa Barat tetapi juga di Asia. Agar bisnis kompetitifnya terwujud, para peneliti di Sekolah Tinggi Teknologi Garut harus menemukan dan membangun aplikasi yang dapat membantu masyarakat Garut untuk mendapatkan keuntungan kompetitif dari informasi pada lapisan bisnis, layanan publik, dan personalnya. 


Saya juga menunjukan kepada audien bagaimana menyusun kurikulum program studi baru Sistem Informasi berdasarkan kurikulum Rekayasa Perangkat Lunak yang sudah dibuat. Bidang ilmu komputer khusus Rekayasa Perangkat Lunak menempati area biru muda. Maka pada kurikulum Sistem Informasi, bidang ilmu komputer khusus Sistem Informasinya menempati area yang sama. Dengan demikian baik program studi Rekayasa Perangkat Lunak atau Sistem Informasi memiliki kesamaan matakuliah sebanyak 103 SKS. Dalam kurikulum juga ditunjukan bagaimana visi program studi dapat diusahakan dengan menyediakan matakuliah pilihan yang meliputi Sistem e-Commerce yang mewakili area Tourism dan Creative Industries, Sistem e-Government yang mewakili area Goverment, dan Sistem Educational Entertainment (Edutainment) yang mewakili area Education dan Religion. 


Selain matakuliah inti, diskusi juga membahas seputar matakuliah institusional yang berkenaan dengan pembentukan karakter profesional religius berwawasan nusantara. Karakter ini dimulai dengan membangun wawasan religius yang membentuk cara pandang mahasiswa terhadap dirinya sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi, memahami kekuatan, kesempatan, kelemahan, dan kekurangan dirinya. Selain itu dibentuk pula kemampuan komunikasi mahasiswa dengan dosennya yang sesuai panduan agama untuk mencapai keberkahan ilmu dan keterampilan. Setelah mendapatkan kesadaran tersebut, mahasiswa mulai dibangun wawasan nusantaranya dengan harapan terwujud karakter cinta tanah air. Tidak hanya jiwanya yang diolah, tetapi juga raganya diolah dengan pendekatan budaya. Dua wawasan tersebut dibangun agar mahasiswa siap mentaati segala aturan yang dibuat oleh Tuhan dan manusia sehingga mereka dapat melaksanakan profesinya dengan baik dan benar. 


Dalam kaitannya dengan kemampuan komunikasi, kurikulum membentuk kemampuan berkomunikasi antar personal dan berkelompok, berbahasa Indonesia yang baik, mampu berkomunikasi dengan bahasa internasional yang diperlukan saat berada di lingkungan pekerjaan global, dan mengkomunikasikan gagasan ilmiahnya dengan mentaati aturan penulisan karya ilmiah. hal ini sejalan dengan profil lulusan, di mana mahasiswa dibentuk untuk menjadi "Profesional religius berwawasan nusantara yang menguasai konsep teoritis bidang Informatika  secara umum dan Rekayasa Perangkat Lunak secara mendalam, serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang ada dan menyelesaikan masalah prosedural dalam lingkup kasus Smart Swiss van Java dan lingkup kerja pengelolaan pemrograman dan proyek perangkat lunak"

Berikut adalah presentasi hasil evaluasi :

    

Ekspose Situs Web ke Lurah se Kecamatan Garut Kota

$
0
0

Senin 18 April 2016 saya diundang oleh Camat Garut Kota untuk ekspose situs web Kecamatan Garut Kota yang dibuat dalam rangka pelaksanaan kerjasama Sekolah Tinggi Teknologi Garut dengan Dinas Komunikasi dan Informatika Garut dan dengan Relawan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) Indonesia. Dalam kesempatan tersebut saya menyampaikan alasan kenapa kecamatan atau kelurahan memerlukan situs web dan menunjukan beberapa contoh situs web kecamatan di luar Garut sebagai perbandingan. 

Menurut UU RI nomor 14 tahun 2008, informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik. Karena Informasi Publik itu harus bersifat terbuka, dapat diakses oleh setiap Pengguna Informasi Publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana, maka aplikasi internet dapat menjadi pilihan medianya. Melalui media ini setiap Badan Publik dapat memenuhi kewajibannya mengumumkan Informasi Publik secara berkala, paling singkat 6 bulan sekali. 

Dengan berdasarkan UU tersebut, maka Aplikasi web yang berjalan pada platform Google ini dibuat untuk keperluan penyampaian informasi publik di internet. Menu dalam aplikasi ini ditentukan dengan memperhatikan kriteria informasi publik dalam UU tersebut yang meliputi 1) informasi yang berkaitan dengan Badan Publik; 2) informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait; 3) informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau 4) informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Pak Basuki Eko, sebelum menjabat sebagai Camat Garut Kota, beliau adalah kepala bidang Informasi di Sekretariat Daerah Garut. Beliau yang telah mempromosikan Komunitas TIK Garut yang saya rintis bersama pegiat TIK lainnya sehingga berhasil mendapat penghargaan sebagai Komunitas TIK terbaik di Jawa Barat. Dulu beliau memanfaatkan media sosial Facebook untuk menginformasikan kegiatan Bupati Garut sehingga masyarakat tahu apa yang dilakukan oleh pemimpinnya. Saat menjabat sebagai Camat Garut Kota beliau tidak menghentikan kebiasaan baik tersebut. Untuk menyempurnakan kerja informasi tersebut, beliau meminta saya untuk memobilisasi relawan TIK di Garut agar dapat membantu Kecamatan menyediakan media informasi lainnya, yang dalam hal ini adalah situs web. 

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, saya membuatkan template Blogspot. Platform Google ini dipilih karena pertimbangan efisiensi biaya. Dengan Blogspot pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menyimpan berkas situs web, serta informasi atau berkas publik.  Sifat informasi yang dibagikan melalu situs web adalah informasi publik, sehingga tidak masalah apakah informasi tersebut disimpan di server dalam atau luar negeri. Selain membuatkan template, saya juga berkomunikasi dengan Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut agar situs web tersebut disubdomainkan dengan domain kabupaten Garut, sehingga bisa diakses di http://kec-garutkota.garutkab.go.id/

Yang dilakukan ini termasuk kegiatan mitra pemerintah dalam unsur pengabdian kepada masyarakat, di mana semua yang dikerjakan dibutuhkan dan sejalan dengan program pemerintah. 

Rapat Koordinasi SAKO dan SAKA di lingkungan Kwarcab Garut

$
0
0

Kamis, 5 Mei 2016. Bertempat di sekretariat Gerakan Pramuka Kwarcab (Kwartir Cabang) Garut diselenggarakan pertemuan koordinasi antara pimpinan Kwarcab Garut dengan pimpinan Sako (Satuan Komunitas) dan Saka (Satuan Karya) se Garut. Hadir dalam pertemuan tersebut unsur pimpinan dari Saka Wira Kartika, Saka Telematika (Telekomunikasi dan Informatika), Sako Ma'arif Nahdatul Ulama, Sako Hizbul Wathon Muhammadiyah, dan Sako Sekawan Persada Nusantara LDII. 

Bagi saya pertemuan ini penting karena ada banyak pengetahuan dan pengalaman yang disampaikan pimpinan Saka dan Sako yang akan menjadi masukan pengembangan Saka Telematika. Maklum saja saya dengan tanpa pengalaman Kesakaan harus mengemban amanat pada tahun 2015 sebagai pimpinan Saka Telematika. Sempat menolak, namun karena banyak yang memberikan kepercayaan dan sejalannya kesakaan ini dengan gagasan Kelompok Penggerak Masyarakat Informasi, saya pun akhirnya meraba-raba sambil membangun komunikasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan harapan pemberi kepercayaan. 



Dalam kesempatan tersebut saya menyampaikan kepada ketua Kwarcab Garut bahwa Saka Telematika selama tahun ini sedang membentuk dirinya berdasarkan peraturan Kesakaan yang berlaku, menjalin komunikasi dengan unsur pemerintahan, perusahaan, dan pendidikan tinggi, serta merumuskan program pengabdian kepada masyarakat yang akan dilaksanakan oleh anggota Saka Telematika. Selama setahun ini saya membuat konsep kegiatan yang dapat dilaksanakan bersama-sama oleh Gerakan Pramuka dengan Sekolah Tinggi Teknologi Garut, Diskominfo (Dinas Komunikasi dan Informatika) kabupaten Garut, PT Telekomunikasi Indonesia, serta Relawan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) Indonesia. Konsep tersebut terbentuk seiring komunikasi yang saya lakukan dengan keempat unsur tersebut. Terakhir yang berhasil dibuat adalah penandatanganan piagam kerjasama antara Gerakan Pramuka dengan Sekolah Tinggi Teknologi Garut, yang dalam pelaksanaannya akan dikaitkan dengan Saka Telematika. 

Saya memaparkan rencana kegiatan Saka Telematika yang akan dilaksanakan tahun ini, mulai dari sosialisasi hingga pelaksanaan pelatihan Krida Saka Telematika. Anggota Saka Telematika ini akan dilibatkan dalam program Kementrian Komunikasi dan Informatika yakni Agen Perubahan Informatika dan program Diskominfo Garut yakni Demi Kamu terkait Desa melek Internet dan Kelompok Informasi Masyarakat. Sebelum pemaparan tersebut, ketua Kwartir Cabang Garut menjelaskan rencana saya untuk melibatkan Dosen Sekolah Tinggi Teknologi Garut dalam pelatihan sebagai instruktur Saka Telematika. Sangat kebetulan sekali menurut Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka nomor 170.A 2008 kegiatan Saka ini merupakan wadah untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat, sehingga dapat juga menjadi wadah bagi Dosen untuk melaksanakan pengabdian kepada masyaraakt yang diwajibkan Peraturan Presiden nomor 44 tahun 2015. 

Setelah menghadapi banyak kendala dari tahun 2012 dalam menerapkan konsep KPMI (Kelompok Penggerak Masyarakat Informasi) baik di Sekolah Tinggi Teknologi Garut, Relawan TIK Indonesia ataupun Komunitas TIK Garut, saya melihat ada kesempatan yang besar untuk menerapkannya di Gerakan Pramuka. Banyak konsep operasional KPMI yang sama dengan aturan Kesakaan, seperti waktu ToT dan jumlah peserta latih. Sejak awal memang saya mengembangkan KPMI ini berangkat dari pengalaman Kepramukaan di SMP Negeri 2 Subang dulu, sehingga tidak heran apabila KPMI ini bisa "plug and play" pada Gerakan Pramuka. 


Peningkatan Kapasitas Masyarakat Informatika di Garut

$
0
0
Masyarakat informasi merupakan bentuk budaya di mana setiap orang di dalamnya menggunakan TIK  (Teknologi Informasi dan Komunikasi) untuk mendapatkan keuntungan kompetitif dari penguasaan informasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui International Telecommunication Union ataupun pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Komunikasi dan Informatika mendorong penetrasi internet hingga ke perdesaan dan berusaha menyediakan Telecenter seperti Warung Internet Perdesaan dan Community Access Point agar masyarakat dapat mengakses internet untuk memanfaatkan informasi sedemikian rupa sehingga meningkat tarap kehidupan, bidang ekonomi, sosial, dan budayanya. Masyarakat harus menguasai teknologi, informasi dan komunikasi terlebih dahulu agar peningkatan itu terwujud, sebagaimana dijelaskan dalam buku Aktivitas dan Kompetensi Relawan TIK yang dibuat oleh peneliti Sekolah Tinggi Teknologi Garut untuk Kementrian Komunikasi dan Informatika tahun 2013 [1]. 

Gambar 1. Peran Relawan TIK di Telecenter [1]

Kebutuhan masyarakat sekitar Telecenter akan penguasaan teknologi, informasi, dan komunikasi terekam dalam artikel jurnal berjudul Peran Relawan Teknologi Informasi dalam Pemanfaatan Warung Internet Perdesaan [2]. Kesenjangan yang ada dalam usaha penyediaan Warung Internet Perdesaan oleh pemerintah yang terekam di Garut pada tahun 2012 antara lain lambatnya dukungan teknis dan kurangnya kemampuan TIK dasar. Solusi yang diusulkan dalam rangka mengatasi kesenjangan tersebut adalah mendorong partisipasi masyarakat, di mana sekelompok anggota masyarakat dermawan dan terlatih memberikan layanan relawan TIK untuk mendukung pemanfaatan TIK di lingkungannya. 

Di dalam artikel jurnal yang berjudul The Stages, Three-Layer Infrastructure, and Function Level Regulation for Development of Information Society within of Information Technology Volunteers Actions [3] layanan relawan TIK meliputi penyediaan informasi dan teknologi informasi, pengembangan sumber daya manusia, serta kolaborasi. Keempat layanan tersebut dilaksanakan oleh kelompok relawan bernama KPMI (Kelompok Penggerak Masyarakat Informasi).

Gambar 2. Layanan KPMI [4]

Becermin dari kisah sukses Telecenter berkat bantuan Relawan TIK yang direkam oleh Acevendo [5], anggota masyarakat yang bersedia menjadi relawan TIK diharapkan dapat mewujudkan Telecenter sebagai Pusat Pembangunan Lokal masyarakat informasi. Lokasi lain yang dapat dijadikan Pusat Pembangunan lokal adalah lembaga pendidikan, mengingat adanya budaya relawan dan kegiatan relawan di sana, serta banyaknya remaja yang direkrut sebagai relawan [1]. Pusat Pembangunan Lokal ini diharapkan dapat menjadi tempat mobilisasi relawan TIK dan titik akses layanannya.

Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut mengembangkan konsep dan teknologi KPMI melalui kegiatan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sejak ditandatanganinya piagam kerjasama dengan Relawan TIK Indonesia pada tahun 2012. Konsep KPMI dirumuskan berdasarkan kegiatan mahasiswa Relawan TIK di Unit Sistem Informasi sejak tahun 2001, serta dikombinasikan dengan kegiatan sejenis di berbagai negara berdasarkan literatur dan kegiatan bersama Relawan TIK Korea Selatan tahun 2012 sampai 2014. Konsepnya pertama kali disajikan melalui buku atas permintaan Kementrian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2013. Sementara teknologinya dalam bentuk Sistem Informasi KPMI sebagai media pelaporan atau pengawasan kegiatan Relawan TIK dibuat melalui penelitian dosen dan mahasiswa berdasarkan konsep tersebut. Rancangannya didiseminasikan dalam seminar e-Indonesia Initiative yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Bandung pada tahun 2015, sementara teknologinya dipamerkan serta diperkenalkan ke khalayak umum dalam Festival TIK di Bandung.
Program KPMI telah dirintis oleh Relawan TIK Garut dan dilaksanakan di beberapa Sekolah Menengah Atas / Sederajat. Sejak tahun 2014, Sekolah Tinggi Teknologi Garut mengusulkan program bersama terkait KPMI dalam Konferensi Komunitas TIK Garut / forum Quadruple Helix yang dihadiri oleh unsur Pemerintah, Perguruan Tinggi, Perusahaan, dan Komunitas TIK di Garut. Secara khusus Sekolah Tinggi Teknologi Garut telah menandatangani piagam kerjasama dengan Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut, SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Negeri 10 Garut dan SMK Ma'arif Pameungpeuk Garut untuk melaksanakan program tersebut pada tahun 2015. Bagi Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut, KPMI ini menunjang program Telecenter / mobil Community Access Point yang menyasar lembaga pendidikan dan Kelompok Informasi Masyarakat di perdesaan. 

Dalam kesempatan Seminar di Lampung, Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menyatakan bahwa idealnya satu desa terdapat satu orang relawan TIK [6]. Sementara itu Sekolah Tinggi Teknologi Garut tengah mendorong agar KPMI di sekolah dapat melayani satu atau beberapa desa di sekitarnya. 

Anggota masyarakat yang dapat direkrut sebagai Relawan Penggerak Masyarakat Informasi ini dapat berusia antara 16 - 24 tahun [1]. Setidaknya di setiap kecamatan harus ada satu atau beberapa Sekolah Menengah Atas / Sederajat dan / atau Perguruan Tinggi yang berfungsi sebagai Pusat Pengembangan Lokal di mana anggota KPMI melaksanakan layanannya untuk internal kampus dan masyarakat desa sekitar kampus. Kaderisasi dan kegiatan anggota KPMI dapat dilaksankaan dalam bentuk kegiatan intra ataupun ekstra kurikuler melalui unit kegiatan yang ada di kampus. Di antara unit kegiatan yang telah terbentuk di kampus dan dapat didorong untuk melaksanakan program KPMI adalah Komunitas TIK dan Gerakan Pramuka.

Disebutkan dalam Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka nomor 170.A tahun 2008, bahwa Saka (Satuan Karya) merupakan wadah pembinaan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan Pramuka Penegak (usia 16 - 18 tahun) dan Pramuka Pandega (19 - 24 tahun) dalam bidang yang berguna baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat serta melakukan pengabdian kepada masyarakat sesuai aspirasi pemuda Indonesia dengan menerapkan prinsip dasar Kepramukaan dan metode Kepramukaan serta sistem Among. Partisipasi anggota Saka dalam membangun masyarakat informasi secara sukarela merupakan amal pengabdian kepada masyarakat. Dengan demikian Pramuka Penegak dan Pandega yang menjadi anggota Saka dapat melaksanakan empat jenis layanan Relawan TIK yang berguna bagi dirinya dan masyarakat berdasarkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang dibentuk oleh Saka.

Pada tanggal 13 Agustus 2015, ketua Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Garut mengesahkan ketua Relawan TIK Garut sebagai ketua Saka Telematika (Telekomunikasi dan Informatika), yang selanjutnya berubah nama menjadi Saka Informatika. Kondisi ini membukakan komunikasi antara Relawan TIK Indonesia dengan Gerakan Pramuka sehingga pembangunan masyarakat informasi di Garut dapat dilaksanakan secara bersama-sama. Karena Saka ini merupakan rintisan dan kebetulan KPMI yang dikembangkan oleh Sekolah Tinggi Teknologi Garut dibangun mengikuti pola kegiatan Kepramukaan, maka ditandatanganilah piagam kerjasama antara Kwartir Cabang Garut dengan Sekolah Tinggi Teknologi Garut dalam Rapat Kerja Cabang bulan Februari tahun 2016. Berdasarkan kerjasama tersebut, Saka Informatika mulai menerapkan konsep dan teknologi KPMI dalam bentuk Krida Bina Pengguna mulai tahun 2016 untuk mewujudkan Gugus Depan sebagai Pusat Pengembangan Lokal serta anggota Pramuka Penegak dan Pandega sebagai relawan penggerak dan tulang punggung masyarakat informasi Garut. 

Sementara itu Direktorat Pemberdayaan Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika pada pertengahan tahun 2016 meminta agar Relawan TIK Garut memobilisasi relawan TIK dari kalangan pelajar dan mahasiswa untuk menjalankan program API (Agen Perubahan Informatika) di Indonesia yang dimaksudkan untuk mewujudkan keinginan Menteri Komunikasi dan Informatika tersebut. Yang jadi persoalan adalah kabupaten Garut memiliki wilayah yang sangat luas dan Relawan TIK Garut belum memiliki komisariat di setiap kecamatan. Kondisi ini menyulitkan Relawan TIK Garut untuk memastikan keberlanjutan program API di setiap kecamatan.

Karena Relawan TIK Indonesia mengawal pelaksanaan API di daerah, maka hambatan atau kelemahan apapun di sisi Relawan TIK Garut akan mempengaruhi program API. Dalam kasus di Garut, solusi yang mungkin ditempuh memperhatikan kerjasama atau komunikasi yang sudah terbangun adalah dengan mendorong Kwartir Cabang Garut untuk terlibat dalam program API ini. Gugus Depan yang merupakan pangkalan anggota Pramuka di lembaga pendidikan hampir tersebar di setiap kecamatan. 
Saka Informatika melalui Krida Bina Pengguna sedang memulai program pelatihan untuk pelatih bagi anggota Pramuka Penegak dan Pandega agar dapat melaksanakan empat layanan relawan TIK. Kumpulan tindakan API di tengah masyarakat merupakan layanan informasi serta literasi informasi dan TIK yang akan dilaksanakan oleh anggota Krida Bina Pengguna. Sementara itu Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut tengah menjalankan program Mobil Community Access Point, Desa Melek TIK dan Sejuta Domain Indonesia yang juga berkaitan dengan program API. 
Sekolah Tinggi Teknologi Garut, Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut dan Relawan TIK Garut bersama unsur Kwartir Cabang Garut mengisi kelengkapan organisasi Saka Informatika. Sementara itu Relawan TIK Garut dan Saka Informatika menyandarkan konsep dan penerapan KPMI kepada Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Sekolah Tinggi Teknologi Garut telah menandatangani piagam kerjasama dengan badan publik, organisasi masa, dan gerakan tersebut sehingga dipastikan semuanya dapat melaksanakan program API secara bersama-sama dalam rangka melaksanakan piagam kerjasama. Skema kerjasama di Garut sampai tahun 2020 sebagaimana tampak pada gambar  3.


Gambar 3. Skema Pendampingan Desa dengan Unsur Pentahelix

Dari skema tersebut API merupakan program dari Pemerintah, sementara KPMI merupakan program Pendidikan dan Komunitas. Dua program tersebut saling mengisi, di mana kemampuan anggota KPMI yang dibangun oleh instruktur Komunitas TIK sekolah oleh Relawan TIK Garut serta kemampuan anggota Krida Bina Pengguna yang dibangun oleh instruktur Saka Informatika Kwartir Pramuka Cabang Garut digunakan untuk melaksanakan layanan informasi dan literasi dalam program API. Program dan manusia dari organisasi dan gerakan tersebut merupakan aset bersama yang digunakan dalam lingkungan kerjasama yang disebut Technopark. 
Dalam kaitannya dengan API, Pusat Pelatihan meliputi Open Class Komunitas TIK dan Sanggar Bakti Saka tempat dipenuhinya spesifikasi kecakapan TIK oleh peserta program KPMI dan pelatihan Krida Bina Pengguna. Sertifikasi merupakan penilaian yang memastikan terpenuhinya spesifikasi kecakapan yang diperlukan untuk melakukan empat layanan relawan TIK. Dengan sertifikasi ini, personel Relawan TIK Garut ataupun Saka Informatika dipastikan memiliki kecakapan yang memadai untuk melaksanakan sekumpulan tindakan API. Selain itu kegiatan sertifikasi juga untuk profesi informatika. 
Khusus untuk pembentukan Smart Business di desa, Saka Informatika menyiapkan pendamping badan usaha desa melalui Krida Bina Usaha. Anggota Pramuka yang menguasai kecakapan khusus dalam Krida Bina Usaha dapat menjembatani produk dan jasa di desa dengan konsumen di dunia maya atau mendampingi badan usaha di desa sampai mampu melakukan pemasaran di internet secara mandiri. Perusahaan yang bergabung dan memiliki program Company Sosial Responsibility untuk badan usaha dapat menyelenggarakan program peningkatan kapasitas bisnis dan teknologi bekerjasama dengan Pendidikan (Perguruan Tinggi) bagi para pengusaha yang didampingi tersebut. 
Selain melaksanakan pelatihan secara mandiri atau bersama mitranya, lembaga pendidikan dapat terlibat dalam penyediaan Teknologi. Setiap Kelas dan Laoratoriumnya yang berisi pelajar dan mahasiswa Rekayasa Perangkat Lunak atau bidang Komputasi lainnya merupakan lokus-lokus pengembangan yang menyediakan Teknologi yang diperlukan dalam pembentukan Smart Village. Teknologinya sebagaimana teknologi milik perusahaan dapat dibawa oleh relawan TIK untuk diterapkan dan dilatihkan kepada masyarakat. Para pengembang di lembaga pendidikan tersebut bahkan dapat sekaligus berperan sebagai relawan TIK tersebut. Dukungan teknis seputar persoalan terkait teknologi tersebut diberikan secara online oleh pengembang teknologinya melalui helpdesk yang diperankan oleh stafnya atau oleh relawan TIK. Bantuan di lapangan dapat diperankan oleh relawan TIK yang tersebar di setiap kecamatan. 
Pada akhirnya, tanda munculnya kondisi Smart Village adalah keberadaan kantor elekrtronik di dunia maya yang digunakan oleh badan publik, badan usaha, serta pendidikan untuk menyampaikan layanan dan informasi publik serta kehadiran para penggunanya. Ketiganya menjadi perhatian mengingat tujuan akhir dari masyarakat informasi adalah keuntungan kompetitif dari industri informasi yang bersandar kepada karakter smart people sebagai akselerator dan konseptor yang dibentuk oleh lembaga pendidikan, smart business sebagai enabler yang dikembangkan oleh badan usaha, serta smart (public) service sebagai regulator yang diperankan badan publik dan harus bekerja efisien. Di luar itu semua, media merupakan unsur pentahelix lainnya yang berperan sebagai katalisator bagi industri informasi. Media juga mempersiapkan komunikasi di antara helix, menciptakan dorongan psikologis / pengaruh yang menggeser keadaan dari aras konseptual menuju praktik dan penerapan.


DAFTAR PUSTAKA

  1. R. Cahyana, "Aktivitas dan Kompetensi Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi," Garut, Insan Akademika, 2013. 
  2. R. Cahyana, "Peran Relawan Teknologi Informasi dalam Pemanfaatan Warung Internet Perdesaan," Algoritma, vol. 9, 2012. 
  3. R. Cahyana, "The stages, three-layer infrastructure, and functional level regulation for development of information society within of information technology volunteer actions," International Journal of Basic and Applied Science, vol. 3, no. 1, pp. 28-35, 2014. 
  4. R. Cahyana, "Model Analisis Sistem Informasi Kelompok Penggerak Masyarakat Informasi," in Konferensi dan Temu Nasional TIK untuk Indonesia, Bandung, 2015. 
  5. M. Acevendo, "ICTlogy," 24 March 2009. [Online]. Available: http://ictlogy.net/bibliography/reports/projects.php?idp=1284. [Accessed 2012].
  6. [6] "ANTARA News," 23 April 2016. [Online]. Available: http://www.antaranews.com/berita/556862/menkominfo--butuh-74000-relawan-tik-di-desa. [Accessed 12 Mei 2016].



Begini pengalaman ku dengan BNI, bagaimana dengan kamu ?

$
0
0

Saya Rinda Cahyana, PNS (Pegawai Negeri Sipil) di lingkungan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang diperbantukan sebagai Tenaga Pendidik di Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Aktif sebagai PNS sejak tahun 2006, dan sejak saat itu pula aktif sebagai nasabah BNI (Bank Negara Indonesia) Syariah. Pertama kali memilih BNI Syariah karena kantor mengirimkan gaji PNS melalui rekening BNI dan saya merasa nyaman dengan Perbankan Syariah. Walau saat mendaftar di Bandung, tetapi pelayanan tetap dapat dinikmati dengan nyaman di Garut. Saat kampus menawarkan perumahan karyawan yang dibiayai BNI, saya pun mulai membuka rekening BNI non Syariah.    

Rumah Pertama yang dibiayai BNI

Sejak awal saya tertarik dengan salah satu layanan BNI yang dikenal dengan SMS (Short Message Service) dan Internet Banking. Hal tersebut boleh jadi dipengaruhi oleh gaya hidup orang informatika yang selalu berorientasi kerja efisien dengan mesin otomatis. Kebetulan saya lulusan dan dosen informatika yang selalu mengembangkan gagasan akses informasi di mana saja dan kapan saja. Layanan elektronik dari BNI tersebut merupakan bagian dari gagasan tersebut. 

Keuntungan yang diperoleh dari SMS Banking adalah mendapatkan kabar uang masuk ke rekening, dan tentu ini kabar yang ditunggu dan menggembirakan untuk pegawai dengan sistem gaji bulanan seperti saya. Sementara internet Banking memungkinkan saya untuk melalukan transaksi perbankan, seperti membeli token PLN, pulsa seluler, transfer uang, membeli tiket kereta api, termasuk membaca riwayat transaksi dalam rekening. Semuanya bisa dilakukan melalui smartphone atau laptop, tidak perlu ke luar rumah dan menggunakan ATM (Anjungan Transaksi Mandiri). Transaksi Perbankan dalam Genggaman. 



Saat melakukan restorasi dan modifikasi mobil jenis Jeep, saya banyak mendengar informasi dan berdiskusi di grup Facebook, memperoleh masukan seputar suku cadang dan aksesoris apa yang diperlukan. Kemudian saya membeli suku cadang dan aksesoris tersebut secara online dari toko online. Pembayarannya melalui Internet Banking. Prosesnya cepat sehingga barang cepat sampai di rumah dan mobil pun cepat berubah. Semua kemudahan ini terwujud karena layanan BNI, yang mampu mengikuti kebutuhan gaya hidup digital jaman sekarang. Terima kasih BNI

         

Peluncuran Garut Smartfren Community

$
0
0

Garut, 29 Mei 2016 di Aula Sekolah Tinggi Teknologi Garut diselenggarakan acara peluncuran Garut #SmartfrenCommunity #Generasi4G. Kegiatan Smartfren yang dikelola oleh Ipan Setiawan ini dihadiri oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut, Komunitas / Relawan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) Garut, Komunitas TIK SMK Negeri 10 Garut, Komunitas TIK SMK Ciledug, serta pelajar dan mahasiswa se Garut. 

Pada tanggal 12 Mei 2016, melalu Whatsapp Ipan menghubungi saya, menanyakan mekanisme penyelenggaraan kegiatan kopi darat Blogger di Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Saya memberi petunjuk bahwa mekanismenya sama seperti yang biasa ditempuh ASGAR Muda saat menyelenggarakan kegiatan di Sekolah Tinggi Teknologi Garut, tinggal memasukan proposal ke Wakil Ketua bidang Kerjasama. Bahkan saya memberikan gambaran kemungkinan Sekolah Tinggi Teknologi Garut memberi pinjam ruang Multimedia secara gratis asal ada bantuan promosi kampus di internet yang melibatkan peserta. 

Ipan Setiawan adalah ketua Penghimpunan Kelompok Pengguna TIK dalam kepengurusan Komunitas / Relawan TIK Garut. Tugasnya di kepengurusan memang memberdayakan komunitas dan para pengguna TIK seperti Blogger. Posisi jabatannya ini tepat mengingat Ipan adalah Blogtivist tergiat di Garut dengan segudang prestasi. Tidak salah jika Smartfren memilih alumni Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut ini sebagai pemimpin Komunitasnya di Garut. 

Sambil menunggu Ipan menyelesaikan proposalnya, saya melakukan komunikasi dengan ketua dan wakil ketua III Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Alhamdulillah tanggapannya positif. Hal ini tidak mengherankan mengingat Sekolah Tinggi Teknologi Garut dari dulu dikenal sebagai lembaga pendidikan tinggi di Garut yang melaksanakan kegiatan, mendorong pembentukan, dan sinergi dalam setiap program Relawan TIK. Dikukuhkannya Relawan TIK Garut oleh Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal dan Pejabat Kementrian Komunikasi dan Informatika, Google Educator Group Garut, dan Komunitas TIK terbaik se Jawa Barat tidak lepas dari kiprah dan bantuan Sekolah Tinggi Teknologi Garut baik tenaga pendidik ataupun para pejabatnya. Membantu masyarakat dalam bidang TIK dan para pegiat TIK merupakan salah satu amal pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan secara istiqamah oleh Sekolah Tinggi Teknologi Garut.


Saya berhasil meyakinkan Sekolah Tinggi Teknologi Garut untuk menyediakan hadiah untuk peserta yang paling banyak tweet @stt_garut, karena berdasarkan pengalaman saya, mengenalkan organisasi itu tidak cukup hanya dengan melakukan kunjungan dari satu sekolah ke sekolah lain di dunia nyata tetapi juga harus ditunjang kegiatan pengenalan kampus melalui jejaring sosial di dunia maya. Staf wakil ketua III, Leni Fitriani dipercaya untuk mengawal kepentingan Sekolah Tinggi Teknologi Garut dalam kegiatan tersebut.

Sebagai ketua umum Komuntas TIK Garut saya juga melaporkan rencana kegiatan pertemuan Blogger Garut ke kepala Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut sebagai Dewan Penasihat, sekaligus meminta kesediaan beliau untuk berkenan membuka acara, pada tanggal 13 Mei 2016. Setelah beliau menyatakan kesediaannya, saya menanyakan kepada Ipan Setiawan apakah kepala Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut, pada tanggal 20 Mei 2016. Ipan menjawab akan mengundang beliau.

Pada hari Jum'at tanggal 27 Mei 2016 pukul 09.43, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika menanyakan apakah acara kumpulan Blogger jadi dibuka oleh beliau. Setelah bertanya kepada Ipan kembali, saya menyampaikan jawaban dari Ipan pada pukul 10.53 bahwa kegiatan jadi dibukan oleh beliau dan surat undangan akan dikirim segera. Pukul 14.23 Ipan bergerak ke kantor Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut untuk mengirimkan surat undangan. Ipan ini seperti saya, semua dikerjakan sendiri tatkala tidak ada seorang pun yang memiliki waktu untuk membantu, dan memiliki komitmen untuk menuntaskan kegiatan. Hal ini saya lihat sendiri, saat Ipan turut terlibat dalam pengepakan konsumsi untuk peserta. Relawan sejati yang bersedekah secara total.

Transkrip Percakapan dengan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika
  • [08:09, 5/12/2016] Ipan Setiawan: Assalamualaikum.. Wilujeng enjing akang.. 🙂
  • [08:09, 5/12/2016] Saya: Wa alaikum salam
  • [08:10, 5/12/2016] Ipan Setiawan: Akang punten sateacana ngawagel waktosna 🙂
  • [08:11, 5/12/2016] Saya: Siap
  • [08:12, 5/12/2016] Ipan Setiawan: Kang rinda upami hoyong bade ngayaken kegiatan pelatihan menulis dan kopdar blogger di STTG tiasa, upami mekanismena sareng kampus kumaha kang?
  • [08:14, 5/12/2016] Saya: Siga kegiatan ASGAR MUDA na kang nono, lebetkeun proposalna ka ketua STTG
  • [09:49, 5/12/2016] Saya ke DR Hilmi : Minta peserta utk tweet #sttgarut.ac.id di Twitter dan Facebook.
    [09:50, 5/12/2016]
    Saya ke DR Hilmi : Kalau perlu buat lomba keliling STTG lalu semua peserta buat review kampus. Pengunjung terbanyak kasih hadiah. 
  • [09:50, 5/12/2016] Saya: Saya kira STTG bisa kasih aula gratis kang Ipan.
  • [09:58, 5/12/2016] Ipan Setiawan: Alhamdulillah hatur nuhun kang rinda informasina 🙂
  • [09:58, 5/12/2016] Ipan Setiawan: Abdi kantun ngadamel proposalna hela muhun kang 
  • [10:05, 5/12/2016] DR Hilmi A: Mangga sae
  •  [07:36, 5/13/2016] DR Hilmi A: 👍
  • [14:20, 5/13/2016] Saya: Nembe aya Ipan nu bade nyelenggarakeun kegiatan kumpulan Blogger Garut di STTG bareng Smartfren, nyandak serat sareng proposal :
  • [14:33, 5/13/2016] DR Hilmi A: Ok, untuk prosedurnya mhn proposal fisiknya di sampaikan ke saya untuk didisposisikan ke baa
  • [14:46, 5/13/2016] Saya: Proposalnya ada di saya pak, besok saya sampaikan
  • [14:47, 5/13/2016] DR Hilmi A: Oh iya sip
  • [18:55, 5/13/2016] Saya: Manawi gaduh waktos kanggo ngabuka acara teman2 Blogger 🙏🏻
  • [18:59, 5/13/2016] Kadiskominfo Garut: Insya allah. Sekalian silaturahmi. Malah Abdi hoyong bikin blogger.
  • [19:00, 5/13/2016] Saya: Siap. 
  • [10:34, 5/14/2016] Ipan Setiawan: Akang untuk aulanya Ibu Rina dan Bapak Hilmi sudah mengizinkan untuk penggunaan acaranya? Bismillah, supaya saya langsung cantumkan di posternya 🙂😊
  • [10:34, 5/14/2016] Ipan Setiawan: Akang untuk aulanya, Ibu Rina dan Bapak Hilmi sudah mengizinkan untuk penggunaan acaranya? Bismillah, supaya saya langsung cantumkan di posternya 🙂😊
  • [10:40, 5/14/2016] Saya: Diizinkan, hanya proposalnya belum sampai ke pa Hilmi karena beliau sedang kegiatan di luar Garut
  • [10:41, 5/14/2016] Ipan Setiawan: Alhamdulillah...terima kasih akang... 🙏
  • [10:41, 5/14/2016] Saya ke DR Hilmi : Pak Hilmi, proposal kegiatan Blogger saya sampaikan ke bu Yanti ya, untuk pemesanan aula STTG
  • [10:41, 5/14/2016] DR Hilmi A: Oh iya pak 
  • [15:08, 5/22/2016] Rina Kurniawati: Naon eta teh? 
  • [15:08, 5/22/2016] Saya: Yg proposalnya minggu lalu ke ibu in
  • [15:08, 5/22/2016] Saya: Yg pinjem aula
  • [15:09, 5/22/2016] Rina Kurniawati: Ooo iya iya, sip ari eta nu tengah saha asa kenal
  • [15:09, 5/22/2016] Saya: 😄 Ipan
  • [15:10, 5/22/2016] Saya: Yg blm dibahas itu reward utk top reviewer blogger ttg kampus STTG
  • [15:41, 5/22/2016] Rina Kurniawati: Oo iya tar atuh ya bsknkita ngobrol 
  • [09:09, 5/27/2016] Saya: Teu ngulem Diskominfo Garut?
  •  [09:42, 5/27/2016] Ipan Setiawan: Assalamualaikum akang
  • [09:43, 5/27/2016] Kadiskominfo Garut: Dupi minggu acara genetasi 4 g ktratif di bukana ku abdi ?
  • [09:43, 5/27/2016] Ipan Setiawan: Kantenan Bade Akang, Kedah atuh akang Diskominfo mah anu Utami kang🙂
  • [09:44, 5/27/2016] Ipan Setiawan: Insya Alloh dinten ayena undangan Nana didamel akang, upami masihken Nana Kantor na di palih mana ya kang?
  • [10:17, 5/27/2016] Saya ke Kadiskominfo Garut: Ku abdi ditaroskeun heula 
  • [10:26, 5/27/2016] Ipan Setiawan: Alhamdulillah sumuhun Akang, hatur nuhun akang
  • [10:53, 5/27/2016] Saya ke Kadiskominfo Garut: Kata Ipan, dibuka oleh Diskominfo Garut pak.
  • [10:53, 5/27/2016] Saya ke Kadiskominfo Garut: Suratnya dikirimkan segera
  • [12:36, 5/27/2016] Kadiskominfo Garut: Siap.
  • [10:54, 5/27/2016] Saya: Lokasina di simpang lima. Kedah ayeuna, kumargi enjing pemerintah libur.
  • [12:05, 5/27/2016] Ipan Setiawan: Alhamdulillah sumangga akang Rinda, saparantos jumatan langsung dipaparin undangan nana 🙂
  • [14:23, 5/27/2016] Ipan Setiawan: Akang Upami di simpang lima na kantor Disdik teh dipalih mana?
  • [14:23, 5/27/2016] Ipan Setiawan: Diskominfo maksadna teh 🙂
  • [08:37, 5/29/2016] Rina Kurniawati: Rinda maaf saya ga bisa dateng hari ini ngedadak ada acara ka bdg yang ga bisa di hibdarin, yang ngebuka acara Rinda Aja ya?
  • [10:11, 5/29/2016] Saya: Ok

Dalam kesempatan memberi sambutan, Drs Dikdik Hendrajaja, M.Si, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut mengingatkan pentingnya Blogger dalam pembangunan informasi positif di kabupaten Garut. Blogger harus memperhatikan kualitas informasi, menghindarkan diri dari amal penyebaran informasi yang tidak dibenarkan agama. Beliau berharap Blogger Garut dapat dihimpun dan luaran Blognya dapat diakses dalam satu portal untuk memudahkan setiap orang membaca tulisan Blogger Garut.


Dalam kesempatan menyampaikan sambutan, saya mengucapkan selamat kepada Ipan dan Smartfren atas terbentuknya Garut Smartfren Community, mengucapkan selamat bergabung dalam perhimpunan Komunitas dan Relawan TIK se Garut yang dibimbing oleh kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Garut. Saya menyatakan harapan kepada komunitas ini untuk dapat menapaki dua kondisi selanjutnya agar Garut Smartfren Community menjadi Komunitas TIK terbaik di Jawa Barat. Kondisi tersebut meliputi : 1) Terkumpul, yakni mendata semua personal yang memiliki kegiatan dan minat yang sama, 2) Terorganisir, yakni penataan komunitas mulai dari pembentukan kepengurusan, pembuatan rencana kerja tahunan, hingga pengurusan badan hukum, dan 3) Terbuka, yakni memastikan tersedianya dokumentasi kegiatan yang bersifat publik untuk konsumsi seluruh stakeholder. Komunitas TIK yang telah memenuhi tiga kondisi tersebut layak mewakili Komunitas TIK di Garut untuk mengikuti Komunitas TIK Award Jawa Barat. Komunitas / Relawan TIK Garut merekomendasikan Jelajah Garut kepada Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut untuk mewakili Garut ikut dalam kegiatan Award tersebut.


Di penghujung sambutan, dalam kapasitas sebagai ketua umum Komunitas TIK Garut, saya mengingatkan kepada ketua Perhimpunan Kelompok Pengguna TIK agar menindaklanjuti pembangunan Portal Garut Citizen Jounalism yang merupakan portal menuju blog-blog urang Garut. Portal yang dibangun oleh Ikbal Muhammad Hikmat, staf Perhimpunan Kelompok Pengembang TIK ini telah diluncurkan oleh Bupati Garut pada tahun 2015. Keberadaan portal ini akan memudahkan Dinas Komunikasi dan Informatika untuk mengetahui informasi yang dibuat oleh Blogger dan mengukur dampaknya bagi pembangunan Garut. Semoga Jang Ipan bisa menghimpun Blogger Garut, personalnya di dalam Komunitas dan membuka akses ke Blog nya melalui Portal tersebut.

Pembicara dari Smartfren menjelaskan bahwa Komunitas Smartfren ini dibentuk untuk memudahkan Smartfren mendapatkan feed back dari pengguna Smartfren. Dalam kesempatan presentasinya, diputarkan video yang menggambarkan perilaku pengguna smartphone masa kini yang dekat dengan yang jauh dan jauh dengan yang dekat. Hal ini harus dijauhi oleh para pengguna Smartfren. Teknologi Advanced LTE 4G yang disediakan Smartfren menyediakan kenyamanan kepada para penggunanya dalam menikmati konten di internet. Namun kenyamanan ini tidak boleh menyebabkan para pengguna mengabaikan kehidupan nyatanya di internet dan membatasi waktu berselancar di internet.   



Peningkatan Kapasitas Masyarakat Informatika Garut

$
0
0

Sesuai dengan judul kegiatannya, Peningkatan Kapasitas Masyarakat Informatika Garut, kegiatan ini ditujukan untuk memperluas wawasan masyarakat informatika di Garut dalam bidang informatika baik teori, praktik, ataupun penerapannya. Saya membuat kegiatan ini untuk tujuan :
  1. Mengambil kesempatan yang disediakan oleh Direktorat Pemberdayaan Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk menyelenggarakan sosialisasi Agen Perubahan Informatika
  2. Menindaklanjuti kerjasama antara Sekolah Tinggi Teknologi Garut dengan Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Garut ke dalam bentuk kegiatan nyata yang melibatkan anggota Pramuka Penegak dan Pandega terkait pengembangan konsep rintisan Satuan Karya Pramuka Informatika yang akan diterapkan di Garut.
  3. Menyediakan kuliah umum Rekayasa Perangkat Lunak bagi tenaga pendidik dan peserta didik di lingkungan Program Studi Teknik Informatik Sekolah Tinggi Teknologi Garut serta Sekolah Menengah Kejuruan bidang Informatika di Garut, yang materinya dapat menjadi masukan berharga untuk perumusan kurikulum baru Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut.
Berdasarkan tujuan tersebut, dikemaslah kegiatannya dalam sebuah tema "Membangun Desa Pintar dengan Solusi Informatika melalui Agen Perubahan Informatika dan Satuan Karya Informatika". Materi tentang bagaimana Desa Pintar dibangun dengan Solusi Informatika disampaikan oleh Dr. Ir. Inggriani Liem sebagai Tenaga Pendidik dari Kelompok Riset Data dan Rekayasa Perangkat Lunak Institut Teknologi Bandung, Agen Perubahan Informatika oleh Septriana Tangkari, M.M. sebagai Direktur Pemberdayaan Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, dan Satuan Karya Pramuka Informatika oleh saya sebagai ketua Satuan Karya Pramuka Informatika cabang Garut.

Pada awalnya kegiatan ini menyasar anggota Penegak dan Pandega khususnya di Gugus Depan Sekolah Menengah Kejuruan, yang oleh karenanya saya mengirim surat kepada Kwartir Cabang Garut untuk mengundang Gugus Depan yang dimaksud dengan target peserta sekitar 400 orang calon anggota Satuan Karya Pramuka Informatika yang dapat menjadi Agen Perubahan Informatika. Namun ternyata semua anggota yang dimaksud sedang mengikuti ujian di sekolahnya, sehingga target pesertanya dirubah menjadi mahasiswa program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang dalam kurikulum baru akan diwajibkan menjadi relawan informatika. 

Untuk penyelenggaraan kegiatan ini, saya meminta bantuan kepada ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut untuk menyediakan dana talangan kegiatan sekitar sembilan jutaan. Alhamdulillah, dana tersebut cair. Dalam perjalanan menuju kegiatan, pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan program bersama antara Sekolah Tinggi Teknologi Garut dan mitranya memberikan bantuan dana kegiatan. Kondisi tersebut memberi kelancaran dalam penyelenggaraan kegiatan oleh panitia yang saya bentuk. Kondisi tersebut terwujud hasil komunikasi antar elemen penyelenggara program bersama ini :
  1. Saya melakukan komunikasi dengan Direktorat Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, 
  2. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut membantu komunikasi dengan Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Garut, 
  3. Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut membantu komunikasi dengan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut, 
Untuk melaksanakan kegiatan ini, saya mengajak tenaga pendidik di lingkungan Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut untuk ikut terlibat. Alhamdulillah banyak tenaga pendidik yang mau pro aktif melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai panitia kegiatan. Di luar kepanitiaan ini, ada adik-adik Dewan Kerja Cabang Kwartir Cabang Garut yang ikut berperan dalam menyampaikan informasi dan mendata peserta kegiatan dari anggota Penegak dan Pandega.

Turut hadir dalam kegiatan ini, direktur dan pejabat Direktorat Pemberdayaan Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika, kepala dan pejabat Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut, ketua dan pejabat Sekolah Tinggi Teknologi Garut, pengurus Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Garut dan Kwartir Ranting Tarogong Kidul, PT Telekomunikasi Indonesia, PT Telekomunikasi Seluler, Relawan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) Indonesia dan pegiat TIK lainnya.


Kegiatan ini saya laksanakan untuk masyarakat informatika di Garut baik di dalam atau luar kampus agar memahami peran dan tanggung jawab sosialnya dalam pembangunan masyarakat informasi Garut. Selain itu, kegiatan ini memberikan kesempatan bagi semua tenaga pendidik di lingkungan program studi yang saya pimpin untuk terlibat dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat. Melalui kegiatan ini saya memberikan sampel program bersama Quad atau Penta helix yang dapat diselenggarakan setiap tahun dalam rangka mewujudkan Smart Garut. Semua pihak penyelenggara program bersama ini dihimpunkan dalam satu naungan bernama Forum Masyarakat Informasi Garut.

Khususnya bagi Satuan Karya Pramuka Informatika, kegiatan ini merupakan tahap pertama menuju tahap berikutnya, yakni Orientasi Perintis Satuan Karya Pramuka Informatika tingkat Ranting di lingkungan Kwartir Cabang Garut. Saya memaparkan konsep rintisan Satuan Karya Pramuka Informatika dan rencana penerapannya dengan bantuan slide dalam kesempatan sosialisasinya. Pengukuhan Majelis Pembimbing dan Racana Sekolah Tinggi Teknologi Garut diharapkan menjadi modal dasar membentuk minimalnya satu Satuan Karya Pramuka Informatika KH Hasyim Asy'ari tingkat Kecamatan dengan keanggotaan dari Gugus Depan di lingkungan Kwartir Cabang Tarogong Kidul.

Persiapan kegiatan Safari Direksi Telkom ke Garut

$
0
0

Jum'at, 3 Juni 2016, saya dihubungi oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut. Beliau mengajak saya untuk bergabung di Rumah Makan Padang Sederhana untuk berbincang dengan pak Dadan Syamsul Bachro dari PT Telekomunikasi Indonesia regional Tasikmalaya. Di lokasi kami berbincang tentang rencana safari Direksi PT Telekomunikasi Indonesia ke Garut. Rencananya safari tersebut akan diselenggarakan di Aula Musaddadiyah dan diisi pemaparan Technopreneurship untuk UKM yang ada di Garut plus bantuan untuk beberapa Yayasan Yatim Piatu di Garut. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut akan meminta Bupati Garut untuk hadir dan menyampaikan sambutan di dalam acaranya nanti. Bu Rina Kurniawati sebagai Wakil Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut bidang Kerjasama mendengarkan rencana bantuan untuk Pusat Pelatihan Technopark yang dibangun Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang juga akan digunakan untuk membentuk Kampung UKM Digital di Garut. 

Selain itu, diperbincangkan juga tentang integrasi program dan sumber daya Pentahelix (Pemerintah, Perguruan Tinggi, Perusahaan, Komunitas, dan Media) untuk mencapai tujuan bersama yang mengarah kepada terbentuknya masyarakat informasi Garut atau Smart Garut. Sebelumnya tanggal 30 Mei 2016, saya diundang oleh pak Diar Cahdiar Antadireja - Sekretaris Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut untuk diskusi di rumah beliau bersama pak Dadan Syamsul Bachro untuk membicarakan topik yang sama. Dalam dua diskusi tersebut saya memberi masukan bahwa untuk mewujudkan Smart Garut, diperlukan sinkronisasi program semua unsur Pentahelix yang kemudian diwujudkan sebagai program bersama yang luaran atau layanannya harus dapat diakses secara offline ataupun online oleh masyarakat. Diskusi belum menghasilkan kesepatakan nama domain web untuk kebutuhan akses online tersebut, apakah Smart Garut, e-Garut, atau lainnya. 

 

Menyajikan ICT4GLS di SMA Negeri 1 Subang

$
0
0

Subang, 11 Juni 2016, bertempat di aula SMA (Sekolah Menengah Atas) Negeri 1 Subang saya menyampaikan materi ICT4GLS (Information and Communication Technology for Gerakan Literasi Sekolah). Materi ini disampaikan setelah mendapatkan undangan dari Marni Hartati, teman seangkatan di SMA Negeri 1 Subang yang sekarang menjadi tenaga pendidik dan penggerak GLS (Gerakan Literasi Sekolah) di sana.  


GLS ini bagi saya menarik dan penting mengingat perkembangan keilmuan dan keterampilan yang saya dapatkan hingga sekarang ini di antaranya karena ditunjang oleh kebiasaan membaca. Dalam kesempatan tersebut saya menceritakan kenapa membaca itu penting berdasarkan pengalaman pribadi, dan sebagiannya lagi merupakan cerita pengalaman kawan Blogger Garut Ipan Setiawan yang disampaikanya saat pertemuan Smartfren Community lalu di Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Pengalaman pribadi ini akan saya tuliskan pada kiriman berikutnya. Melalui slide presentasi saya jelaskan hubungan antara GLS dengan Blogging dan bagaimana Blogspot yang merupakan salah satu aplikasi Google dapat meningkatkan kontribusi dan dampak positif GLS.


Kemampuan siswa untuk membaca dalam GLS tergantung kepada niatnya. Dengan niat tersebut para siswa yang aktif di GLS berkontribusi kepada teman-temannya di sekolah, apakah saat mereka menyampaikan kembali apa yang telah mereka baca atau menerbitkan karya tulis yang dipengaruhi oleh buku-buku yang mereka baca. Kontribusi dan dampak positifnya dapat diperluas dengan memindahkan aktivitas penyampaian hasil membacanya di dunia maya. Di awali dengan niat kedua, yakni menggunakan teknologi informasi seperti Blog untuk berbagi kepada lebih banyak lagi peminat bacaan yang sama. Di ruang tanpa batas ini, setiap pembaca dapat menuliskan hasil membacanya sehingga sampai kepada para pengguna informasinya di dalam atau di luar sekolahnya dengan usaha dan waktu yang efisien. Materi ICT4GLS yang saya sampaikan ini merupakan tahapan pertama, yakni penyadaran. Untuk mewujudkan niat kedua diperlukan tahap kedua yakni pelatihan Blogging hingga tahap ketiga di mana dari Blogging para siswa ini mendapatkan daya saing dan bahkan sesuatu yang berkaitan dengan kesejahteraan.


Sebelum menyampaikan materi, Indri Virgianti, adik tingkat yang sama-sama alumni SMA Negeri 1 Subang, membacakan profil yang saya kirimkan satu hari sebelumnya melalui pesan Facebook ke Marni Hartati. Saat dibacakan pengalaman organisasi saya sebagai ketua PMR (Palang Merah Remaja) Wira Patut SMA Negeri 1 Subang, ada suara gemuruh di sudut belakang audien. Ternyata ada adik-adik PMR yang hadir di sana.

Indri Virgianti yang juga adik Pramuka Penggalang Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Subang yang saya pimpin regunya, menyampaikan bahwa saya adalah kakak tingkat yang dapat diteladani oleh adik-adik tingkatnya baik secara akademis ataupun kegiatan ekstrakurikuler. Pernyataannya ini membuat saya tersadar bahwa kegiatan membaca yang saya lalu mulai dari Sekolah Dasar hingga sekarang berpengaruh baik terhadap banyak orang, karena teladan yang saya berikan diantaranya dipengaruhi oleh buku-buku yang saya baca. Oleh karenanya sangat beralasan apabila saya sangat bersemangat menghadiri gelaran acara GLS ini, merampungkan slide presentasinya hingga pukul 23-an dan berangkat ke Subang pukul 03-an. Bukan karena saya alumni yang harus kembali ke almamater untuk memberi bantuan dalam bentuk apapun, tetapi juga karena saya mensyukuri karunia membaca, mendukung gerakan membaca apapun bentuknya, dan ingin mendorong agar gerakan ini diperbesar dampaknya dengan teknologi informasi.



Aku dan Membaca

$
0
0

Di penghujung pertemuannya, guru saya Ir. Kridanto Surendro, M.Sc, Ph.D mengatakan bahwa belajar membaca sangatlah penting bagi kami. Saya menginsyafi ini dan membenarkannya, berdasarkan pengalaman belajar baik bersama beliau atau di kelas lain saat kuliah Pascasarjana Informatika konsentrasi Sistem Informasi di Institut Teknologi Bandung. Saya membenarkan karena mengingat pengalaman Rasulullah SAW saat menerima wahyu pertama di gua Hira, "Iqra", yang berarti Bacalah. Saat pertama kali mengikuti matakuliah beliau terkait sumber daya manusia dalam Sistem Informasi, ada kesenjangan pengetahuan yang menyebabkan saya tidak bisa memahami apa yang beliau sampaikan. Hal tersebut membuat saya gelisah, hingga teman sebangku menenangkan dan mengatakan bahwa suatu saat saya akan dapat memahaminya. Kesenjangan tersebut terjadi karena selama kuliah strata satu Teknik Informatika, dominasi pengetahuan dan pengalamannya di sisi perangkat lunak. 

Dan guru saya tersebut membuat kesenjangan itu mulai berkurang setelah memberikan banyak tugas membaca dan meringkas literatur di setiap matakuliah yang diampu oleh beliau. Tata bahasa Indonesia saya sempat kacau karena terpengaruh kebiasaan membaca literatur berbahasa inggris, tetapi berkat mebaca itu saya melihat banyak dunia Sistem Informasi yang selama ini hanya saya lihat seakan dari lubang jarum saja. Banyak kekeliruan pemahaman yang berhasil diluruskan selama kuliah Pascasarjana, khususnya terkait perbedaan dan hubungan antara Sistem Informasi dengan Rekayasa Perangkat Lunak. Rasa syukur itu membuat saya meminta kesediaan beliau untuk memberikan seminar di Sekolah Tinggi Teknologi Garut, agar pencerahan tersebut tidak hanya dinikmati oleh saya saja tetapi juga oleh sivitas akademik  Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut. 


Ketertarikan saya kepada buku berawal dari kegiatan meminjam buku di Perpustakaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Subang yang kebetulan dekat dengan Sekolah Dasar Negeri Panglejar Subang tempat saya belajar saat itu. Jika tidak karena diajak oleh teman mengunjungi Perpustakaan, mungkin saya tidak akan pernah punya ketertarikan mengunjungi Perpustakaan. Berada di sekitar teman yang mengajak kepada kebaikan itu karunia yang perlu kita syukuri hingga akhir hayat. 

Buku yang paling saya minati dan sering saya pinjam saat itu adalah kategori cerita. Seakan saya masuk dalam pengalaman anak-anak dalam cerita tersebut. Mungkin inilah yang menyebabkan saya dapat membuat cerita fiksi berdasarkan pengalaman main saya di proyek tol dekat perumahan Bale Endah Bandung dengan kang Gigin Destriana (Putera Kakak nya Ibu). Sebab lainnya mungkin karena kebiasaan saya kalau hujan tiba suka terkurap di atas kasur tingkat ke dua dan melihat ke luar jendela tepat ke halaman samping rumah tetangga. Di sana ada sebidang tanah yang selalu kebanjiran. Saat kecil itu saya sering membayangkan sebidang tanah itu sebagai wilayah yang dihuni, ada rumahnya, situs purbakala yang mengandung fosil Dinosaurus (aslinya kerangka cicak, hehehe), dan bahkan sempat membuat peta wilayah dan peta bencana banjirnya. Sekarang rumah tetangga berikut halamannya menjadi rumah teh Reti. Sesekali saya juga sering nongkrong di puncak atap rumah (kok tidak merasa panas ya saat itu?), melihat gumpalan Awan yang memicu cerita negeri di atas awan.

Kembali ke cerita fiksi pertama yang tertulis di atas kertas. Cerita tersebut diketik dengan menggunakan mesin tik punya teh Ida, kakaknya kang Gigin Destriana, pengalaman pertama mengetik dengan mesin tik menggunakan jari sebelas ... maksudnya dua telunjuk, hehehe. Sayangnya kertas itu tidak saya simpan, tapi saya sedikit ingat isi cerita itu mirip lamunan tentang halaman tetangga saat hujan tiba. Sempat mendengar kakak mengadu kepada Uwa karena mungkin pita ketiknya habis oleh saya, hehehe ... tetapi Uwa mendukung apa yang saya lakukan. Saya tidak terpengaruh atau merasa bersalah telah menghabiskan pita ketik tersebut, mungkin saat itu karena saya masih kecil lebih banyak memperhatikan keinginan. Sejak saat itu saya menikmati menulis cerita dan selalu ingin memiliki mesin tik, walau kenyataannya tidak pernah dimiliki hingga sekarang. Karena ngetiknya sudah jaman komputer, hehehe. Alhamdulillah, orang tua memberikan Komputer dan Printernya menjelang lulus kuliah strata satu. Dengan Personal Computer tersebut saya menghasilkan banyak tulisan mulai dari buletin hingga surat untuk sahabat pena. 

Di SMP (Sekolah Menengah Pertama) Negeri 2 Subang, saya aktif di Kepramukaan. Bahkan dipercaya oleh teman-teman sebagai ketua Dewan Penggalang dan Pemimpin Regu Utama. Saya memahami sejak saat itu saya selalu memikirkan hal-hal yang tidak sederhana untuk organisasi, seperti melengkapi ruang sekretariat dengan kursi-kursi belajar untuk pertemuan. Kursi-kursi tersebut saya ambil dari gudang dan diperbaiki bersama pengurus Dewan Penggalang. Selain itu, yang terpenting dari kegiatan berorganisasi tersebut adalah kegiatan membaca. Untuk dapat mengajarkan materi kepramukaan kepada adik kelas, saya membaca Buku Agenda Pramuka milik teh Rita Sulistiana, kakak kedua yang juga sempat aktif di Pramuka saat belajar di SMP Negeri 2 Subang. Ternyata catatannya lengkap juga, tidak seperti saya yang tidak punya catatan Pramuka sama sekali, hehehe. Buku tersebut membuat saya memahami sandi dan mulai membuat sandi sendiri dan diajarkan kepada para pengurus Dewan Penggalang dan adik-adik Pramuka. Sandinya apa saya lupa lagi, mungkin Indri Novianti (rekan pengurus) dan Indri Virgianti (adik yang diajari) masih mengingatnya. Gaya miring dalam foto berbaju Pramuka lengkap di bawah ini terpengaruh oleh Baden Powel, hehehe.


Namun satu buku yang sangat berpengaruh saat itu terkait dokumentasi organisasi adalah buku yang dipinjamkan oleh kak Endin, ketua Dewan Penggalang sebelumnya. Saat perkemahan di kampus, beliau datang dan berbincang seputar Kepramukaan. Beliau lalu meminjamkan buku Kepramukaan tentang tata surat dan lainnya. Melalui buku tersebut saya memahami gaya penulisan surat, termasuk urutan nama organisasi. Kalau sistem penomoran suratnya saya belajar banyak dari kak Endang Morse, saat menjadi panitia kegiatan. Buku inilah di antaranya yang menyebabkan laporan pertanggung jawaban saya sebagai ketua PMR (Palang Merah Remaja) Wira Patut saat belajar di SMA (Sekolah Menengah Atas) Negeri 1 Subang sangat tebal. Sampai saya yang memberi masukan kepada tukang jilidnya agar laporan dengan sampul emas tersebut dipaku saja agar dapat bersatu. 

Belakangan Aria Dinda Dwi Sevta, rekan pengurus PMR menceritakan kalau Pembina PMR saat itu berfikir laporan tebal tersebut berikut apa yang tertulis di dalamnya (tata organisasi dan pasukan khas, serta dokumentasi organisasi) bukan saya yang buat, karena tidak mungkin dihasilkan oleh anak seusia saya. Padahal laporan itu benar-benar dibuat oleh saya, dalam pengaruh buku yang dipinjamkan oleh kak Endin dan buku-buku pemerintahan yang saya baca di Perpustakaan SMA Negeri 1 Subang.


Hal yang membuat kegiatan Pramuka di SMP Negeri 2 Subang tidak mengasikan adalah saat alumni datang. Sudah jadi kebiasaan kakak-kakak ini mulai melakukan uji mental. Kami semua sangat takut saat kegiatan itu dimulai. Ujian yang masih saya ingat adalah saat satu regu yang bercampur putera dan puteri kami dibariskan. Lalu kertas dimasukan ke mulut anggota regu pertama, setelah itu berpindah ke muluh anggota regu di sebelahnya. Waktu itu mungkin karena berada dalam tekanan, saya tidak merasa jijik, atau mungkin karena kertas itu berasal dari mulut teman perempuan yang didorong-dorong alumni untuk dekat dengan saya, hehehe. Jangan berfikir macam-macam, kertas itu tentu saja bukan dipindahkan oleh mulut ke mulut, tapi dari mulut ke tangan lalu ke mulut, hehehe. Tidak ada pengalaman bersentuhan mulut dengan lawan jenis selama aktif berorganisasi, bahkan saat belajar teknik pernafasan buatan di PMR Wira Patut sekalipun. 

Hal lain yang paling tidak asik adalah saat berhadapan dengan konflik dengan sesama pengurus, mendengar kabar dari adik Pramuka saya dijelek-jelekan, dan lain sebagainya. Pengalaman seperti itu tidak asing sebenarnya bagi saya, karena di lingkungan rumah pun kumpulan anak tetangga yang nakal suka melakukan hal yang sama. Tetapi mungkin saat itu saya belum siap sehingga hal tersebut menyebabkan tekanan yang memicu amarah. Semuanya sedikit mereda setelah bertemu dengan mas Yudho di jembatan Masjid al-Muhajirin. Beliau memberi nasihat dan meminjami buku Minhajul Abidien. Buku tersebut sangat berpengaruh dan membuat orientasi hidup saya berubah. Buku itu pula yang menyebabkan saya memutuskan untuk tidak ingin bergabung lagi di Kepramukaan dan memilih PMR saat belajar di SMA Negeri 1 Subang walau dibujuk Pembina. Saking berpengaruhnya, saya membuat tulisan di atas secarik kertas dan menyisipkannya di buku tersebut. Terakhir melihat buku tersebut, kertasnya masih ada pada buku tersebut. Saya sudah tidak ingat apa isi tulisannya.

Buku tersebut membuat saya memiliki jati diri, mengagumi akhlak mulia, dan bahkan mencegah saya untuk memperhatikan rasa suka terhadap wanita semata karena berfikir merasa belum layak untuk memiliki dan dimiliki. Delapan tahun ke depan saya benar-benar menjadi Jomblo yang diniatkan, hehehe. Buku itulah yang menyebabkan saya tertarik membaca banyak literatur agama, mulai dari hadits pilihan milik teh Reti hingga buku sekelas al-Hikam. Buku yang disebut terakhir ini diberi tahu oleh mas Yudho dan saya temukan beberapa waktu kemudian di Perpustakaan Masjid SMA Negeri 1 Subang. al-Hikam mewariskan kekuatan pendorong yang membuat saya dapat berjalan di dunia spiritual tanpa perlu menggunakan kaki. Baik Minhajul Abidien dan al-Hikam, keduanya saya khatamkan berkali-kali. Rasanya tidak puas meneguk keajaiban di dalamnya. Karena dua buku ini lah Aria Dinda saat di SMA menyebut saya unik dan perlu dilestarikan (memangnya hewan langka, hehehe), dan kang Ishak saat di pelataran masjid kecil al-Musaddadiyah mengatakan pemikiran saya melampaui usia. Saat itu saya sama sekali tidak menyadarinya, semata mengikuti apa yang saya yakini dari literatur-literatur yang dibaca. 

Dua buku ini kelak pada masa-masa kuliah di Sekolah Tinggi Teknologi Garut, membukakan pintu perjalanan menuju berbagai literatur di lingkungan Tarikat Syadziliyah, yang karena pengaruh dan keajaibannya itu saya memberi nama anak kedua Syazwan asy-Syadziliyah, sebagai tanda kesyukuran. Sementara nama anak pertama saya, Syauqi Ahmad Nurulloh merupakan gubahan dari Muhammad Syauq Ridha Nurulloh, nama yang saya buat untuk diri sendiri dalam perjalanan tersebut tahun 2002. Nama yang kemudian diyakini menjadi nama anak pertama saya, sehingga walau USG menunjukan anak saya perempuan, saya berkeyakinan dia pria karena namanya adalah Muhammad Syauq Ridha Nurulloh.


Saat di SMA Negeri 1 Subang saya bertekad kuat untuk membiasakan diri mengunjungi Perpustakaan. Alhamdulillah, Allah menolongnya sehingga saya rutin mengunjungi Perpustakaan dan membaca sejumlah literatur di sana, mulai dari ilmu teknik hingga pemerintahan. Bukan hanya perpustakaan umum saja, tetapi juga perpustakaan masjid. Ilmu pemerintahan yang diperoleh dari Perpustakaan membangun kemampuan saya dalam mengembangkan organisasi PMR dan BPH GMA (Badan Pelaksana Harian Generasi Muslim al-Muhajirin). Kombinasi daya hayal yang dulu membuat saya dapat membuat cerita fiksi dengan asupan pengetahuan dari Perpustakaan memunculkan kemampuan baru, yakni pemodelan konseptual. Bahkan digabungkan dengan film kartun Saint Seiya, membuat saya mendapatkan ide wujud logo Satuan Jihad GMA, hehehe.


Satuan Jihad merupakan Satuan Pengamanan untuk kegiatan Perkemahan Islami yang digelar tahunan oleh GMA. Nama Jihad nya sama sekali jauh dari gagasan Islam Esktrim, karena kenyataannya GMA merupakan kumpulan anak muda dengan pemahaman Islam tradisi. Para pemipin kepengurusannya senantiasa memerangi faham esktrim. Bahkan suatu ketiak GMA bahkan pernah bersitegang dengan tetua kampung karena memainkan alat musik ala Kyai Kanjengnya Emha Ainun Najib di dalam masjid. Termasuk saat saya meyakini pengajian harus terpisah antara pria dan wanita sehingga duduk di belakang dinding, mas Yudho sebagai ketua umum GMA memberikan sindiran halus. Kebetulan juga salam Jihad Allahu Akbar senantiasa digunakan panitia untuk menyemangati peserta kegiatan, sehingga nama Satuan Pengamanan ini Satuan Jihad. Orang yang tidak tahu GMA mungkin saja akan bersangka-sangka saat  melihat gambar silhuet yang saya buat untuk Satuan Jihad ini yakni Ikhwan Bertopeng dengan Pisau Komando terhunus di depan wajahnya, hehehe. 

Kegiatan sebagai ketua BPH GMA menyebabkan munculnya kegiatan menulis, mulai dari konsep organisasi, ringkasan apa yang saya baca dari literatur dan saya dengar dari pengajian, hingga buletin. Secara umum produk tulisannya tidak menggunakan mesin tik. Jika kebetulan ada akses ke mesin tik di rumah mas Yudho, saya baru punya produk tulisan dengan mesin. Kegiatan membaca dan berorganisasi mendorong saya menghasilkan banyak tulisan. Berbagai persoalan dan kebutuhan dalam organisasi membuat saya berfikir, menulis, dan menyampaikannya kepada orang lain. Dan bahkan tidak hanya sebatas itu, saya juga mengajarkan dan mengajak serta teman-teman untuk mengamalkan. GMA merupakan ruang pengalaman spiritual saya, saat pertama kali jatuh dalam kesalahan membuat bid'ah prosesi dzikir bersama, namun juga merupakan saat pertama kali menerima nikmat karunia taubat dari bid'ah dhalalah yang dengan izin Allah masih kuat tertanam dalam hati hingga sekarang. Hal itu terjadi mungkin karena sedang dipengaruh oleh literatur Thariqah yang diakses di perpustakaan Madrasah Diniyah Bahrul Ulum yang dikelola oleh Lembaga Pendidikan dan Dakwah GMA. Sementara karunia taubat diperoleh karena mengingat sejumlah hadits dari buku hadits pilihan milik kakak.

 
 
Produk pertama model konseptual adalah sistem organisasi BPH GMA yang mendefinisikan berbagai tingkatan pertemuan anggota dan kepengurusan serta relasi-relasi di dalam organisasi dan antar organisasi. Kebetulan saat itu saya dipercaya mas Yudho sebagai ketua BPH GMA, sehingga model konseptual tersebut saya terapkan di dunia nyata satu persatu.Kemampuan tersebut semakin terasah saat studi Sarjana di Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut dan Pascasarjana di Informatika Institut Tekologi Bandung. Model konseptual yang pernah dibuat mulai dari sistem organisasi Unit Sistem Informasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut, sistem Relawan TIK, dan sekarang sistem Rintisan Satuan Karya Pramuka Informatika. 


Bersambung ...   

Sosialisasi Pangkalan Data Tenaga Pendidik

$
0
0

Senin, 27 Juni 2016 diselenggarakan sosialisasi Pangkalan Data untuk Tenaga Pendidik di lingkungan program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Sosialisasi ini dimaksudkan agar Tenaga Pendidik memahami hubungan data yang bersumber dari kinerja Tridharmanya dengan kenaikan jabatan fungsional dan akreditasi. Dalam kesempatan membuka acara tersebut, ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut sebagaimana ketua LPM (Lembaga Penjamin Mutu) menjelaskan pentingnya pengumpulan data sehubungan dengan akan diakreditasi ulangnya seluruh program studi di lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Beliau juga mengapresiasi langkah program studi Teknik Informatika dalam menyediakan simpanan data internet untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk kebutuhan akreditasi tersebut.

Dalam pemaparannya, saya mengingatkan kembali kepercayaan Google kepada Sekolah Tinggi Teknologi Garut untuk memanfaatkan Google Application for Education di mana sivitas akademik dapat memanfaatkan simpanan data internet tanpa batas. Kesempatan ini harus dimanfaatkan untuk kepentingan akademik. Saya meminta kepada dosen untuk tidak lagi meminta kiriman tugas tercetak, tetapi dikirim dalam format dijital melalui aplikasi Google seperti Google Mail atau Google Drive. Saya menunjukan di dalam Google Drive program studi, direktori Mahasiswa yang nanti akan digunakan oleh mahasiswa untuk menyimpan luaran akademiknya dari awal hingga akhir kuliah. Hal yang sama juga untuk Dosen, program studi menyediakan direktori yang harus diisi dengan berkas dijital yang merupakan dokumentasi pelaksanaan Tridharma oleh Dosen. 

Saya menyampaikan informasi kepada Dosen bahwa sosialisasi ini merupakan langkah awal sebelum pelaporan program studi kepada Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang akan disampaikan akhir bulan Juli mendatang, di mana isi laporannya berdasarkan isi direktori tersebut. Terkait reward and punishment yang disampaikan oleh ketua program studi Teknik Industri yang turut hadir dalam pertemuan tersebut, saya menyerahkan pelaksanaannya kepada Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Program studi hanya akan berusaha mempublikasikan kinerja dosen melalui situs web program studi sebagai wujud keterbukaan informasi yang disediakan untuk stakeholders. Dengan publikasi tersebut, masyarakat dapat mengetahui kegiatan Dosen tetap program studi. 

Ketua program studi Teknik Sipil yang turut hadir dalam pertemuan tersebut menyampaikan usulannya agar Pangkalan Data tersebut juga diterapkan di Program Studi lainnya. Saya menyatakan siap mendampingi UPT Sistem Informasi dalam penerapannya di program studi lainnya. Pangkalan data ini memudahkan LPM dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat untuk mengetahui kinerja Dosen dari jarak jauh, juga memudahkan Dosen untuk mengurus jabatan fungsionalnya karena seluruh berkas lampiran yang diperlukan tersimpan dalam Direktori tersebut.  



Temu Ilmiah Nasional Peneliti Kemkominfo 2016

$
0
0

Temu Ilmiah Nasional Peneliti 2016 yang diselenggarakan oleh Kemkominfo (Kementrian Komunikasi dan Informatika) Republik Indonesia merupakan kegiatan diseminasi oral kedua yang saya ikuti setelah e-II (e-Indonesia Initiative) ITB tahun lalu. Apabila dalam Konferensi e-II saya mengangkat pemodelan analisis Sistem Informasi Kelompok Penggerak Masyarakat Informasi, dalam Temu Ilmiah Nasional Peneliti 2016 saya menjelaskan integrasi layanan Relawan TI (Teknologi Informasi) dengan layanan Telecenter sekaligus menjelaskan bagaimana Saka (Satuan Karya Pramuka) Informatika sebagai organisasi Relawan TI dapat mengisi layanan relawan TI di Telecenter yang dikelola oleh BUM Desa. Kegiatan Kemkominfo ini saya ikuti setelah mendapatkan surat undangan presentasi paper pada tanggal 21 Juli 2016. Dalam surat tersebut disebutkan bahwa saya berhasil lolos seleksi berdasarkan penilaian tim yang beranggotakan Prof Dr.Ing Ir. Kalamullah Ramli, M.Eng, Prof. Gati Gayatri, M.A., Dr. Aswin Sasongko, M.Sc, Dr. Onno W. Purbo, Dr. Riant Nugroho, Dr. Irwansyah, M.A., dan M. Shauqie Azar, MPP.

Perjalanan menuju Bogor tanggal 27 Juli 2016 tidaklah mudah. Namun saya tidak ingin melewatkan kesempatan unik ini. Saya pun meminta bantuan dana kepada Dr Hilmi Aulawi, ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Alhamdulillah beliau mendukung sehingga saya dapat berangkat pada hari Rabu selepas salat Subuh dalam kondisi lemes karena sakit. Sebagian dana dari kampus saya belikan obat-obatan yang diperlukan. Dan benar saja, setelah menempuh tiga jam perjalanan, saya memutuskan untuk beristirahat karena nafas terasa sesak dan sangat ngantuk sekali. Hari itu saya memutuskan untuk selalu berhenti per tiga jam. 

Di kesempatan perhentian terakhir saya memutuskan untuk mengisi perut dulu di rumah makan di daerah Cipanas Cianjur. Saat menyantap makanan ada telpon dari pak Rahmat yang menginformasikan sedang berada di Garut bersama Direktur Pemberdayaan Informatika Kemkominfo - ibu Septriana Tangkari dalam kegiatan dinas di Diskominfo (Dinas Komunikasi dan Informatika) Garut. Sayang sekali saya tidak bisa menemani. Walau demikian saya ingin ada Relawan TIK Garut yang mendampingi rombongan Direktorat yang membina Relawan TIK Indonesia tersebut. Oleh karenanya saya kirimkan nomor WA (Whatsapp) Rikza (PLH), Leni Fitriani (Bendahara), dan Ridwan (Sekretaris). Saya titip permohonan maaf tidak bisa silaturahmi di Garut melalui WA nya Sekretaris Diskominfo Garut, pak Diar Antadireja. 

Ini adalah perjalanan kali pertama saya dari Garut menuju Bogor melalui Cianjur. Alhamdulillah dengan bantuan Google Map saya pun sampai ke lokasi kegiatan, Hotel Aston menjelang tengah siang. Di lokasi saya melakukan registrasi lalu duduk bersama peserta yg juga baru datang. Jantung ini terasa berdebar-debar karena kelelahan. Istri saya melalui telpon menyarankan agar tubuh ini dibaluri minyak kayu putih. Segera saya menuju toilet dan mengikuti saran istri saya tersebut. Setelah itu saya menunggu waktu pembukaan dengan duduk santai di kursi sofa agar bisa istirahat. 

Di lokasi saya lihat ada pak Onno W. Purbo. Dalam kesempatan makan siang saya menyapa beliau, teman perjalanan pulang dari Rapat Kerja Nasional Relawan TIK Indonesia di Menado tahun lalu, dan berbincang tentang materi yg akan disampaikan dalam kegiatan IT Camp di Pemalang. Kami berdua diminta oleh panitia IT Camp utk memberi materi sesuai pengalaman masing-masing. 

Setelah selesai makan acara pembukaan pun digelar oleh panitia. Nampak banyak wajah yang tidak asing bagi saya. Saya melihat Prof Gati Gayatri yang pernah saya temui saat kegiatan Sertifikasi Profesional di Garut. Ada juga Dr Aswin Sasongko yang pernah saya temui saat didaulat oleh Kemkominfo untuk menyerahkan laporan kegiatan Korea IT Volunteers mewakili Relawan TIK Indonesia di Jakarta tahun 2012. Saya melihat ada Prof Dr Kalamullah Ramli yang diperkenalkan oleh ibu Mariam Barata di Surabaya saat mengisi seminar di Rapat Kerja Nasional Relawan TIK Indonesia. 

Akhirnya peserta yang berjumlah 30 orang dikelompokan menjadi tiga. Saya masuk di kelompok 3 yang diuji oleh Prof Gati dan Dr Riant. Sebelum mengikuti acara saya melaksanakan salat Dzuhur dan Ashar dulu karena kegiatan ini akan berakhir menjelang Maghrib. Karena itu saya kesiangan dan tidak mengikuti sesi perkenalan. Urutan saya nomor 10, di penghujung acara. Semakin sore kondisi tubuh semakin lelah, seakan detak jantung ini tidak bisa dirasakan. Sempat agak pusing, terlebih AC di ruangan itu sangat dingin sekali. 

Sebagai peserta paling akhir, saya mendapatkan waktu sisa. Sebisa mungkin saya sampaikan 4 slide itu selama 10 menit. Saya merasa waktunya terlalu singkat untuk menjelaskan kenapa riset tersebut penting. Saya hanya bisa menjelaskan relasi riset dengan riset sebelumnya dan sejumlah fakta di Garut yang menyebabkan munculnya integrasi layanan relawan TI dengan Telecenter. Tapi ya sudahlah, setidaknya saya sudah menyerahkan artikelnya sehingga Kemkominfo bisa mempelajarinya lagi lebih dalam. 

Dalam kesempatan tanya jawab, Prof Gati menanyakan apakah konsep yang saya buat ini sudah diterapkan. Saya tidak punya waktu untuk menjelaskan bahwa riset ini dibatasi sampai perancangan. Dalam waktu singkat tersebut saya hanya berhasil menjelaskan jika penerapannya sedang akan dimulai bulan September 2016. Beliau membutuhkan bukti dampak penerapannya untuk menilai riset ini berhasil atau tidak, sesuatu yang tidak bisa saya berikan karena waktu pembuktiannya tidak cukup hanya satu tahun. 

Selepas acara, saat bersalaman dengan Dr Riant, beliau memuji artikel yg saya buat. Alhamdulillah, ternyata hasil pekerjaan penelitian semester genap 2015/2016 tersebut bermanfaat, walau sekedar ungkapan apresiasi dari Dr Riant tsb. Sebelumnya beliau mengatakan kalau riset ini harus dinikmati, periset hrs bisa meyakinkan dan mampu merekomendasikan atau memberi arahan berdasarkan hasil riset. 

Selama dua malam di lokasi saya masih didera sakit. Saya coba kurangi sakitnya dengan senantiasa mengkonsumsi jamu Tolak Angin dan membaluri tubuh dengan minyak kayu putih. Acaranya sangat padat sekali sehingga saya hampir tidak bisa istirahat. 

Akhirnya saya pun bisa pulang. Tidak lupa saya beli minuman dalam kemasan yang mengandung Oksigen ekstra. Minuman tersebut berhasil membuat tubuh ini lumayan bugar di hari pertama. Sebelum keluar dari Bogor saya antar dulu teman yang juga peserta Temu Ilmiah ke Statsiun Kereta Api. Banyak obrolan dalam perjalanan ke Statsiun, mulai dari radio komunitas hingga ketangguhan istri. Setelah itu saya pun pulang menempuh perjalanan selama enam jam. Sempat istirahat dulu di Puncak Cianjur untuk menyantap gule Domba. 

Sesampainya di rumah, saya bilang ke istri kalau pernafasan ini bermasalah hingga sekarang. Saya mengajaknya untuk mencari Dokter THT. Sebelum berangkat ke Bogor sebenarnya saya sudah diperiksa oleh Dokter keluarga dan diberikan surat rujukan ke Dokter THT. Dokter Spesialis THT, Dr Gunawan mengatakan bahwa saya mengalami Rakhitis Kronis yang timbul karena alergi turunan. Beliau memberi saya obat yang membuat saya tidak bisa tidur pulas selama satu minggu. Pada awalnya sempat kaget karena reaksi obatnya seperti itu. Pada hari pertama saya tidur selama setengah jam lalu terbangun, begitu seterusnya hingga adzan subuh berkumandang. Laa hawla wa laa quwata illa billah. 

Oh iya lupa, di hari kedua saya bertemu dengan ibu Mariam Barata. Beliau ini yg jasanya selalu dikenang oleh pegiat TIK Garut seperti saya krn telah membukakan kesempatan bagi anak muda Garut yg diwakili oleh Muhammad Rikza Nashrulloh utk melaksanakan kegiatan relawan TIK Indonesia yg pertama di luar negeri, mempercayakan kegiatan internasional relawan TI Korea Selatan di Garut, yg telah membuat Sekolah Tinggi Teknologi Garut didaulat oleh media sebagai akar Relawan TIK di Garut, dan yg percaya konsep penjenjangan dan sertifikasi relawan TIK Garut dapat diterapkan secara Nasional yg mana konsep tsb telah menjadi bagian dari roadmap penelitian saya dari tahun 2012 hingga sekarang. Barakallah.


Slide dan Artikel Presentasi di Bogor tgl 28 Juli 2016 dalam kegiatan Temu Ilmiah Nasional Peneliti, Puslitbang APTIKA dan IKP, Badan Litbang SDM Kemkominfo RI, "Memfungsikan Telecenter sebagai Pusat Pembangunan Ekonomi Digital di Perdesaan dengan Melibatkan Relawan Teknologi Informasi". Barangkali bermanfaat. 

Talk show Digital Literasi dalam Pameran Buku Bapusida Garut

$
0
0

Mendadak sekali Blogger Garut - Ipan Setiawan memberi tahu kalau pelaksanaan talk show tentang Digital Literacy diundurkan jadi selepas salat Jum'at tanggal 5 Agustus 2016. Presentasi pendukung talk show belum disiapkan. Tapi untunglah sekarang ini semua konten yang diperlukan sudah tersedia di internet yang bisa ditemukan dengan menggunakan mesin pencari seperti Google. Dengan wasilah Google konten tersebut pun akhirnya ditemukan. Saya berkata di dalam hati, cukup satu slide saja untuk menghabiskan waktu selama dua jam yang disediakan oleh panitia. 


Kegiatan bertema Digital Literacy ini sesuai dengan tanggung jawab Ipan Setiawan sebagai ketua Perhimpunan Pengguna TIK Komunitas TIK Garut yang harus meningkatkan kapasitas pengguna TIK sehingga menjadi cerdas, kreatif, dan produktif. Posisi Ipan Setiawan ini sesuai dengan hobinya di dunia Blogger yang tentu saja sarat pengalaman terkait pemanfaatan konten, yakni luaran perangkat lunak aplikasi.  

Sedianya narasumber dalam Talk Show tersebut saya dan Kepala Diskominfo (Dinas Komunikasi dan Informatika) kabupaten Garut, Drs Dikdik Hendrajaya, M.Sc. Hanya saja beliau berhalangan hadir sehingga digantikan oleh kepala TPDE Diskominfo Garut, Drs Ajid yang juga merupakan penanggung jawab program pendampingan Komunitas TIK yang ada di Garut. Dalam kesempatan tersebut saya menyampaikan apresiasi kepada Diskominfo Garut yang telah menyediakan 16 titik internet hotspot gratis yang tersebar di beberapa kecamatan di Garut sebagai usaha memenuhi kebutuhan akses internet yang menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa disebut sebagai Hak Asasi Manusia. Saya menjelaskan bahwa kunci Digital Literacy adalah Melek TIK (Teknologi Infomasi dan Komunikasi) dan Melek Informasi. Melek TIK adalah kondisi seseorang yang telah mampu menggunakan perangkat TIK, sementara melek informasi adalah kondisi seseorang yang telah mampu memenuhi kebutuhan informasinya dengan menggunakan perangkat TIK. Digital literacy atau melek digital memberi arah kepada para pengguna TIK untuk berancak dari peran konsumen konten menjadi produsen konten yang memperoleh keuntungan profit dari distribusi konten di internet. 

Memisahkan Lagu Format mp3 yang Bersatu

$
0
0
Mungkin anda pernah mendapatkan berkas mp3 yang berisi sejumlah lagu dalam satu album. Adakalanya anda ingin memutar sebagian lagu saja dan tidak ingin mendengarkan satu album. Untuk mewujudkan keinginan tersebut anda memerlukan alat pemotong berkas mp3. Ada dua pendekatan yang disediakan oleh perangkat lunak aplikasi pemotong mp3, yakni manual di mana anda memotong-motong berkas secara manual, dan otomatis di mana aplikasi memotongkan untuk anda berdasarkan kondisi tertentu. Di antara pernagkat lunak aplikasi yang tersedia untuk memotong berkas mp3 dengan dua pendekatan tersebut adalah mp3splt-gtk yang dapat diunduh di Sourceforce. Apabila aplikasinya sudah tidak tersedia, anda bisa mengunduhnya dari repository saya pada folder Software | Multimedia.

Setelah anda mengunduh dan menjalankan aplikasinya, masuklah ke tab Batch & automatic split, lalu tambahkan berkas mp3 nya, dan pilih Silence di mana aplikasi akan memotong otomatis begitu terdeteksi threshold level senyap yang secara default ditentukan -48 dB. Proses pemotongan otomatis terjadi setelah anda menekan tombol Batch split !. 


Hasil pemotingan berkasnya seperti tampak pada gambar berikut ini :


Mungkin anda ingin mengubah format namanya untuk semua berkas yang dihasilkan. Cara umumnya adalah dengan cara manusia, di mana satu persatu anda ubah berkas dengan menggunakan fungsi rename yang disediakan pada Windows Ekspoler. Namun cara tersebut lumayan memakan waktu apabila jumlah berkasnya banyak. Cara termudah adalah dengan menggunakan aplikasi yang dapat merubah nama sejumlah berkas dalam format tertentu secara otomatis. Aplikasi apakah itu, ikuti kiriman selanjutnya. 

Satu Slide untuk Satu Pengetahuan

$
0
0
Dalam penyiapan slide ini saya selalu mengamalkan ajaran guru saya Dr Husni Sastramiharja dalam kesempatan kuliah dulu di ITB untuk dapat menyampaikan banyak hal hanya dengan menggunakan slide minimalis. Beliau dalam kesempatan pembelajaran tatap muka di kelas memberi contoh dengan membahas topik berbeda hanya dengan menggunakan slide yang sama selama lebih dari satu pertemuan. Dari pengajaran beliau saya faham bahwa bakat yang saya dapatkan pada saat SMA dulu bisa digunakan untuk mengamalkan ajaran beliau, yakni membuat model rancangan organisasi yang membahas kelengkapan organisasi hanya dalam satu gambar saja. 

Sejak mendapatkan pengajaran tersebut saya membiasakan diri untuk menyampaikan satu tema pengetahuan menggunakan bahasa visual hanya satu slide saja. Memodelkan pengetahuan ini juga terbantu oleh pengetahuan dan keterampilan pemodelan analisis dan desain yang diperoleh saat kuliah strata satu Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Ajaran Dr Husni "Satu bab tesis satu slide" saya ajarkan kembali kepada mahasiswa bimbingan, sehingga saya selalu protes jika mahasiswa bimbingan menyalin kalimat yang ada dalam laporan Tugas Akhir ke slide presentasi mereka.  

Slide bab I Tesis

Gembel di Akhirat karena Gila di Dunia

$
0
0

Gila itu kondisi tdk mampunya akal menolak dorongan jiwa. Jika jiwanya terdorong kuat utk berjalan ke arah tertentu, akalnya tdk bisa digunakan utk menolak dorongannya walau banyaknya godaan yg menariknya keluar dari jalan tsb. Cinta buta salah satu contoh gila, di mana akal tdk bisa digunakan utk menolak dorongan cinta.

Org yg menyepelekan solat itu akan gembel di akherat nanti. Orang yg menyepelekan solat itu gila di dunia ini karena tdk mampu menggunakan akalnya utk memahami pahitnya konsekuensi kegembelannya di akhirat kelak.

Gembel itu melarat. Orang yg menyia-nyiakan salat itu akan melarat di akhirat, karena masa depan seseorang itu di antaranya bergantung kepada baik dan buruk solatnya. Seseorang yg sudah tahu pentingnya solat tetapi menyia-nyiakannya, ngerinya akibat menyia-nyiakan solat di akhirat namun tidak membuat solatnya menjadi baik, adalah pemilik akal dan nurani yg lemah. Tidak mampu melawan kecenderungan yg menyalahi akal dan nurani merupakan tanda kegilaan. 

Banyak orang gila seperti itu di dunia yg kelak di akhirat menyesal dan meminta kembali ke dunia utk melawan kegilaannya tsb. Tetapi Allah telah membuat penyesalan seperti itu tdk berguna lagi, karena hidup di dunia tdk ada dua kalinya. 

Viewing all 510 articles
Browse latest View live